9

489 30 0
                                    

Happy reading!

Author POV

Tak seperti hari-hari sebelumnya, sore ini cuaca terasa lebih dingin. Langit yang biasanya cerah kini terlihat menggelap. Tak hanya itu, beberapa bagian jalan dipenuhi oleh kubangan air bekas hujan.

Sejak pagi tadi, hujan telah membasahi bumi. Tapi bukan berarti aktivitas masyarakat terhenti karena hujan, mereka masih sibuk melakukan aktivitas di luar ruangan dengan mantel dan payung.

Sore ini Arsen dan Viola berkesempatan untuk pulang berdua. Kebetulan mereka ada mata kuliah dengan waktu yang hampir bersamaan, jadi Arsen dan Viola memilih untuk pulang bersama, sekalian mampir di warung bakso yang tak jauh dari Rainbow Senior High School.

Viola melepaskan helm yang melindungi kepalanya. Dahinya berkerut kala melihat banyaknya kendaraan yang terparkir di depan warung bakso ini.
Gadis itu mengalihkan fokusnya saat rambutnya diusap oleh Arsen.

"Kebiasaan lo dari dulu nggak berubah ya, Vi. Kalau mau pakai helm rambutnya diiket dulu, biar nggak berantakan kayak gini," ucap Arsen seraya merapikan beberapa helai rambut Viola yang berantakan karena memakai helm tadi.

"Ribet tau, Sen. Lagian lo bisa bantuin rapihin rambut gue," ucap Viola diakhiri cengiran khasnya.

Arsen memandang Viola dengan tatapan datarnya. Sedetik kemudian ia mengacak-acak rambut Viola hingga berantakan bak sapu ijuk yang telah lama dipakai.

"Arseeen! Kenapa malah diberantakin sih?" gerutu Viola. Bibirnya mengerucut kesal. Sebab rambutnya yang telah rapi berubah menjadi tak beraturan.

"Makanya jangan manfaatin kebaikan orang lain, Vi."

"Bukan manfaatin kebaikan, Sen. Apa yang lo lakuin itu udah jadi kebiasaan, jadi gue udah terbiasa sama apa yang lo lakuin ke gue."

Arsen memutar bola matanya jengah. Jika urusan perdebatan, Viola yang menjadi pemenangnya. "Iya, Vi. Lo yang paling bener kok."

Viola mengibaskan rambutnya. "Gue emang nggak pernah salah, Sen."

Setelah berucap demikian Viola berjalan meninggalkan area parkir warung itu. Tapi langkahnya tertahan saat Arsen menarik tangannya.

"Ih lo apa-apaan sih, Sen? Gue udah laper banget nih," ucap Viola.

"Lo yakin mau masuk dengan kondisi rambut kayak gitu?"

Reflek Viola menyentuh rambutnya. "Astaga! Gue lupa! Bantuin gue ya, Sen." Viola memasang puppy eyes-nya kala mengucap kalimat terakhirnya.

Cowok itu menatap Viola dengan malas. Tapi tak urung ia membantu Viola untuk merapikan surai milik gadis itu.

"Udah."

"Arsen baik banget, deh. Makasih ya," ucap Viola.

"Iya, Viola. Sekarang kita masuk, gue udah laper," ucap Arsen. Tangannya meraih telapak tangan Viola, lalu menggenggamnya.

"Wow warungnya makin rame ya, Sen," ucap Viola seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Iya, Vi. Katanya sih gara-gara ada selebgram yang makan dan review bakso di sini," jelas Arsen.

"Beneran? Pengaruh sosial media emang luar biasa," ucap Viola dengan penuh kekaguman. Tak menyangka jika warung bakso andalannya semakin banyak peminat.

Cowok itu hanya menggeleng pelan melihat kekaguman Viola. Hal yang wajar, mengingat Viola telah lama tidak berkunjung ke tempat ini.

"Sen, duduk di sana aja, yuk," ajak Viola sembari menunjuk sebuah kursi yang berada di paling ujung.

"Lo ke sana dulu. Gue mau order makannya."

"Gue mau mie ayam bakso," ucap Viola.

Arsen menatap Viola dengan pandangan tak percaya. "Yakin lo? Emang lo bisa habisin semuanya?"

"Yakin lah, Sen. Soalnya gue laper banget." Gadis itu mengusap perutnya untuk meyakinkan Arsen jika ia benar-benar merasa lapar.

"Kalau sampai nggak habis awas lo," ancam Arsen.

Viola memutar bola matanya jengah. "Gue janji bakalan habisin, Sen. Sekarang lo cepetan order."

"Iya-iya, bawel banget sih," gerutu Arsen sembari melangkah menjauh dari Viola.

Viola sendiri hanya mengangkat kedua bahunya acuh, lalu berjalan menuju kursi kosong yang ia maksud tadi. Melihat pengunjung yang sedang menyantap bakso dan mie ayam membuat rasa laparnya meronta-ronta.

Suara deringan ponsel membuat Viola terlonjak. Dahinya berkerut kala melihat foto Bang Ervan terpampang di layar ponselnya.

"Halo, Kak."

"Kamu di mana, Vi?"

"Vio lagi makan bakso di deket RSHS."

"Sama siapa?"

"Arsen."

"Kenapa nggak izin dulu ke mama atau kakak?"

"Bang, jangan mulai deh. Vio itu cuma makan bakso sama Arsen, bukan pergi ke luar kota atau luar negara."

"Iya, abang tahu. Tapi setidaknya kamu izin dulu, Vi."

"Kita bahas ini nanti di rumah, Bang. Vio mau makan dulu."

Tanpa menunggu balasan sang abang, Viola mematikan sambungan teleponnya. Jika ia melanjutkan perdebatan dengan Bang Ervan, dapat dipastikan jika mood-nya akan rusak begitu saja.

"Habis teleponan sama siapa, Vi?"

Viola mendongak, menatap Arsen yang baru saja duduk di hadapannya. "Sama Bang Ervan."

"Kenapa? Bang Ervan nyuruh lo pulang?"

"Nggak, dia cuma tanya gue lagi di mana."

"Dia nggak nyuruh lo pulang?"

"Gue matiin teleponnya."

Dahi Arsen berkerut keheranan. "Kenapa?"

"Gue males kalau Bang Ervan bahas masalah izin."

"Vi, jangan gitu ah. Gue tahu lo nggak suka sama ucapan Bang Ervan, tapi jangan mutusin panggilan secara sepihak dong, kurang sopan," tegur Arsen.

"Habisnya Bang Ervan selalu nyalahin gue terus, Sen. Apalagi kalau gue perginya sama lo," ucap Viola.

Arsen meletakkan tangannya di pipi Viola, jari telunjuk milik Arsen mengusap pipi mulus itu dengan perlahan. "Nanti kalau lo udah di rumah, minta maaf sama Bang Ervan, ya. Bicarain masalah kalian baik-baik. Gue yakin kok apa yang Bang Ervan lakuin itu demi kebaikan lo."

Viola menatap Arsen, ia bisa melihat ketulusan dari mata cowok itu. "Iya, deh. Gue bakal ngomong sama Bang Ervan nanti."

Kedua sudut bibir Arsen terangkat. "Pintarnya! Anak siapa sih."

"Ih udah, Sen. Kita dilihatin banyak orang," bisik Viola sembari menundukkan kepalanya. Ia bisa melihat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.

Cowok itu lantas menjauhkan tangannya dari pipi Viola. "Iya, nggak lagi kok."

______________________________________________

Hai, akhirnya aku update lagi. Jadi, pengumuman event ramadhan series udah keluar, dan Alhamdulillah cerita ini dapat juara 2, walaupun ceritanya belum tamat. Aku mau ngucapin Terima kasih banyak buat kalian yang kasih support aku lewat cerita ini. Love you guys.

Purwodadi, 28 Juli 2021

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang