Chapter 03

4.7K 412 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Dengan wajah lelah, letak dasi tak beraturan, dan jas yang sudah tidak ada ditempat seharusnya, Aris masuk ke rumahnya. Huh, baru menjadi general manager saja, sudah secapek ini apalagi nanti jika ia menggantikan ayahnya sebagai direktur utama, habislah ia.

Memang sampai saat ini Aris belum menerima permintaan ayahnya untuk menjadi penerusnya, alasannya hanya satu, Aris belum siap. Lagipula umur ayahnya masih belum masuk ke usia pensiun, jadi ia masih punya waktu untuk menyiapkan diri.

"Assalamualaikum." Aris duduk di kursi pantry yang langsung menghadap dapur, memperlihatkan mamanya yang sedang memasak.

"Waalaikumsalam," jawab Marisa yang masih asik dengan masakannya.

"Papa kapan pulang, Ma?" tanya Aris, tangannya mengambil gelas yang berisi air lalu meminumnya.

"Besok katanya," kata Marisa, "harusnya hari ini udah pulang, tapi cuaca di sana lagi buruk jadi penerbangannya mundur."

Seorang cowok dengan pakaian kolor warna coksu dan kaos warna putih turun dari tangga dengan muka kusutnya. "Ma, besok siapin Angga bekel, ya."

"Loh, tumben?" tanya Marisa heran.

"Angga, lagi males ke kantin," jawab cowok yang bernama Angga itu, ia duduk di samping Abangnya. "Baru pulang, Bang?"

"Kelihatannya?"

"Nyesel gue nanya," desis Angga.

"Mama, Raisya pengen es krim!" teriak Raisa. Gadis itu baru saja pulang dari taman, bermain bersama teman-temannya.

Marisa menghentikan sejenak kegiatannya, ia menggeleng pada Putri bungsunya itu. "Enggak ya, Dek. Sebentar lagi makan malam, mama gak mau Raisya makan eskrim terus gak makan malam."

"Mama, Raisya pengen ... gerah!" rengek anak itu.

"Kalau gerah mandi," timpal Aris.

Raisya hanya melirik Kakaknya itu sekilas, lalu kembali pada mamanya. "Mama, pengen es krim!" rengeknya kembali.

"Boleh," ucap Marisa.

Mata Raisya sudah berbinar ketika mendengar ucapan mamanya. Tapi ....

"Tapi, nanti habis makan malam," lanjut Marisa yang membuat bahu Raisya turun.

"Ma ...."

"Habis makan malem atau enggak sama sekali?" tawar Marisa.

"iya. Ya udah, deh," ucap Raisya pasrah.

"Good girl." Di rumah ini memang tidak ada asisten rumah tangga, semua pekerjaan rumah, Marisa sendiri yang mengerjakannya.

Dengan wajah cemberut, Raisya ikut bergabung bersama para kakak laki-lakinya.

Titik Jenuh [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang