Chapter 36

3.3K 248 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

🌹🌹🌹

Agnes tak menyerah, meskipun ucapan Aris kemarin cukup jelas tapi dia tidak ingin berakhir begitu saja setelah semua perjuangannya. Ia masih berusaha mendekati dan merubah tekad laki-laki yang baru saja berulang tahun itu dengan segala cara, tapi rupanya niat Aris sudah terlalu kuat.

Kini Agnes tengah berjalan di belakang Aris menuju ruangan direktur utama, ada tamu penting dari sebuah perusahaan investasi. "Ar-

Baru saja akan berbicara Aris sudah memotong ucapannya. "Agnes jangan lupa kirim email yang saya suruh nanti malam," ucap Aris sembari mengecek ponselnya.

"Baik, Pak."

"Kamu bisa pergi ke ruangan kamu."

Agnes pergi sambil menggerutu dalam hati, kalau sudah begini pasti akan susah. Jika dulu ia begitu mudah mempengaruhi pemuda itu karena Aris sedang berada di dalam fase bimbang maka beda dengan sekarang. Laki-laki itu tampak sudah teguh dengan keputusannya.

Aris mengetuk pintu papanya, saat mendengar kata silahkan ia masuk. "Selamat siang, Pak Jhon." Ia menyalami seorang pria paruh baya seumuran ayahnya. "Sudah lama tidak bertemu."

"Siang pak Aris." Jhon mengambil uluran tangan itu. "Mungkin kita sama-sama sibuk, ya." Jhon tertawa diakhir ucapannya.

"Nah, Pak Jhon mau mengenalkan penerusnya, dan papa yakin kamu pasti kaget, karena kalian pernah bertemu," ujar Hasan pada putranya.

Bibir Aris tersenyum tapi keningnya sedikit berkerut, ia menatap sebuah punggung yang membelakanginya. "Aris kenal, Pa?"

"Kata Pak Hasan kalian sudah pernah bertemu," kata Jhon, "Miko ayo perkenalkan diri kamu."

Miko? Tunggu Aris seperti pernah mendengar nama itu.

Laki-laki yang sedari tadi membelakangi Aris itu berdiri, lalu berbalik.

Satu tangan Aris terkepal, tapi wajahnya tidak bisa menampilkan aura ketidaksukaan. Laki-laki itu yang pernah dengan beraninya berkata akan membuat Laura menjadi miliknya saat di rumah sakit. Ternyata dia seorang anak orang penting, tapi kenapa dulu dia bekerja sebagai karyawan di restoran Laura?

Pikiran-pikiran buruk hinggap kepala Aris, ia berharap perkiraannya salah.

"Miko Alexander." Miko, ya Miko. Ia mengulurkan tangannya pada orang yang sepertinya tengah diliputi rasa marah tapi dengan santainya Miko tersenyum.

Titik Jenuh [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang