O3 : mr teachers

672 111 59
                                        

Akhirnya, para siswa kelas 12-1 telah lengkap. Para siswa yang duduk di barisan pertama alias terdepan ialah Asahi, Choerry, dan Hitomi. Barisan kedua diisi oleh Ryujin, Beomgyu, dan Minju. Barisan ketiga diisi oleh Sungchan, Minjeong, dan Chenle. Dan barisan keempat alias barisan terakhir diisi oleh Somi, Wonjin, dan Daehwi. Sembari menunggu wali kelasnya datang, ke-12 siswa itu asik berbicara agar mereka menjadi lebih akrab. Mereka bahkan menghabiskan 20 menit untuk terus berbicara tanpa henti.

Setelah itu, datanglah Shindong dan Daesung selaku wali kelas mereka.


"HALOOOO SEMUANYAAA! SELAMAT DATANG DI KELAS UNGGULAN 12-1!"



Daesung memasuki kelas sambil berseru menggunakan toa dengan sangat semangat. Senyuman di bibirnya tak pernah memudar. Benar-benar luar biasa. Setelahnya, Shindong juga memasuki kelas 12-1 sembari berpose imut dan berhenti melangkah tepat di depan para murid.

"Widiiiih~ kece bat walas kita!" seru Wonjin antusias.

"Ini another level sih, parah." Choerry bergumam pelan.

Sedangkan Daehwi menutup kedua telinganya, "duuuuh gue gamau kuping gue rusak gara-gara toa murahan!"


"ALAY LO!" seru Somi, Wonjin, Winter, dan Sungchan berbarengan.


"Halo guys, saya Shindong wali kelas baru kalian. Disini, saya bakal ngajarin kalian bahasa Arab."


"APAA?! BAHASA ARAB?!"


"Sejak kapan kita belajar bahasa Arab?" - Minju.

"Ooh... ada pelajaran baru ya?" - Hitomi.

"Lah? Bahasa Arab? Beneran ini? Bukan prank kan?" - Minjeong.

"Kayanya kita dibohongin deh..." - Choerry.

"Gampang Bahasa Arab, mah." - Wonjin.

"Emang kaya gimana?" - Chenle.

"Yaaaaaa... hm... kaya bahasa Arab lah!"

Terlalu kesal, Chenle pun melemparkan sepuluh lembar seratus ribu ke wajah Wonjin.

"Wah... jereki anak soleh! Makasih bro!" seru Wonjin bahagia.

"Rejeki, bukan jereki," ujar Beomgyu mengoreksi.

"Yang benar itu rezeki, bukan rejeki." Kini, giliran Minju yang mengoreksi ucapan Beomgyu. Pemuda bermarga Choi itu pun hanya terkekeh pelan.



"PERHATIAN! PERHATIAN!"



Kali ini, giliran Daesung yang berbicara menggunakan toanya. Seluruh siswa menutup telinganya karena tak sanggup mendengar nyaringnya suara toa, tanpa terkecuali Wonjin.

Pemuda itu hanya tersenyam-senyum sombong, seakan-akan suara toa itu tak bermasalah bagi telinganya. Maklum saja, telinga Wonjin kan dibuat dari beton.

"Cieeeee yang mau diperhatiin~" ujar Wonjin sembari menaikkan kedua alisnya secara bergantian.

classmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang