Chapter 24

2.8K 234 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Cinta itu harusnya membahagiakan dua orang, jika hanya satu orang yang bahagia, apa namanya? Layakkah untuk dipertahankan?

🌹🌹🌹

"Dih pede gila," dengkus Dina, "Sekagum-kagumnya gue sama lo, gue gak akan pernah mau jadi pacar lo. Serem."

"Kenapa? Gue kan ganteng b g t."

"Valid no debat," tambah Winda, "nanti kalau pacaran terus gak sampe pelaminan, lo ngasih tahu aib gue sama calsu gue."

Miko menyugar rambutnya ke belakang. "Padahal gue ini salah satu cowok yang sayang buat di lewatkan."

"Selamat pagi!"

Sapaan itu sontak membuat mereka berdiri, mereka menatap bos yang baru saja datang. "Pagi Mbak bos," sapa balik mereka.

Laura tersenyum. "Lagi pada ngomongin apa? Kok kayaknya seru banget. Terus yang lain mana?"

"Eh, hehe ... ngobrol ringan aja, Mbak bos. Sambil nunggu jam buka dan yang lain di dapur," jawab Dina.

"Oh ... kalian udah sarapan?"

"Sudah."

"Barang bawaannya banyak banget, Mbak bos. Kalau boleh tahu apa tuh?" tanya Miko yang sedikit penasaran dengan isi dua paper bag besar yang ditenteng Laura.

"Oh, ini sampel menu baru restoran kita. InsyaAllah kalau meeting kali ini deal semua, minggu depan kita udah launching."

Sebagai seorang lelaki yang memiliki jiwa perhatian pada semua cewek cantik. Miko, Feri dan Rifki berdiri bermaksud untuk membantu membawa barang itu. Tapi ... Miko memulai start terlebih dahulu. "Biar saya bantu mbak bos. Cewek cantik gak boleh bawa yang berat-berat," ucap Miko.

"Gak ngerepotin?" tanya Laura..

"Oh enggak dong." Miko mengambil paper bag itu. Sebelum mengikuti langkah Laura, ia berbalik wajah pada Feri dan Rifki. Miko mengeluarkan gigi depannya, idungnya merekah, matanya teleng. "Ini jatah gue. Hahaha." Setelah itu Miko langsung menyusul Laura yang sudah pergi ke atas.

"Tuh bocah gercep amat," desis Feri.

"Emang ya, orang ganteng. Mau gimanapun ekspresinya tetep aja ganteng," gumam Winda.

"Gantengan juga gue," balsa Rifki.

"Iya lo ganteng ...

Titik Jenuh [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang