8 || Bahagia yang Berbeda

37 5 0
                                    

Jangan lupa baca Bismilah,
happy reading Vren!





Saat bel pulang berbunyi untuk pertama kalinya sorakan riang manusia yang merindukan rumah telah bergema. Banyak siswa-siswi bergegas untuk meninggalkan sekolah, Langkah seseorang terlihat berjalan di tengah lapangan yang sudah mulai sepi. Tiba-tiba ia merasakan ada yang menetes di kepalanya. Benar saja, awan sudah merubah warnanya. Butiran bening juga mulai membasahi bumi. Alangka terlihat berlari untuk menghindari hujan yang mulai deras. Dengan rambut yang sedikit lepek akhirnya dia mampu berteduh di koridor sekolah. Hujan tiba-tiba datang dengan sangat deras, mengguratkan senyum di bibirnya.

"I miss you," ujarnya kepada hujan yang tiba.

Alangka, manusia yang selalu menanti kedatangan hujan. Sosok seseorang yang senang saat hujan mulai membasahi bumi. seperti sekarang, banyak sekali siswa mengeluh akibat hujan yang datang secara tiba-tiba. Mereka jadi tidak bisa pulang kerumah dengan cepat. Berbeda dengan Alangka yang sangat senang dengan turunnya hujan. Lihat saja, sekarang dia sedang menadahkan tangannya di bawah guyuran hujan.

Seketika matanya menatap pada suatu objek di koridor sebrang. Alangka sangat mengingat jelas wajah seseorang perempuan yang tadi berbincang sangat hangat dengan Gala. Perempuan itu sedang berada di seberangnya saat ini, memeluk badannya karena merasa kedinginan.

"Gala?" perempuan itu terdengar memanggil nama seseorang yang tidak asing di telinganya. Dia juga melambaikan tangan.

Saat itu juga Alangka menemukan sosok Gala yang tengah berjalan di bawah air hujan dengan payung hitam yang ia bawa. Gala juga menyambut lambaian tangan itu dengan suka. Tanpa Alangka duga, Gala berhenti di titik tengah dan menatapnya.

Perempuan bernama Chika itu terlihat bingung ketika mendapati Gala yang tiba-tiba terhenti. Saat melihat sosok Alangka yang berada di seberangnya dia menjadi mengerti, pasti Gala sedang bimbang untuk menentukan siapa yang akan ia ajak ke dalam payungnya.

"Gue nggak yakin kalo dia akan pilih Alangka," ujar Geon yang saat itu turut menyaksikan adegan itu bersama kedua temannya. Karena Olan sudah terlebih dahulu pulang untuk mengantarkan kekasihnya pulang.

"Gue nyesel udah bawa motor tadi," Abe terdengar putus asa.

"Siapa juga yang ngira kalo hari ini bakal hujan, tadi pagi aja cuacanya cerah," Geon kembali menambahkan penjelasan.

"Cerah belum tentu nggak akan hujan kan, sama halnya seperti mendung belum tentu hujan," Catka juga ikut bersuara.

"Terus maksud lo apa?" tanya Abe yang selalu tidak mengerti akan kalimat yang Catka ucapkan.

"Nggak ada artinya, gue cuma ngomong aja!" ujar Catka datar.

"Sinting!"

Gala menatap Chika yang terus menggigil, sepertinya perempuan itu tidak kuat jika terus terkena cipratan air hujan. Saat dia akan melangkahkan kakinya yang sangat kelu untuk berjalan, tiba-tiba ia melihat Alangka berlari membelah hujan tanpa peneduh apapun.

"Gila, bisa sakit Alangka!" pekik Catka keras.

Tanpa dia duga, kedua temannya berlari mengikuti apa yang telah Alangka lakukan. Setelahnya Catka juga ikut menyusul. Saat Geon akan melewati Gala yang masih membeku akan hal yang dilakukan Alangka dia berhenti sebentar. Di tengah derasnya air hujan, Gala dapat melihat raut kecewa yang Geon tunjukan untuknya.

"Lain kali, lo harus tau siapa yang seharusnya lo prioritaskan!" setelah menepuk pundak Gala, Geon melanjutkan langkahnya.

Catka dan Geon saling menabrak saat Abe yang berada di depannya tiba-tiba berhenti mendadak. Cowok itu seperti terpaku akan suatu hal. Benar saja, hal yang membuat Abe terpaku adalah sosok Alangka yang terlihat sangat menikmati hujan yang terus menguyur tubuhnya, dia terlihat bahagia bahkan sesekali juga menarikan badannya. Ketiganya sulit mengatakan suatu hal, tentang sosok Alangka yang memang seperti namanya. Sosok Langka yang tidak mereka temui di sosok orang lain.

Beberapa menit kemudian hujan berhenti, ada empat manusia yang terlihat basah kuyup tengah duduk di depan sebuah minimarket. Tadi, setelah Abe dan yang lain melihat Alangka yang lelah bermain hujan mereka memutuskan untuk mengajak Alangka pulang dengan menerjang derasnya hujan. Alangka yang menyukai hal tersebut segera mengiyakan ajakan mereka. Kini, keempatnya terlihat tengah menikmati pop mie dengan varian rasa berbeda.

"Kak Olan mana? dari tadi aku nggak liat?" tanya Alangka yang tidak menemukan sosok Olan dari tadi.

"Biasalah, buaya kalo udah ketemu pawangnya bakal nurut." semua terkekeh akibat ucapan Abe.

"Alang?" panggil Geon pelan.

"Hm, kenapa Kak?"

"Gue yakin tadi lo sengaja lari kan, supaya Gala lebih bisa milih Chika," ucapan Geon membuat Catka dan Abe menghentikan aktivitasnya karena penasaran dengan jawaban Alangka.

"Bukan." jawab Alangka enteng.

"Terus kenapa? lo pesimis kalo Gala gak mungkin milih lo?"

"Bukan juga."

"Mampus salah lagi, sok tau sih lo!" ledek Abe puas.

"Itu karena aku suka hujan Kak, berdiri di derasnya air hujan itu buat aku nyaman."

"Aneh!" Geon menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Alangka.

"Kak, kebahagian setiap orang itu beda-beda. Belum tentu, suatu hal yang buat kakak bahagia buat aku bahagia juga, Kan," jelas Alangka sopan.

"Diceramahi kan lo, sok tau sih!" ujar Abe dengan menyeruput kuah pop mienya.

Catka yang melihat itu langsung tertawa geli, "Gila, sampe darah penghabisan anjir!"

"Mubasir tau kalo di buang, apalagi gratisan. Makasih ya Geon, lo emang sahabat gue paling baik hati dan tidak sombong!" pujinya kepada Geon yang telah mentraktir pop mie hari ini.

"Enak juga!" ujar Catka yang akhirnya meniru hal yang di lakukan Abe untuk meminum kuah Pop Mie miliknya.

"Yee,ketagihan kan lo!"

Saat itu, Alangka tidak sengaja melihat Geon yang tersenyum sendiri dengan ponsel di hadapanya. Alangka menyenggol bahu Geon pelan, "Kak Yolan, ya?"

Geon hanya tersenyum.

"Telpon dong, Kak. Mau ngomong sama Kak yolan, udah lama banget nggak ketemu," seru Alangka antusias.

Tanpa Alangka duga Geon justru memasukkan ponsel miliknya kedalam saku.

Alangka mengerutkan bibirnya, "Kok di masukin?"

"Kak yolan nggak bisa di telpon. Dia lagi ada di suatu tempat. Kapan-kapan aja ya, lo gue ajak ketemu dia," rayu Geon yang langsung di beri anggukan oleh Alangka.

"Lo kuat banget Ldr sama yolanda, nggak ada niat untuk cari yang baru?" ujar Abe secara tiba-tiba.

"Mungkin, kalo gue udah siap."

Abe menatap sahabatnya yang tengah serius sekarang, "Menurut gue, nggak semua hubungan Ldr itu bakal berhasil lo, lebih banyak gagal."

"Dari awal gue udah gagal." lirih Geon pelan.

Abe merasa tidak enak akan hal itu, seharusnya dia tidak bertanya di saat situasi seperti ini.

"Kak, percaya nggak kalo dinamika hidup seseorang itu beda-beda?" Alangka mencoba untuk menghilangkan kecanggungan yang saat itu terjadi.

"Karena nggak semua jalan cerita orang sama kan,"

"Betul banget, jadi kita nggak bisa samaratakan kisah seseorang. Jika mereka gagal, belum tentu kita juga sama kan," Alangka berkata dengan penuh keyakinan.

"Setuju!" ujar Catka.

Geon hanya bisa tersenyum lirih menanggapi Alangka. Ada banyak hal berkecamuk yang sulit untuk ia ceritakan.







ALANGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang