Eps 36 : Wolfsburg

90 15 2
                                    

Perhiasan yang paling gua suka di dunia ini adalah cincin kawin yang dipasangkan oleh lu

-Jamal menghalu

***


Nagara memasangkan sabuk pengaman milik Prasasti yang dari tadi terus merengek kalau tidak dipasangkan ia tidak akan ikut. Bodoamat Prasasti dikatakan manja, dia hanya sedang cari perhatian saja ke mantannya, ah yang sebentar lagi jadi pacarnya.

"Manja."

Prasasti malah tersenyum lebar, baginya semua ucapan yang keluar dari mulut Nagara adalah godaan yang manis.

Tidak sampai disitu tingkah Prasasti. Saat memasuki pintu masuk Perusahaan Yoshuaro, tangannya dengan santai menggandeng lengan Nagara.

"Lepas," titah Nagara menatap tajam Prasasti. Alih-alih melepaskan, ia malah semakin mengeratkannya.

"Kalau dilepaskan sekarang, orang akan menganggapmu pria yang kasar," bisik Prasasti. Nagara melirik sekitar, banyak sekali orang yang sedang berkeliaran, baiklah Nagara tak ingin ambil resiko, sebutan pria berkharisma harus ia pegang teguh.

"Hanya kali ini gua biarin lu," tegas Nagara membuat Prasasti tersenyum sumringah. Mau dikasarin kaya apa, namanya cinta ya tetep cinta. Kan cinta yang bikin perhitungan dari SD sampai SMA selama bertahun-tahun hasilnya jadi minus.

"Selamat malam Paduka," sapa pria bersetelan jas lengkap dengan dasi hitam saat memasuki ruang kerja Wakil Direktur Yoshuaro.

''Malem, apa yang gua minta udah siapkan?" tanya Nagara to the point. Lantas lawan bicaranya dengan cekatan mengambil diska lepas dan sebuah dokumen kerahasiaan dari laci meja kerja lalu memberikannya kepada Nagara.

"Kerja bagus, gua akan membunuh orang itu apapun yang terjadi," ucapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gar, berikan balasan yang setimpal untuk pengecut itu terlepas dia adalah tangan kananmu," ujar Tangguh Mahameru, orang kedua Big Boss yang menjabat sebagai sekretaris pribadi Yoshuaro Nagara.

"Tentu saja, Tangguh."

Prasasti memiliki firasat yang agak buruk, ia tahu Nagara akan melakukan cara apa untuk membalas dendam. Hutang mata dibalas mata, prinsip Big Boss.

***

Dalam sebuah pertarungan, hanya kata menang atau kalah dan jatuh atau bangkit. Pertarungan tidak hanya soal teknik yang dimiliki namun pengalaman yang ia punya. Tidak heran, akan banyak orang yang berkata jika gagal, "Jadikan hal tersebut sebagai pengalaman dan pembelajaran.'' Karena sebuah pengalaman akan memberikan keputusan yang lebih baik daripada kegagalan yang sebelumnya.

Jamal Handoko, dihadapan teknik bela diri jujur saja ia tak akan kalah namun yang ia hadapi sekarang adalah senjata tajam. Tinju tak akan mempan dengan satu tarikan pelatuk yang tepat sasaran. Pengalaman Jamal Handoko dalam pertempuran jarak jauh seperti ini belum pernah terjadi.

Astungkara memandang tajam lawannya alih-alih ketakutan ia malah tersenyum lebar. Ini menantang nyalinya. "Antum takut Mal? Dia cuma manusia bukan malaikat Izrail"

Iya tahu, tapi manusia juga bisa mempercepat pertemuan dia dengan malaikat Izrail. Pengin banget di ruqiyah si Astung.

"Mulut lu kaya raja Namrud," kesal Jamal namun ia hal itu membuatnya tambah bersemangat. Jamal mengepalkan tangannya dan mengokohkan kuda-kudanya.

Astung terkekeh, "Satu tendangan saja bisa menjatuhkan pistol untuk apa antum takut?"  ucapnya sembari menghindar dari peluru dengan tengkurap ke bawah dan langsung meroda dengan cepat dengan cekatan melompat setinggi-tingginya, sedetik kemudian berhasil menendang kepala lawannya, tendangan memutar yang ia telateni akhir-akhir ini.

Trabas (Gangster Boys)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang