"Hanya dengan melihatmu baik-baik saja, aku sudah lega."
🌼🌼🌼
Yara membuka mata perlahan. Matanya terasa perih. Ada sisa tangis yang masih menggenang. Kelopak matanya pun tampak bengkak sehingga tatapan matanya seakan buram."Sudah sadar?" tanya seseorang yang baru saja memasuki kamar.
Yara mengedipkan mata. Lalu, ia memandang ke sekeliling. Ternyata, ia tidak sedang berada di asrama. Yara mencoba mengumpulkan kesadaran. Ia teringat kejadian tadi sore. Begitu mendengar kabar kecelakaan itu, pandangan Yara mendadak kabur dan semua berubah menjadi gelap.
"Sayang?"
Suara yang tak asing itu tiba-tiba saja menyusup telinga Yara. Terasa bagai mimpi mendengar nada lembut itu. Yara berusaha mengenyahkan. Namun, suara itu menggema dalam pikiran.
Ranjang yang Yara tempati bergerak pelan. Sosok itu benar-benar berada di sini, duduk manis tepat di sisinya. Yara masih tidak habis pikir menyoal apa yang baru saja menimpa dirinya.
"Apakah ini nyata?" kata hati Yara. Ia masih berpikir kalau apa yang ia lihat hanya halusinasi semata.
"Mas?" ucap Yara seraya menyuruh lelaki itu mendekat. Yara menepuk pipi lelaki yang sedang termenung di dekatnya itu dengan lembut. Tak berhenti sampai di situ, Yara kembali menggerakkan kedua tangannya. Ia menyusuri setiap lekuk wajah lelaki tersebut. Namun, sosok itu tak jua menghilang.
"Iya, Sayang. Ini aku. Mas Rafif," ungkap Rafif yang mengerti kebingungan Yara. Lelaki itu menggenggam tangan wanitanya itu erat. Sisa rasa panik masih tampak pada wajah tampannya itu.
"Tapi, kata Mbak Rahma ... "
Suara seseorang menyela sebelum Yara melanjutkan kata-katanya.
"Kamu salah paham, Yara. Dibilang juga apa? Disuruh dengerin penjelasan Mbak dulu, kamu malah histeris duluan."
Yara melongo. Ia tidak mengerti maksud ucapan Mbak Rahma barusan.
"Tadi sore, Mbak bilangnya kan 'mobil Rafif kecelakaan'. Bukan berarti lelakimu itu ikut di dalamnya," jelas Mbak Rahma yang membuat Yara begitu malu.
Kemudian, Yara memberi kode pada sang suami untuk menjelaskan lebih rinci mengenai kejadian itu.
"Ya sudah, Mbak tinggal dulu ya. Nanti Mbak ambilkan teh hangat dan pengganjal perut sekalian."
Setelah mengucapkan itu, Mbak Rahma keluar kamar.
"Aku malu," seru Yara sembari menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia sungguh tidak tahu lagi bagaimana menyembunyikan muka kali ini. Pasalnya, ia sudah membuat kehebohan yang berujung menumpuk rasa malu.
"Konyol," batin Yara berteriak.
"Kenapa malu, Sayang? Nggak apa-apa. Mas malah merasa tersanjung. Kekhawatiran yang kamu tunjukkan itu menjadi tanda bahwa Mas masih menempati posisi istimewa di hatimu. Bener, nggak?" ungkap Rafif yang membuat Yara semakin salah tingkah.
"Entah ah," sahut Yara sambil merapatkan selimutnya. Rafif pun tertawa lebar. Tawa yang begitu Yara tunggu. Tawa renyah dari suaminya itu memang selalu Yara rindu.
"Ceritanya gimana sih? Katanya Mas tadi mau pulang. Kok masih di sini?" tanya Yara di balik selimut. Wanita itu masih penasaran.
"Nggak jadi. Sebentar lagi lebaran juga, 'kan? Biar nggak bolak-balik, Mas di sini saja. Lagipula, pekerjaan masih bisa dikontrol dari sini. Jadi ya aman," timpal Rafif kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khala
Spiritual[COMPLETED] Khala bermakna sepi. Itulah yang kerap dialami oleh Ayyara Rivania Kiev atau yang biasa disapa Yara. Kesibukan sang suami, Rafif Omar Syarif, sebagai pengacara muda terkenal membuat Yara dilanda sepi. Dalam suasana senyap itu, Yara berha...