Sesekali, dengarkan kata hati! Takutnya, karena terlalu terbiasa mendengarkan pendapat orang lain, seseorang lupa bagaimana caranya memahami hatinya sendiri.
🌼🌼🌼
Assalamualaikum.
Mas Rafif apa kabar?Nggak usah dijawab. Lagipula, aku nggak bakal bisa dengar. Hehe.
Aku hanya berharap, semoga Mas Rafif selalu dalam lindungan Allah. Begitu pula diriku.
Maaf.
Dari jarak yang sebenarnya tidak terlampau jauh ini, aku ingin mengucapkan beribu maaf sebagai pembuka deretan kalimat dalam goresan tinta ini. Mungkin, kata maaf saja tidak cukup untuk menghapus segenap kericuhan yang kuperbuat. Mau 'kan memberi maaf?
Ah, nggak usah dijawab lagi. Mas Rafif hanya perlu fokus membaca kelanjutan kata yang kutulis saja.
Sejujurnya, aku sadar bahwa tingkahku terlalu egois. Meninggalkan tanggung jawab dan menepi tanpa pamit. Namun, hatiku butuh ditenangkan terlebih dahulu.
Tanpa aku menjelaskan panjang lebar, Mas sudah paham alasannya, 'kan?
Ah iya, melalui secarik surat ini, aku meminta izin meski sangat terlambat. Aku butuh waktu untuk bertarung dengan diriku sendiri dulu.
Mas ... aku ingin kita berdua sama-sama merenung. Barangkali, kita sesungguhnya memang butuh waktu untuk menata hati kembali. Memperbaiki segala bentuk kesalahpahaman yang kerap mewarnai.
Harapku, dengan sekat yang tak begitu dekat, kita berdua bisa saling menemukan lagi kata sepakat.
Jika aku sudah siap, Mari kita bicara dari hati ke hati!
Mas mungkin kecewa dengan keputusanku yang terkesan mendadak ini, tetapi aku pun sama kecewanya; pada diriku sendiri dan pada keadaan yang berada di luar kendali.
Perlu Mas tahu, saat itu ... aku merasa bahwa wujudku seolah tak nyata di sana. Adanya aku seakan hanya menjadi pemicu duka saja.
Aku sampai berpikir, apa aku memang benar-benar tidak pantas berada di tengah-tengah Kalian?
Aku paham, ada tembok tinggi di antara kita yang tidak mungkin bisa aku robohkan begitu saja. Meskipun, sekuat apapun aku mencoba.
Mas ... suatu saat nanti, kalau memang keberadaanku tidak diharapkan lagi, Mas bilang baik-baik secepat mungkin, ya! Biar aku mempersiapkan diri sejak dini.
Oh iya, sepertinya, aku sudah kelamaan berceloteh. Sudah dulu ya, Mas. Waktunya aku bergelut dengan proses menepi lagi.
Wassalamualaikum.
Yara.
Note:
Hampir lupa. Mas jangan cari aku dulu, ya! Aku baik-baik saja. Mas harus percaya, aku aman di sini.Rafif tidak fokus bekerja. Ia hanya memainkan kertas yang sudah lecek yang sekarang berada di tangannya. Bahkan, pesan singkat dari Ning Malva yang mengajaknya bertemu sejak seminggu yang lalu, ia abaikan. Rafif tidak ingin membuat masalah semakin runyam.
Sebab, bertepatan dengan itu, Rafif mendapatkan surat misterius kala itu. Ternyata, isi surat yang ia baca berhasil meremukkan separuh hatinya.
"Yara?" Rafif bergumam lirih.
Sampai saat ini, Rafif belum menemukan kode di mana keberadaan isterinya. Ia sudah mendesak Hasna, sang pengantar surat itu. Namun, jawabannya tidak sesuai harapannya. Ternyata, Hasna memang tidak tahu apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khala
Spiritual[COMPLETED] Khala bermakna sepi. Itulah yang kerap dialami oleh Ayyara Rivania Kiev atau yang biasa disapa Yara. Kesibukan sang suami, Rafif Omar Syarif, sebagai pengacara muda terkenal membuat Yara dilanda sepi. Dalam suasana senyap itu, Yara berha...