25

243 14 2
                                    

Happy reading!

Viola keluar dari mobil sesaat setelah Arsen mematikan mesin mobilnya. Mereka baru saja pergi ke minimarket untuk membeli snack untuk Ryzard, keponakan Viola itu merengek minta dibelikan coklat kesukaannya. Segala cara telah mereka lakukan agar cowok cilik itu melupakan keinginannya, namun tidak ada yang berhasil. Pada akhirnya Viola dan Arsen memilih mengalah.

Langkah mereka terhenti karena Ervan menghadang mereka di depan pintu utama. Tatapannya dingin tak bersahabat, terlebih ketika tatapan Ervan dan Arsen bertemu.

"Abang mau bicara sama kalian," ucap Ervan mengutarakan keinginannya.

"Bentar, Bang. Vio sama Arsen mau kasihin coklat ke Ryzard dulu," balas Viola.

"Kamu aja yang kasih ke Ryzard, Arsen biar di sini," perintah Ervan. Tidak ada nada ramah dalam ucapannya.

Viola terdiam, namun matanya menatap ke arah Arsen, seakan meminta persetujuan cowok itu. Meninggalkan Arsen berdua dengan Ervan bukan ide yang bagus, sebab Ervan secara terang-terangan tidak menyukai sosok Arsen. Untung saja Arsen paham dengan kode yang diberikan oleh Viola.

"Gue nggak papa," ucap Arsen menenangkan Viola.

Dengan berat hati Viola berjalan masuk ke dalam rumah, semoga saja tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diantara mereka.

"Lo pasti nggak lupa soal larangan gue waktu itu," ucap Ervan dengan nada dingin. Matanya menatap tajam ke arah Arsen, berusaha mengintimidasi lawan bicaranya.

"Soal lo ngelarang gue buat deket sama Viola kan?" tebak Arsen.

"Kalo lo tahu, kenapa masih nekat juga?"

"Bang, tanpa gue jelasin lo pasti udah tahu alasannya. Lagipula Kak Delon sama Tante Dita nggak melarang kedekatan kita kok," balas Arsen. Ia berusaha membalas dengan sesantai mungkin, karena bagaimana pun juga orang yang mengajaknya bicara lebih tua darinya.

"Gue sebagai Kakak sekaligus Ayah buat Viola. Jadi, gue mau yang terbaik buat adik gue," ucap Ervan.

"Tapi Abang tuh udah kelewatan banget, dengan melarang Vio dan Arsen buat bersama itu udah salah, Bang! Bahkan sampai sekarang, Viola nggak tahu apa alasan Bang Ervan nggak suka sama Arsen sampai separah ini. Padahal Mama dan Kak Delon bisa maafin Arsen, tapi kenapa Bang Ervan nggak bisa?" sahut Viola dari balik pintu.

Fokus Ervan kini beralih pada Viola. "Apa kamu sudah lupa kejadian dua tahun lalu? Kamu pergi dari Jakarta gara-gara Arsen pacaran sama cewek lain. Dan sekarang dengan gampangnya kamu kembali luluh sama dia lagi? Kamu nggak takut kejadian itu bakal terulang lagi?"

"Bang, kejadian itu nggak seratus persen salah Arsen! Abang salah mengartikan semuanya! Viola memang sakit hati saat tahu Arsen suka dan memilih pacaran sama cewek lain, tapi waktu itu Arsen belum tahu kalo sebenarnya Viola punya perasaan lebih sama Arsen. Ini salah Viola karena nggak bisa mengontrol perasaan Viola sendiri," jelas Viola. Ia cukup lelah menjelaskan hal ini kepada Ervan, karena kakaknya itu tidak akan pernah mengubah keputusannya.

"Bang, yang menjalani hubungan ini gue sama Viola. Gue tahu kalo tujuan Bang Ervan baik, cuma lo nggak bisa memaksakan keinginan lo kayak gini, Bang," imbuh Arsen. Ia berharap ucapannya bisa meluluhkan hati kakak pertama Viola itu.

"Lagipula kebencian Abang itu nggak masuk akal," tambah Viola.

"Jadi, kalian sekongkol buat nyerang Abang? Inget satu hal Vio, kalo kamu nggak mau menuruti permintaan Abang, Abang bakal cabut semua fasilitas yang kamu punya," ancam Ervan.

Viola membatu, ia menatap kakak pertamanya itu dengan raut wajah keheranan. Selama ia hidup belasan tahun, baru kali ini orang terdekatnya mengancam separah ini.

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang