Happy reading!
"Gue duluan ya, Bro!" pamit Arsen pada segerombolan teman kampusnya.
"Nggak mau ikut ngopi dulu?" tawar Glen, cowok berasal dari Nusa Tenggara Timur yang kini menjadi sahabat Arsen.
"Kapan-kapan aja, gue lagi ada urusan," tolak Arsen.
"Pasti masalah cewek kan?" tebak cowok berlesung pipit. Namanya Radit, cowok berkulit sawo matang yang memiliki senyum menawan.
Arsen hanya tersenyum kecil sebagai jawaban. Ia memang belum menceritakan kedekatannya dengan Viola secara detail. Mereka hanya mengetahui jika Arsen sedang berusaha mendekati Viola.
"Gue cabut dulu," pungkas Arsen.
Setelah mendapat persetujuan teman-temannya, Arsen segera beranjak menuju tempat parkir. Siang hari ini langit sedikit berawan, namun tidak mengurangi rasa panas dan gerah akibat paparan sinar matahari yang sedikit tertutup awan.
Arsen masuk ke dalam mobil miliknya, kemudian menyalakan mesin. Sebelum melajukan mobilnya, Arsen memilih mengecek ponsel, memastikan chat yang masuk telah ia balas. Tatapannya tertuju pada sebuah pesan yang dikirimkan oleh Delon sekitar dua jam yang lalu. Kakak kedua Viola itu memintanya untuk datang ke rumah Viola, katanya, sejak dua hari yang lalu mood gadis itu memburuk. Tepatnya sejak Viola tidak jadi datang ke pesta ulang tahun adiknya. Ia tidak tahu apa alasan Viola tidak datang ke pesta yang diadakan untuk merayakan ulang tahun adiknya itu, tetapi Arsen yakin jika Bang Ervan pasti ada kaitannya dengan kejadian ini. Secara Bang Ervan menunjukkan ketidaksukaan pada Arsen secara terang-terangan.
Dua hari ini Viola tidak ada kelas, sehingga mereka berdua tidak dapat bertemu. Padahal baru dua hari, namun Arsen merasa rindu berat pada sosok sahabat sekaligus pujaan hatinya. Rasanya Arsen ingin cepat-cepat sampai di kediaman Viola. Tanpa mengulur waktu lagi, Arsen mulai melajukan mobilnya keluar dari area kampus.
***
Arsen memandang pintu rumah di hadapannya dengan senyum tipis. Bukan tanpa sebab, samar-samar ia mendengar suara nyaring Viola dari dalam rumah. Mungkin gadis itu sedang menggerutu karena kedatangan tamu yang tidak sabaran, Arsen sengaja membunyikan bel berulang kali dengan cepat.
Tak berselang lama pintu besar di hadapannya terbuka lebar, menampilkan sosok gadis dengan piyama bergambar kartun, raut wajah yang ditunjukkan sangat jauh dari kata ramah. Sepertinya rencana Arsen membuat Viola menjadi kesal berhasil.
"Arsen? Kok lo ada di sini?" ucap Viola saat mengetahui jika Arsen berada di hadapannya.
"Ya gue emang sengaja mau mampir ke sini. Gue pengen lihat keadaan lo," balas Arsen.
"Kenapa nggak bilang dulu, sih?" gerutu gadis itu.
"Emang nggak boleh ya, datang ke sini nggak bilang sama lo?"
"Ish! Nggak gitu, Sen. Kalo lo bilang mau ke sini, gue bisa siap-siap dulu. Masa iya gue nyambut tamu dengan tampilan kucel kayak gini?" cerocos Viola.
Arsen terkekeh kecil mendengar ucapan Viola. Sebenarnya yang diucapkan gadis berpiyama itu memang benar, penampilan gadis itu terlihat berbanding terbalik dengan biasanya. Wajah tanpa make up, rambut terlihat tidak beraturan, satu lagi, sepertinya Viola belum mandi.
"Gue nggak masalah kok. Lagian mau lo udah mandi ataupun belum tetap sama aja, sam—"
"Sama-sama cantik kan? Gue emang cantik dari dulu kali, lo-nya aja baru sadar," sahut Viola dengan cepat. Bahkan gadis itu senyum-senyum tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE
Teen Fiction[Update Setiap Rabu] SEQUEL PLEASE BE MINE Amazing cover by @graphic_cii Disarankan follow sebelum membaca❗ Hidup Arsen terasa hampa sesaat setelah Viola menghilang. Arsen tak mengerti mengapa Viola hilang begitu saja. Ketidakhadiran sahabat masa ke...