Chapter 33

3K 223 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

🌹🌹🌹

Empat mata sinis masih saja menyorot pada seorang pria paruh baya yang tengah duduk di samping istrinya.

Wajah Abdul dan Miko tetap menampilkan ekspresi tak terima pada sang ayah. Bisa-bisanya di umur yang sudah kepala lima beliau menghamili Uminya.

"Maaf. Pasti kalian gak suka, ya?" ujar Fatimah. Ia menatap kedua anaknya memelas, "waktu itu Umi lupa minum obatnya. Abisnya Daddy kalian—

"Tuh, kan! Ini salah Daddy!" sembur Miko. Kakinya melangkah menghampiri uminya yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang lalu memeluknya dari samping. "Umi gak perlu minta maaf, lagipula ini kan salah Daddy."

"Iya bener," ujar Abdul, ia juga mengikuti Abangnya untuk memeluk Uminya. "Daddy mah emang gitu, nafsuan!"

"Meskipun sebenarnya A'a gak pengen punya Adik, tapi berhubung dedeknya udah ada di perut Umi. A'a bakal sayangin kok." Miko mengelus perut datar uminya. Mau bagaimana lagi, ia harus terima.

"Ya ya, terus aja Daddy yang di salahin," gerutu Jhon. "Udah sana kalian keluar, Umi harus istirahat. Gak ingat apa kata dokter tadi?"

"Sewot amat, Dad!" ujar Miko. Ingin melanjutkan perdebatan tapi kasihan pada telinga Uminya. Ya udahlah pasrah aja. "Umi istirahat yang baik ya. Kalau Daddy minta yang aneh-aneh gak usah di kasih, kalau maksa, teriak. A'a sama Abdul pasti datang buat nolongin Umi."

"Heh! Emangnya Daddy ini penjahat apa? Daddy ini suami Umi kamu."

"Terserah Daddy," ucap Abdul, setelah itu ia mencium kedua pipi uminya. "Selamat malam Umi cantik."

"Selamat malam anak umi yang ganteng," balas Fatimah.

"Ayo A', kita keluar," ajak Abdul pada Miko. Kedua kakak beradik itu berjalan keluar sambil berangkulan.

"Kalian gak ngucapin selamat malam juga sama Daddy?" tanya Jhon merasa tersisihkan. Sama istrinya lembutnya bukan main, pada dirinya malah nistain.

"Enggak," seru Miko dan Abdul sambil terus berjalan keluar.

"Udah, kamu gak usah baper gitu. Anak-anak cuma becanda kali," ucap Fatimah ketika melihat masam suaminya.

"Abisnya mereka ....

"Besok juga balik lagi kayak semula. Sok atuh sini tidur, kamu juga harus istirahat. Kan baru pulang kerja." Fatimah menepuk kasur kosong di sebelahnya.

Titik Jenuh [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang