Pukul 22.00 di sebuah bangunan kosong dan tua, bangunan yang kini tak lagi digunakan dan tak diurus, terdapat Minjeong yang terus berlari kencang di sepanjang koridor bangunan itu tanpa melihat ke belakangnya. Gadis itu tidak menyadari bahwa sosok yang mengejarnya tadi kini telah hilang.
Karena terlalu lelah, Minjeong memutuskan untuk berhenti berlari. Ia beristirahat sejenak sembari mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
Bangsat, gue harus lari kemana biar bisa kabur dari sini? tanya Minjeong dalam hatinya.
"Waah... ada yang kecapean gara-gara lari dari gue nih." Tiba-tiba, seorang pemuda berpakaian serba hitam berjalan perlahan mendekati Minjeong.
Gadis itu sangat terkejut begitu maniknya mendapati 'orang gila' yang tadi mengejarnya.
"No... no... jangan lagi, please..."
Minjeong berlutut di depan pemuda itu. Kepalanya pun menunduk dan tetesan air mata mulai membasahi kedua pipinya.
"P-please... maafin gue... gue beneran udah ga bully siapa-siapa lagi, jadi gue mohon ke lo, stop..."
"... stop ngejer-ngejer gue, neror gue, nge-hack sosmed gue... i beg you, please..."
"Gue udah minta maaf ke Soojin dan gue menyesali itu. Gue beneran nyesel..."
Minjeong mulai menangis terisak ketika memorinya berputar pada masa SMP-nya yang begitu kelam dan penuh dosa.
"Gue gabisa hidup kalo temen-temen gue ignore gue... mereka segalanya buat gue, please..."
Sangat disayangkan.
Segala bentuk permintaan maaf tak berlaku dimata pemuda bertubuh tingggi itu. Baginya, nyawa harus dibayar dengan nyawa dan itu tak bisa ditawar.
Karena ulah Minjeong, hidupnya hancur. Orang yang paling ia sayangi, orang yang satu-satunya ia miliki, kini telah pergi meninggalkan dunia akibat perbuatan gadis bermarga Kim itu.
Pemuda itu kembali melangkah mendekati Minjeong, "lo pernah mikir gimana rasanya jadi gue? Gimana rasanya kehilangan satu-satunya orang yang lo punya? Kehilangan orang yang jadi alasan terkuat kenapa lo bertahan hidup sampai saat ini?"
"LO PERNAH MIKIR GAK?!"
Mendengar itu, Minjeong tersentak kaget dan tangisannya makin menjadi.
Pemuda itu tertawa pelan, "ga mungkin lah ya orang kaya lo mikirin perasaan orang lain."
"Lo tau, karena apa?"
"Karena lo egois, Minjeong Kim. Lo sangat egois."
"Dia, Soojin, kembaran gue yang mutusin buat gantung diri gara-gara cape jadi korban bully lo adalah satu-satunya orang yang gue punya di dunia ini."
"Soojin itu satu-satunya keluarga yang gue punya. Dan lo berhasil buat dia down, depresi, dan akhirnya.... bunuh diri."
"Dan lo ga sempet minta maaf, ngaku semua kesalahan lo ke Soojin, dan bahkan lo ga dateng ke acara pemakaman Soojin! Dan lo bohong! Lo ga sempet minta maaf ke dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
classmates
Fanfiction"We're classmates aren't we?" (( contains violence, rape, mental illness, & suicide. please be wise )) was #1 in 01l and 01liners (5/11/21)