13

297 19 0
                                    

Happy reading!

Arsen berada di dalam mobil, matanya tak lepas dari para mahasiswa yang baru keluar dari fakultas bimbingan dan konseling. Sudah hampir sepuluh menit ia menunggu Viola, namun gadis itu belum juga terlihat.

Rencananya ia akan mengajak Viola membeli kado untuk Velyn. Tiga hari lagi adiknya akan berulang tahun, dan Arsen ingin meminta tolong kepada Viola agar membantunya mencarikan hadiah yang cocok untuk sang adik. Jujur saja, ia kebingungan dalam mencari hadiah, karena adiknya hampir memiliki segalanya, mulai dari mainan, pakaian, alat tulis, boneka dan masih banyak lagi. Ditambah ia hanya tahu jika adiknya penyuka kartun Frozen. 

Panjang umur, dari kejauhan ia bisa melihat sosok Viola yang tengah berjalan tergesa ke arahnya. Cantik, bagi Arsen Viola tidak pernah terlihat jelek dalam kondisi apapun. Seperti hari ini, Viola terlihat sangat cantik walaupun dengan pakaian simpel, hanya kemeja dan celana jeans dengan totebag twrsampir di bahunya. Rambut blonde-nya hanya dikuncir dengan menyisakan poni tipis. Arsen menegakkan tubuhnya saat Viola masuk ke dalam mobilnya.

"Arsen, lo udah nunggu gue dari tadi?" tanya Viola.

"Nggak, baru sepuluh menit kok," balas Arsen. Baginya, menunggu Viola selama sepuluh menit tidak ada artinya, menunggu Viola yang menghilang tanpa kepastian saja Arsen sanggup, apalagi ini cuma sepuluh menit.

"Sepuluh menit itu lumayan lama, Sen," ujar Viola.

"Jangankan sepuluh menit, nunggu dua tahun gue juga sanggup kok."

"Lo nyindir gue?" cecar Viola dengan mata memicing curiga ke arah Arsen.

"Menurut lo?"

"Ya gue lah, Sen. Soalnya lo nunggu gue selama dua tahun, padahal gue nggak pasti," ucap Viola penuh percaya diri.

"Pede banget, lo. Emangnya lo yakin kalo gue nunggu lo?"

"Kalo lo nggak nungguin gue, mungkin sekarang lo udah punya pacar atau minimal gebetan, tapi sampai sekarang lo nggak punya, itu tandanya lo nunggu gue balik ke sini," ucap Viola.

"Gimana gue bisa punya pacar kalo hati dan pikiran gue ada di lo. Gue nggak bisa lupain lo, Viola," ujar Arsen tulus.

Mendengar pengakuan Arsen membuat Viola menarik kedua sudut bibirnya. Sesenang ini rasanya mendengar pengakuan Arsen, hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Viola kira perasaannya dengan Arsen hanya akan menjadi sebuah kisah yang tidak pernah dimulai. Namun takdir memihak padanya, saat ini bersama Arsen ia memulai merangkai sebuah kisah yang semoga berakhir bahagia.

Lamunan Viola buyar saat Arsen mencubit pipinya. Tidak begitu kuat, namun terasa sedikit perih. Ia mengusap pipinya naik turun untuk menghilangkan rasa perih yang hinggap di pipinya, tatapan kesal ia tunjukkan pada Arsen. Ya walaupun cowok itu tidak melihat sedikitpun ke arahnya, sebab ia sedang fokus menyetir.

"Loh kita mau ke mana, Sen?" tanya Viola saat menyadari jika jalan yang dilewati bukan ke arah rumah Arsen ataupun Viola.

"Anter gue cari kado buat Velyn, tiga hari lagi dia bakal ulang tahun," ucap Arsen.

"Emangnya lo mau cari kado apa, Sen?"

"Nggak tau, lo bantu gue pilih ya," ujar Arsen.

"Wani pira."

"Hah? Lo ngomong apaan sih, Vi?" tanya Arsen. Raut wajahnya terlihat kebingungan.

Melihat raut wajah kebingungan Arsen membuat Viola terkekeh pelan. Seru juga berbicara dengan Arsen menggunakan bahasa Jawa. Pasalnya Arsen tidak paham dengan bahasa Jawa, sebab keluarga Arsen tidak ada yang berasal dari Jawa. Mereka asli orang Jakarta.

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang