Eps 31 : Pra Family

133 23 6
                                    


Tenang, yang selalu diprioritaskan akan kalah sama yang udah ditakdirkan.

- Renald maung macan

***

Gibran memandang kikuk lawan bicara yang sedang berceloteh tentang masalahnya. Raksi Tenrisau, manusia yang ada di hadapannya sedang terkena serangan panik akibat mengetahui kalau ia akan bertemu seseorang yang penting. Ada tiga hal yang membuat Raksi gugup, pertama melakukan hal yang belum pernah ia lakukan, kedua bertemu dengan orang baru, dan ketiga bertemu orang kaya dan cantik.

"Bagaimana ini, kalau gu--gua melakukan ke-kesalahan saat bicara," ucap gagap Raksi. Ia berulang kali berniat untuk kabur. Sekarang saja tangan Gibran bertengger manis di kerah baju milik Raksi. Padahal ini masih di depan gerbang loh, belum masuk ke istana Pra Family.

"Le-lepas Bran, gu--gua mau kabur!"

Gibran menghela napas, kemudian ia melepaskan tangannya dari kerah Raksi sebagai gantinya, satu tempelengan mendarat mulus di kepala Raksi, teknik yang diajarkan oleh Hegaz ketika menangani Raksi.

Raksi mengusap kepala bekas tempelengan Gibran. Andai bukan Vagos yang meminta ia ikut dengan Gibran, niscaya dia memilih menonton karakter favoritnya, Saitama.

"Kalau kamu gugup, wiridan aja," ucap Gibran seraya menarik tangannya untuk masuk ke istana. Bukannya Raksi tenang, ia malah makin gugup, stress dia stress.

Interior rumah yang bak istana berlapis emas dan perak, segala sesuatu yang menjadi penghias isinya barang merek, seperti guci dari China yang harganya ratusan juta dan masih banyak lagi. Dinding rumah ini dipenuhi dengan foto dalam balutan figura 10 anggota keluarga Pra Family yang tampak anggun dan gagah. Ada satu foto yang membuat Gibran menarik perhatiannya, foto seorang wanita cantik.

"Kedip woy, mata lu udah kaya lampu bohlam," peringati Raksi tak luput dari tempelengan di kepala Gibran sebagai pembalasan dendam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kedip woy, mata lu udah kaya lampu bohlam," peringati Raksi tak luput dari tempelengan di kepala Gibran sebagai pembalasan dendam.

Gibran melirik Raksi jengkel, ia bahkan ingin melakukan sepak terjang ke kepalanya namun dihentikan oleh suara lembut dari seorang Bidadari yang turun dari tangga. Gibran memandangi wanita tersebut dari atas sampai bawah, wanita itu persis dengan figura yang terpajang. Ya iyalah orang nya juga sama.

"Kalian perwakilan Chimera?" tanya wanita tersebut dengan tatapan agak kesal padahal Gibran ngga ngapa-ngapain cuma kirim boneka santet ke Prawira.

"Hm."

Gibran mengangguk dengan tenang sedangkan Raksi sudah mengumpet dibalik badan Gibran, Raksi udah pemalu plus tukang malu-maluin. Inget jangan ajak main modelan Raksi, kalau kena marah guru bukannya di dengerin malah di tinggal pergi saking malunya.

"Perkenalkan saya Prasasti, anak bungsu Pra Family," sapa sang wanita sembari mengulurkan tangannya kepada Gibran. Bukannya disambut dengan baik malah Gibran hanya diam menatap Prasasti datar.

Trabas (Gangster Boys)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang