Eps 16 : Titip rindu

200 29 0
                                    

Boleh aku minta tolong untuk jadi pasanganku seumur hidup?

-Gibran ngesadboy

***


"Zur, ini yang kemarin lu minta," ujar Renald memberikan beberapa dokumen kepada Zura.

"Makasih mas." Zura mengecek dokumen tersebut lalu menutupnya kembali. Mereka sekarang sedang ada di ruang eskul PMR untuk menyelesaikan beberapa keperluan mengikuti ajang perlombaan.

"Abang Iban lagi kenapa mas?" tanya Zura.

Renald hanya tersenyum tanpa ada niat menjawabnya, dia saja tidak berhubungan lagi dengan Gibran dan dia tidak ada niat untuk memulai pembicaraan dengannya terlebih dahulu.

"Putus cinta mungkin, tanyain sendiri aja," jawab Renald.

"Tahu ngga Mas, akhir-akhir ini Bang Gibran jarang tidur, makan cuma beberapa suap. Aku khawatir Bang Gibran jatuh sakit, kata Dokternya dia juga udah jarang konsultasi," lirih Zura terlihat begitu sedih.

Renald yang mendengarnya merasa bersalah, dadanya juga terasa sesak. Apakah putus cinta semerepotkan ini?

Renald memalingkan wajahnya, ia menepuk pundak Zura, "Gua ke kelas dulu." Namun tangannya dicegat oleh Zura.

"Mas, bisa bantu supaya Abang balik lagi seperti dulu?" pinta Zura dengan raut wajah yang tidak bisa untuk ditolak permintaannya.

Renald melepaskan tangan Zura lalu memasang senyumannya, "Oke biar gua coba ngomong sama dia."

Zura hanya berharap Abangnya seperti dulu lagi, meski dingin dia tidak pernah lupa tersenyum kepada orang, tapi akhir akhir ini dia sudah ke tahap beku tidak bisa disenggol orang barang sedetik saja. Dia bahkan jadi malas bersosialisasi dan hanya gila kerja.

"Bang Iban, makananya dianggurin gitu aja?" tatap Zura kepada satu nampan yang berisi sarapan dan suplemen untuknya malah Abangnya masih asik berkutat dengan laptopnya.

"Iya gampang," jawab Gibran untuk kesekian kalinya dengan jawaban yang sama.

Gampang gampang palalu benjut.

Zura mencengkeram dagu Kakaknya gemas hingga Gibran mendongkakkan kepalanya menatap Zura yang tengah kesal, "Abang makan sendiri atau aku yang suapin?"

Gibran tersenyum sekilas, "Suapin."

"Bilang kek kalau mau disuapin alih-alih ndiemin makanannya," kesal Zura , ia langsung menyendokan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Bang Iban lagi ada masalah sama Mas Renald apa?" tanya Zura hati-hati agar Gibran tidak marah. Gibran kalau marah serem, percaya deh.

Setahu Zura, dia selalu bersikap seperti ini saat sedang ada masalah dengan satu orang manusia, yaitu Renald. Tingkah Gibran selalu sama saat berantem dengan Renald. Perubahan Gibran ini terjadi semenjak pentas seni, Gibran pulang dalam keadaan mata yang sembab dan langsung mengurung dirinya di kamar.

Gibran hanya menggelengkan kepala lalu meminum air, seret. "Syukurlah, aku gak mau kalian berantem."

Gibran menatap Zura lekat, ia mengelus rambutnya, "Abang gapapa, jadi gak perlu khawatir ya?" Lagi-lagi Gibran menampilkan senyum palsunya. Zura tahu, dia tidak baik-baik saja.

Zura mengangguk mengerti, "Iya, asal Abang makan yang teratur." Gibran terkekeh dan mencubit kedua pipi chubby Zura.

•••

Renald hanya membolak-balikkan buku cetaknya tanpa ada niat membacanya. Meski raganya ada di dalam kelas, namun pikirannya selalu tertuju kepada manusia yang ada di kelas sebelah.

Trabas (Gangster Boys)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang