1 || 2015, Terbukanya lembaran pertama.

107 11 0
                                    

-Ketika sebuah kepergian tanpa kata pamit-

____

Bandung, 2015

Seorang gadis terlihat tengah sibuk membereskan buku-buku sisa ia belajar semalam. Dia tidur terlalu malam karena mengerjakan PR yang tak kunjung ketemu jawabannya. Alhasil pagi ini dia telat bangun. Beruntung dia segera mandi dengan sangat kilat begitu pun saat menganti seragamnya sampai dia tidak tau dimana letak dasinya berada.

Alangka Sephora Bianca, bukan dia jika tidak ceroboh. Gadis cantik yang saat ini menduduki kelas 2 SMA. Dia tinggal bersama lelaki bernama Galanta Putra Sagara yang ia kenal sebagai anak dari teman Ayahnya sekaligus kakak kelasnya. Mereka tidak tinggal berdua, ada pembantu rumah tangga yang juga mengurusnya disana.

Ting

Sepertinya ada sebuah pesan masuk dalam ponselnya. Alangka pun bergegas mengambil ponselnya yang berada di atas nakas dan membukanya dengan segera.

Kak Gala
Gue udah berangkat, ada kelas pagi. nungguin lo kelamaan. jangan lupa pr gue!

Rasanya begitu senang saat Alangka membaca nama yang tertera. Sesak mungkin sudah mendera dadanya, namun ia sudah terbiasa dengan sikap Gala yang seperti itu, Alangka pun dapat memahaminya.

Dengan cepat ia mencoba memberikan balasan pesan tersebut.

Anda

Iya kak. Maaf aku bangunnya telat. Nanti PRnya aku anterin ke kelas kakak.

Kak Gala

Jangan. Biar Abe aja yang ngambil.

Anda

Iya kak.

Setelah mengirimkan balasan singkat tersebut Alangka langsung bergegas untuk berangkat ke sekolah. Hari ini dia telat bangun lagi, padahal dia sangat ingin berangkat bersama Gala. Alhasil dia harus meminta antar Pak yoo sekaligus supirnya.

"Pagi Alangka," sapa Mbok Sri yang saat itu sedang mempersiapkan sarapan pagi. Alangka yang tengah turun tangga menyapa dengan senyum lebarnya.

"Pagi mbok," ujarnya sopan.

Alangka tidak ingin Mbok Sri memanggilnya dengan embel-embel non, karena Alangka sudah menganggap Mbok Sri sebagai ibunya sendiri. Mbok Sri menjadi salah satu saksi kelahiran dia di dunia ini. Itu mengapa Alangka sangat menyayanginya seperti ibu kandungnya sendiri. Apalagi saat papanya meninggal, Mbok Sri lah seorang yang diberi pesan untuk menjaga Alangka.

Alangka langsung menuju ke meja makan untuk mengigit sedikit rotinya serta meminum susu yang berada disana, "Pak Yoo ada, Mbok?" tanyanya disela sarapannya.

"Ada, mau dianterin lagi?" tanya Mbok Sri kepada Alangka yang saat itu asik menikmati rotinya.

"Iya Mbok."

"Tadi, Den Gala berangkat pagi. Sarapannya juga nggak di makan," ujar Mbok Sri bercerita.

"E-em, mungkin ada kelas pagi, Mbok." akhirnya hanya kalimat klise yang mampu Alangka ucapkan.

Saat Alangka masih asik dengan sarapannya, Pak yoo tiba-tiba masuk kedalam rumah, "Non, mobilnya udah siap," ujarnya dengan tegas.

ALANGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang