23

213 19 1
                                    

Happy reading!

Suasana kantin fakultas Manajemen dipadati oleh gerombolan mahasiswa. Beberapa di antara mereka memilih menunggu jam mata kuliah selanjutnya sembari makan siang atau sekedar mengobrol dengan teman. Banyak juga yang tengah serius membuat tugas kelompok. Selain karena tempatnya nyaman, kantin menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman yang bisa dijadikan teman mengerjakan tugas.

Seperti Arsen dan kedua temannya misalnya, mereka baru saja menyelesaikan tugas kelompok untuk pertemuan yang akan datang. Kelompoknya terdiri dari lima orang, namun dua di antaranya telah pulang terlebih dahulu, menyisakan Bianca dan Januar. Ini bukan pertama kalinya bagi mereka untuk mengerjakan tugas kelompok di kantin, terhitung sudah lebih dari empat kali mereka melakukan hal serupa. Walaupun kantin bisa dikatakan sangat berisik, namun mereka tetap nyaman-nyaman saja.

"Kalian nggak pulang?" tanya Arsen.

"Lo sendiri kenapa masih di sini?" Bukannya membalas pertanyaan Arsen, Bianca malah balik bertanya.

"Gue nungguin cewek gue," balas Arsen.

"Oh pantesan, biasanya juga langsung cabut," sahut Januar. Cowok itu tengah fokus dengan game online yang sedang ia mainkan. Sudah menjadi pemandangan biasa jika Januar asik sendiri dengan game online, katanya sih mumpung ada Wi-fi gratis. Selain karena menghemat kuota, cowok yang berasal dari Brebes itu mencari uang tambahan dengan menjadi penjoki rank di game online.

Panjang umur, selang dua detik setelah Januar diam sebuah panggilan masuk ke nomor Arsen. Siapa lagi jika bukan Viola Margareta.

"Halo, Sayang. Gimana gue jemput sekarang?"

"Ih! Arsen jangan panggil gue gitu, geli tauuu."

Arsen terkekeh pelan mendengar suara Viola. Otaknya tengah membayangkan ekspresi kesal gadis itu.

"Lo tuh aneh deh, Vi. Kebanyakan cewek kalo udah punya pacar minta diromantisin, lah lo malah nggak mau."

"Bukannya nggak mau, Sen. Cuma romantis menurut gue nggak melulu lo manggil gue dengan panggilan sayang, lo selalu ada buat gue juga termasuk romantis kok."

"Gimana gue nggak makin sayang sama lo, Vi."

"Jangan ngegombal terus, Sen! Ayo cepetan jemput gue. Ntar keburu Ryzard pulang duluan."

"Iya-iya. Ini gue otw ke parkiran, gue matiin telponnya, ya."

"Iya."

Sambungan telepon itu diputus oleh Viola. Lantas Arsen memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, kemudian menyeruput es tehnya hingga tandas.

"Gue cabut dulu, Bro."

"Yoi, hati-hati di jalan," balas Januar.

"Duluan, Bi."

"Iya."

Setelah berpamitan dengan rekan kelompoknya, baru lah Arsen beranjak meninggalkan kantin fakultas Manajemen. Semalam Viola mengajaknya untuk menjenguk Ryzard, sekaligus mengantarkan cowok cilik itu pulang ke rumahnya. Setelah empat hari dirawat, Ryzard sudah diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit.

Tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai di lahan parkir. Setelah menemukan letak mobilnya, ia segera membuka kunci kendaraan roda empat itu. Lima detik setelahnya mobil Arsen mulai melaju meninggalkan Fakultas Manajemen.

Beberapa hari terakhir Arsen merasa jika Viola lebih ceria dari sebelumnya. Arsen tidak mengetahui alasan pasti mengapa mood Viola bisa membaik seperti ini, namun Arsen menebak jika ada kaitannya dengan Bang Ervan yang tidak pulang ke rumah. Arsen senang melihat Viola ceria, di sisi lain ada sedikit rasa bersalah pada dirinya, bagaimanapun juga ia menjadi salah satu penyebab merenggangnya hubungan persaudaraan antara Viola dan Ervan.

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang