Chapter 19

3.1K 271 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

PLAK!!!

"AGNES, APA-APAAN KAMU!!!"

Pada dasarnya kesadaran Agnes sudah mulai berkurang karena terlalu banyak minum hanya meringis ketika mendapat tamparan itu.

Agnes memegang pipinya yang baru saja ditampar, bukannya marah tapi ia malah tersenyum pada Laura. "Eh ... Mbak Laura, ayo sini minum bareng sama kita." Ia menyodorkan satu gelas wine pada Laura.

Laura menepis gelas itu. "Gila, kamu!"

"Kasar!" seru Agnes, kemudian ia tertawa padahal tidak ada yang lucu sama sekali, "Mbak Laura aneh, tadi pak Aris saya ajak mabuk mau-mau aja. Kenapa sekarang mbak Laura gak mau? Ini seru tahu!"

"Oh, jadi kamu yang ajak dia mabuk?" Laura menatap Agnes nyalang, "dengar ya Agnes, sekali lagi saya nemuin Aris mabuk. Kamu orang pertama yang saya cari!"

Laura meninggalkan Agnes yang malah tertawa tidak jelas mendengar ancamannya, ia menghampiri Aris. Laki-laki itu mengoceh dengan mata yang terpejam. "Aris, sadar ... Aris." Laura menepuk-nepuk pipi Aris.

"Minum ..." gumamnya, "lagi ... " Aris bangkit dengan sempoyongan, matanya sedikit terbuka, "kasih gue minum lagi!"

"Enggak!" bentak Laura, ia menarik Aris untuk menjauhi meja bar. Meletakkan tangan Aris dibahunya, "gak ada minum lagi, sekarang kamu harus pulang!"

Laura menuntun Aris keluar dari club. Meskipun laki-laki itu meronta tapi tenaganya tidak seberapa, Laura masih bisa menahannya.

Saat sudah sampai diluar, ia memasukkan terlebih dahulu Aris ke dalam mobilnya. Lalu Laura tersenyum pada dua orang laki-laki yang sudah memberitahu tentang keberadaan Aris. Mereka merupakan karyawannya di restoran. "Rifki dan ...." Ia tampak berusaha mengingat siapa nama orang disebelah Rifki. Cowok itu karyawan baru, Laura hanya pernah satu kali bertemu.

"Miko," ujar cowok itu memperkenalkan diri.

"Ah iya, Miko. Terimakasih sudah memberitahu saya kabar ini," ucap Laura, "dan boleh saya minta tolong lagi?"

"Apa, Mbak?" tanya Rifki.

"Saya udah kirim foto perempuan ke kamu di chat, dan perempuan itu ada di dalam. Bisa tolong anterin dia pulang? Soalnya dia udah mabuk, takutnya gak bisa pulang sendirian."

"Boleh, mbak. Nanti saya antar. Alamatnya?"

"Saya tanya dulu, ya. Nanti kalau udah ada pasti langsung shareloc ke kamu," kata Laura, "maaf ya ngerepotin. Sebagai gantinya besok kalian bisa libur kerja, tidur ya. Malam ini kalian pasti kurang waktu istirahat."

Titik Jenuh [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang