Chapter 29

3K 229 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Ketika hati dan pikiran saling bertolak belakang.

🌹🌹🌹

Nyatanya orang labil jauh lebih bodoh daripada orang bodoh.

Jika si bodoh berbuat salah karena dia tidak tahu bahwa itu salah, maka si labil berbuat salah bukan karena tidak tahu itu salah melainkan karena terbuai oleh tipu daya manusia.

"Ke proyek yang ada di Bogor ya, Pak," perintah Aris pada supir kantor yang akan mengantar ia dan Agnes ke Bogor.

"Baik, Mas."

Aris duduk di belakang bersama Agnes. Pikiran laki-laki itu sedikit buyar ketika mengingat pertengkarannya tadi, lagi-lagi rasa bersalah itu muncul saat Laura sudah tidak ada didepannya. Kali ini adalah pertengkaran terhebat selama dia berpacaran dengan gadis itu.

Aris benar-benar bingung harus melakukan apa sekarang. Sebenarnya masalah akan selesai jika ia tadi mengikuti permintaan Laura untuk menjawab iya atau tidak tentang hubungannya. Tapi masalahnya, Aris belum bisa memutuskan.

Selama sebulan ini Aris berusaha mencari jawaban. Rasa situ masih sama, ia merasa tak tenang dan kehilangan saat Laura tak ada, tapi merasa bosan saat gadis itu kembali posesif meksipun hanya lewat sebuah pesan.

Jangan lupakan kejadian di rumah sakit waktu itu, hatinya bergemuruh hebat saat melihat ada laki-laki lain yang perhatian pada Laura. Tapi, saat Aris berada di dekat Agnes rasa itu hilang, Sekretarisnya itu seakan bisa membuat Aris lupa segala hal termasuk Laura.

Tadi Ia ingin mengatakan iya, tapi pikirannya mengatakan tidak. Ingin mengatakan tidak tapi hatinya mengatakan iya.

Jika kalian berada di posisi Aris apa keputusan yang akan kalian ambil? Sulit bukan?

"Kenapa?" Agnes mengusap lembut tangan Aris, membuat pandangan laki-laki itu yang tadinya kearah jendela mobil menjadi padanya. "Mikirin apa?" tanyanya lagi setelah mendapat perhatian Aris.

"Tadi," jawab Aris, "apa tadi aku keterlaluan ya sama Laura? Aku sampe bentak dia tadi, dan nolak dia. padahal dia cuma minta waktu aku sebentar, yang sebenarnya aku bisa."

Agnes akui memang tadi Aris kelewatan, tapi ini menurut sudut pandang 'kanannya'. Tapi jika menurut sudut pandang 'kirinya' tentu saja itu baik untuk kelangsungan semuanya. "Denger." Agnes menggenggam tangan Aris. "Hal yang kamu lakuin wajar kok, Laura kan emang ganggu waktu kerja kamu, lagipula dia kan bisa datang di waktu weekend."

Titik Jenuh [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang