34 || Abu-abu yang telah pudar

13 4 0
                                    

Seberapa kuat kita menyimpan kebenaran yang sesungguhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seberapa kuat kita menyimpan kebenaran yang sesungguhnya. Semuanya akan terungkap pada waktunya nanti

___

Dorr

Dorr

pretttttttt

Suara terompet serta beberapa letusan Party popper saling bersahutan di dalam rumah itu. Tanpa sepengetahuan Alangka, di dalam rumahnya kini sudah ada Abe, Olan, Catka, Geon beserta Mbok Sri dan Pak Yoo yang ternyata sudah datang.

Alangka melihat tulisan Happy Birthday untuknya terpampang disana. Ada sebuah kue juga yang tengah di bawah Mbok Sri.

"Selamat ulang tahun Alangka!" teriak semua orang dengan heboh disana.

"Kan ulang tahun dia besok?" Gala sangat heran dengan kelakuan teman-temannya yang tidak tahu hari.

"Terus kenapa lo kesini juga? lo pengen ngerayain juga kan?" ledek Abe ketika itu.

"Dih, gue nggak sengaja nganterin nih cewek!"

"Gini Gal, kita takutnya besok nggak bisa ngerayain ulang tahun Alangka. Jadi kita majuin aja jamnya." ujar Geon mencoba untuk menjelaskan.

"Kayak nggak ada waktu aja."

"Gala, manusia seperti kita tuh nggak pernah tau waktu kita bertahan sampe besok atau nggak, setidaknya kita sudah menyelesaikan apa yang harus kita selesaikan sebelum pergi." Abe juga ikut menambahkan.

"Omongan lo semua kenapa sih? kayak besok mau pergi aja,"

"Kita emang mau pergi kali,"

jawaban Catka membuat Alangka beserta Gala mengerutkan keningnya bingung.

"Pergi kemana kak?"

"Kita mau liburan!" kompak keempatnya menjawab. Bertepatan dengan itu Abe mengarahkan tangannya untuk memperlihatkan Alangka dan Gala sesuatu.

Mereka berdua sedikit terkejut mendapati beberapa koper yang sudah terpampang disana.

"Aduh, Alangka atuh tiup dulu lilinnya," Mbok Sri yang sedari tadi memegangi kue merasa sangat kepanasan.

"Astaga Mbok lupa!" Alangka menepuk jidatnya.

"Make a wish dulu, Ka." pinta Olan yang membuat Alangka menganggukan kepalanya.

Kebanyakan orang disaat membuat permohonan adalah dengan menundukkan kepalanya dan menutup mata. Berbeda dengan Alangka sekarang, gadis itu justru menatap satu persatu orang yang berada disana dengan senyum manisnya. Tiap tatapan yang ia berikan, dirinya seakan menyelipkan sebuah doa disana. Setelah itu Alangka langsung meniup lilinnya sehingga dihadiahi tepukan yang meriah disana.

"Jadi maksud kalian bawa koper itu kenapa Kak?" tanya Alangka yang masih memendam rasa penasaranya.

"Jadi, kita akan kasih lo hadiah," ujar Geon misterius.

ALANGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang