27. Selaras

897 184 41
                                    

"Jika sudah tidak selaras, mengapa tidak berpaling arah?"

🌼🌼🌼


Hal yang paling menyesakkan adalah ketika bangun tengah malam dalam keadaan berantakan. Keringat bercucuran dan dada berdebar tidak karuan, seperti habis melakukan perjalanan panjang. Begitulah yang dirasakan Yara malam ini.

Bagai diserang ribuan monster, Yara merasa ketakutan sewaktu mata terbuka lebar. Tangisnya pecah seketika. Tanpa disadari, ia kembali menangis tanpa sebab. Padahal, semenjak sebelum tidur, Yara tidak melalaikan doa. Namun, Yara percaya bukan itu penyebab aslinya.

Yara segera bangkit untuk pergi ke dapur. Ia ingin membasahi tenggorokannya yang kering dengan setetes air.

Setelah menekan saklar lampu, Yara lantas mengambil gelas. Ia menuang air bening yang sudah tersedia di teko dengan pelan. Yara takut membangunkan sang nenek kalau terlalu berisik. Lalu, Yara duduk cukup lama di dekat kulkas sembari meminum segelas air hingga tandas.

Kemudian, Yara beralih menuju ke kamar mandi setelah sebelumnya ia melirik jam dinding yang berada di dekat dapur sekilas. Di sana, terpampang jelas. Angka yang tertera pada jam tersebut masih menunjukkan pukul satu. Namun, Yara ingin menyegerakan berwudu lalu menghamba kembali, agar hatinya lebih tenang tanpa dibayangi sederet masalah yang mengganggu.

"Dingin banget." Yara mengeluh. Namun, ia tetap melanjutkan membasuh anggota tubuhnya dengan air wudu.

Setelah itu, Yara beranjak ke kamar. Dalam suasana hening ini, banyak yang ingin Yara panjatkan. Ada pelbagai pinta yang hendak Yara haturkan.

Rangkaian salat sunnah baru saja Yara laksanakan. Merapal ribuan zikir juga sudah ia lakukan. Pinta dan Asa pun tak lupa disematkan. Namun, ada satu sisi hati Yara yang masih belum tenang.

"Jika sudah tidak selaras, mengapa tidak berpaling arah?"

Antar pasangan, masalah keselarasan cara pandang juga penting. Jika jalan hidup yang ditempuh berbeda, akan banyak kendala pada proses selanjutnya.

Termasuk, tentang upaya menghadirkan sosok baru dalam rumah tangga. Sebelum diputuskan, harus ada pembicaraan dari hati ke hati dulu. Jangan sampai, ada satu hati yang terluka, hanya demi membahagiakan hati yang lainnya.

"Apa aku sanggup?" Hati Yara bergejolak begitu dahsyat. Kata pisah tak sengaja terucap dalam hati. Diamnya Rafif pada sesi pertemuan yang tak sengaja Yara lihat waktu itu, membuat hati Yara pilu. Itulah salah satu alasan yang membuat Yara memilih berputar arah.

Yara tidak bisa membayangkan kalau ketakutannya benar-benar terjadi. Sungguh, Yara tidak siap berbagi jika itu menyoal pasangan hidup. Kalau anti poligami, Yara bisa memastikan bahwa ia tidak termasuk golongan itu. Namun, Yara sadar jika dirinya tidak sekuat itu untuk berada pada posisi yang harus menerima orang baru di sisi suaminya.

"Berbagi suami tidak semudah ketika kita berbagi sejumlah materi, 'kan?" Yara terisak lagi setelah mengucapkan kalimat itu.

"Allah, sampai kapan ujian rumah tangga ini berlangsung?" Yara menanyakan hal ini berkali-kali dalam diskusinya dengan Allah.

Yara sempat juga bertanya apakah ini benar-benar ujian atau semata teguran, karena mungkin secara tak sadar, ada lakunya yang masih jauh dari tuntunan.

"Allah ..., kalau memang semua problematika yang ada adalah teguran, aku mohon tunjukkan langkah yang benar!"

Dalam pernikahan, konflik memang tak bisa dihindari. Hanya saja, kadarnya saja yang tak sama. Ada yang ringan, sedang, dan berat. Yara sendiri tidak bisa mengeja tingkat konflik yang sedang ia jalani berada pada level yang mana.

KhalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang