20 || Kepedulian yang terpendam.

33 6 1
                                    

Kadang, kita perlu menghilangkan gengsi sejenak, untuk bisa melakukan apa yang sebelumnya sempat tertahan

***



Setelah bel berbunyi Alangka berniat untuk segera ke kantin karena perutnya yang kosong. Saat ia berjalan di koridor ia melihat Erlan yang lumayan sudah membawa beberapa tumpukan buku, sampai akhirnya ia melihat Erlan menjatuhkan buku yang sedang cowok itu bawa.

"Lo belum makan, ya?" Alangka yang tiba-tiba datang akan membantu membuat Erlan sedikit terkejut.

"Kok lo tau gue belum makan?" Erlan balik bertanya seraya mengambil beberapa buku yang tadi sempat terjatuh.

"Dari muka lo keliatan!" keduanya hanya saling tertawa bersama.

Alangka juga mengantarkan Erlan untuk membawa beberapa buku tersebut ke ruang guru. Karena jika di biarkan, Erlan mungkin akan melakukan hal yang sama. Setelah meletakkan buku-buku tersebut ke atas meja yang mereka tuju Alangka berniat untuk menuju ke kantin kembali. Rasa laparnya semakin membuncah setelah menolong Erlan. Saat ia akan melangkah Erlan tiba-tiba mencekal tangannya.

"Kenapa?"

"Lo mau kantin?"

Alangka hanya mengangguk membenarkan ucapan Erlan.

"Gue bawa bekel lebih, gimana kalo kita makan berdua?"

"Tap__"

"Ka, ayolah. Kalo nggak habis gue bisa di getok nyokap gue," Erlan berusaha membujuk Alangka.

Gadis didepannya itu terlihat sedang berfikir sebentar, sampai akhirnya dia mengiyakan ajakan Erlan untuk makan bekal yang telah cowok itu bawa. Alangka salah satu orang yang mempunyai sikap yang tidak enakan, itu mengapa ia tidak enak jika harus menolak ajakan Erlan.

Beberapa menit yang lalu, Erlan menyuruh Alangka untuk menunggunya di sebuah taman sekolah. Karena cowok itu akan mengambil bekal yang ia bawa ke dalam kelasnya. Dari kejauhan Alangka dapat melihat Erlan yang setengah berlari membawa kotak makan bewarna pink di tangannya. Alangka terkekeh pelan, sejak kapan Erlan suka membawa bekal? dan hal yang tidak pernah Alangka sangka Erlan ternyata menyukai warna pink.

"Kok ketawa?" Erlan bertanya setelah melihat Alangka tertawa dengan kehadirannya.

"Sejak kapan lo suka warna pink?"

Saat itu juga Erlan melihat pada kotak makan yang sedang ia bawa. Ada rasa malu saat dia menyadari bahwa kotak makan yang sedang ia bawa ternyata warna pink.

"Gue nggak nyadar lagi," elaknya sehingga membuat Alangka menggelengkan kepalanya heran. Bagaimana dia tidak sadar jika telah membawa kotak makan bewarna pink.

Erlan membuka kotak makan itu dengan perlahan, Alangka membulatkan matanya saat melihat sebuah roti bakar dengan selai pandan kesukaannya.

"Wah," ujarnya senang.

"Lo suka?" Alangka mengangguk antusias.

Erlan menyodorkan roti tersebut kepada Alangka. Namun raut wajah Alangka seketika berubah, "Kok cuma satu, katanya bawa lebih?" Alangka mencoba menanyakan kebenaran akan ucapan Erlan sebelumnya.

"Gue bohong, supaya lo mau ikut sama gue. Dan juga gue udah makan kok, ini sengaja gue bawa buat lo,"

"Lo serius?" Alangka mencoba memastikan ucapan Erlan.

"Seriuslah. Nggak mau?"

Dengan cepat Alangka mengambil roti yang Erlan berikan, "Jadi, tadi lo bohong juga sama gue?"

ALANGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang