35 || Lembaran terakhir dan Akhir [ END ]

36 5 3
                                    

Ujung jalan, yang selalu menuntunku untuk menyambut sebuah perpisahan

*****

Pelabuhan, 25 Desember 2015

Gala melihat keempat temannya tengah memasuki kapal satu persatu. Ia juga bingung kenapa pakaian yang mereka kenakan berubah menjadi putih. Bukannya saat berangkat mereka mengenakan baju bewarna hitam. Kini malah sebaliknya, dirinya yang menggenakan baju warna hitam itu. Padahal sebelumnya ia menggunakan baju berwarna putih. Ada apa sebenarnya? kenapa rasanya dia seakan ada di dunia yang berbeda.

Gala mencoba untuk memanggil semua nama yang ada di sana namun tidak ada satu pun dari mereka yang mendengar panggilan itu.

"Abe?"

"Geon?"

"Catka?"

"Olan?"

"Alangka?"

Gala sudah berteriak dengan suara yang sangat lantang tapi tidak ada satu orang pun yang berhasil mendengarkannya. Gala sangat aneh dengan teman-temanya saat ini. Dan yang membuat dia semakin bingung, dia merasa tidak trauma ketika melihat sebuah kapal besar itu. Kapal yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Gala terlihat putus asa. Padahal, sekarang dia tidak merasa takut lagi akan kapal dan mencoba untuk ikut bersama mereka dalam satu kapal itu. Dia juga merasa bingung kenapa seakan dirinya tidak bisa berlari untuk menghampiri para sahabatnya dan juga Alangka.

"Lo semua kenapa sih?" ujarnya bingung.

Saat Gala merasa pasrah dengan semuanya dan mencoba untuk pergi dari sana sebuah teriakan mampu ia dengar.

"Gala?"

"Kak Gala?"

Panggilan lantang itu mampu membuatnya berbalik. Senyumnya merekah mendapati para sahabatnya dan juga Alangka melambai kepada dirinya. Semua orang yang dia lihat tersenyum disana. Dan Gala senang akhirnya para sahabatnya dapat menemukan tempatnya saat ini.

"Lo semua mau kemana?" Gala baru menyadari kalimatnya saat dirinya baru saja melontarkannya. Bukannya dia sudah tau jika mereka semua akan berangkat ke bali.

"Kita mau pulang!" jawab semuanya kompak.

"Pulang kemana?"

"Ke rumah kita lah!" jawab Abe.

"Bukannya ke bali?"

"Nggak jadi. Jadinya pulang kerumah." ujar Geon menjelaskan.

"Kok gue nggak di ajak?" tanya Gala yang kebingungan.

"Jangan, kak. Rumah kita jauh. Kak Gala belum boleh ikut." ujar Alangka.

"Kok gitu?"

"Lo harus bahagia dulu, Gal. Baru boleh susul kita." ucap Catka ikut menjawab.

"Jadi gue harus gimana agar bisa bahagia?"

"Terus hidup, Gal. Belajar dari ketegaran gue saat ibu gue pergi, Gal." teriak Catka.

"Belajar dari gue disaat menghadapi masalah keluarga." Abe ikut bersuara.

"Lo harus tau? bahwa kepergian seseorang bukan penghalang untuk kita terus hidup. Inget kisah gue sama yolan." ujar Geon ikut menambahkan.

"Jadikan gue pelajaran, Gal. Cintai seseorang dengan tulus. Jangan permainkan mereka." Olan juga meminta Gala untuk tidak menjadi dirinya.

"Kak, kuat ya. Aku tau kak Gala lebih kuat dari aku. Maaf, aku nggak bisa terus di samping kak Gala." Alangka menatap nanar Gala.

ALANGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang