Chapter 39

3K 255 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Kamu hanya belum pernah merasakan pahitnya kehilangan disaat kita sudah berjuang mati-matian. Oleh sebab itu, kamu menganggap perpisahanku hanya sebuah hal yang bisa dijadikan candaan.

~Ilaura Andreena Detama

Terkadang sisi jahat seseorang muncul karena sebuah keadaan yang mendesak.
~

Agnes

🌹🌹🌹

Mata itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya, perlahan terbuka sempurna dan menatap sekelilingnya.

Bibirnya meringis ketika akan mengangkat tangannya tapi tak bisa, ternyata semalaman ia tertidur dengan lengan sebagai bantalnya. Pantas seperti mati rasa.

"Gue di mana?" gumam Aris. Ya laki-laki itu adalah Aris. Ia tak mengenali suasana di kamar ini, seluruh barangnya terasa asing di mata.

Kening ia urut untuk mengurangi rasa pusing di kepala sembari mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Hingga bayangan menjijikkan tadi malam muncul membuat kesadaran pulih secara cepat.

Aris bangkit, tak memperdulikan kepalanya yang berdentum. "Bisa-bisanya selama ini gue ketipu sama muka dan perlakuan polos dia! Ternyata dia lebih brengsek dari gue." Tangan Aris mengepal penuh amarah.

"Oke. Gue pastikan hari ini semuanya akan berakhir. Gak akan ada gadis munafik lagi di hidup gue," monolog Aris. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal, yaitu kehancuran orang itu.

Kini hati Aris diselimuti api amarah yang sewaktu-waktu bisa membakar dirinya sendiri. Dia menyimpulkan sesuatu tanpa bertanya pada yang bersangkutan. Semestinya Aris tahu, jika sebuah masalah yang melibatkan dua orang harusnya ada dua pendapat, bukan satu. Dari si tersangka dan dari sipenuduh.



 Dari si tersangka dan dari sipenuduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Titik Jenuh [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang