19 || Alangka dan duka yang berdampingan

31 6 0
                                    

Jika duka memang ditakdirkan berdampingan denganku, setidaknya berikan sedikit suka yang bisa menenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika duka memang ditakdirkan berdampingan denganku, setidaknya berikan sedikit suka yang bisa menenangkan.

***

Alangka mendengar suara langkah seseorang menaiki tangga dengan sangat tergesa. Pintu kamarnya terbuka dengan kasar bersamaan dengan wajah Gala yang terlihat sangat menakutkan. Alangka dapat melihat raut wajah emosi dalam diri Gala saat ini. Dengan pelan ia mencoba untuk menutup buku diary yang baru saja ia tulis.

"Gue selalu pengen untuk nggak membenci lo! tapi kenapa lo selalu punya cara untuk buat gue benci sama lo!" langkah Gala semakin mendekat ke arah Alangka yang saat itu masih duduk di tempatnya.

"Lo selalu punya cara untuk buat orang lain terluka!" desis Gala semakin menjadi.

"Lo tau apa yang gue sesali akan hidup gue?"

Alangka masih tidak bergeming, dia hanya bisa menautkan jari jemarinya karena rasa takutnya akan kemarahan Gala malam ini. Karena Alangka tak kunjung berbicara Gala pun dengan kasar memegang dagu Alangka hingga gadis itu terlihat meringis kesakitan, menepatkan wajah gadis itu tepat di depan wajahnya, "Karena harus tinggal dengan manusia penuh dosa kayak lo!"

Alangka tidak tahan dengan kalimat kasar yang terus terlontar dari mulut Gala. Dia pun mengeluarkan tangisnya yang sudah ia tahan sedari tadi.

"A-aku nggak berbuat salah," lirihnya mencoba membela diri.

Gala terlihat tersenyum kecut , seakan meremehkan kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Alangka, "Bahkan, lo nggak sadar dengan dosa yang baru saja lo perbuat!" bersamaan dengan itu Gala melempar tubuh Alangka tepat mengenai dipan kasur perempuan tersebut.

Alangka tidak mengeluh, hanya merasakan sakit yang masih bisa ia tahan. Tulang belakangnya terasa sangat nyeri karena hantaman yang keras. Tapi dia terus meminta kepada dirinya bahwa dia bisa menahan semuanya. Gala kembali mendekat, melakukan hal sama seperti sebelumnya.

"Kenapa lo nggak bales gue, seperti apa yang lo lakukan pada Chika?"

Alangka hanya bisa terus menangis tanpa menjawab pertanyaan yang Gala ajukan. Hal itu semakin membuat Gala tersulut emosi, karena dia ingin Alangka membalasnya seperti yang perempuan itu lakukan terhadap Chika.

"Aku nggak bisa,"

"KENAPA? KENAPA LO NGGAK BISA? LO PUNYA TANGAN! PUKUL GUE! BALES GUE! BALES GUE ANJING!"

"AHHHHGGGGGGG!" Alangka berteriak histeris, dadanya naik turun tak beraturan.

"HIDUP GUE SEKARANG HANCUR GARA-GARA LO, DAN LO NGGAK AKAN PAHAM AKAN HAL ITU!"

"Kak,"

"JANGAN PANGGIL GUE! BAHKAN SEKARANG GUE NGGAK SUDI UNTUK DENGER SUARA LO!"

Gala pun berniat untuk meninggalkan kamar Alangka, namun saat kakinya kurang selangkah untuk pergi dari kamar tersebut suara Alangka berhasil menghentikannya.

ALANGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang