16. Percaya

984 183 35
                                    

Selain harus baik perihal komunikasi, membangun rasa percaya itu penting. Namun, jika kepercayaan itu sudah telanjur rusak, seseorang tidak akan mudah kembali mengulang luka yang sama.


🌼🌼🌼


Denting suara jam dinding berbunyi nyaring. Yara terbangun karena tidurnya terusik. Ia tidak pernah menyalakan pengingat waktu. Namun, saat sepertiga malam, mata Yara selalu terbuka lebar.

Yara lantas mengumpulkan separuh nyawanya yang seakan belum melekat sempurna. Ah, padahal raganya memang tidak beranjak dari tempat aslinya. Setidaknya, untuk saat ini.

Selepas melafalkan doa bangun tidur, Yara segera menuju ke kamar mandi. Sebisa mungkin, ia menahan hawa dingin yang membuatnya menggigil.

Suara lantunan ayat cinta-Nya samar terdengar. Asal suara itu dari masjid besar yang lokasinya berada di pondok Putra. Biasanya, para santri memang sudah dibangunkan untuk melaksanakan salat malam.

Selama berada di pesantren ini, Yara merasa bahagia karena riuh pada sepertiga malam yang memekakkan telinga itu perlahan mampu mengubur rasa sepi dalam hatinya.

Salat malam usai. Setelah itu, Yara berzikir dengan tenang. Lafal Allah itu bersahutan menyentuh dasar hatinya. Tangis yang tadi malam ia redam seketika tumpah.

Yara tidak bisa menahan diri lagi. Ia mengeluarkan segenap gelisah yang mengganggunya sebelum tidur. Yara tidak peduli jika mata sembab akan menghiasi wajah cantiknya pagi ini. Sebab, ia hanya sedang berusaha menyalurkan kegundahan yang bersemayam pada diri.

Setelah puas menangis, Yara segera mengambil mushaf miliknya yang terletak di atas meja kecil di dekat tempat ia salat.

Netra Yara terpaku pada satu ayat Allah yang kali ini ia baca. Sebaris surat Ar Ra'd ayat 28 itu membuat Yara tersentuh. Hatinya menjadi lebih tenang. Apalagi, sewaktu ia membaca arti ayat tersebut, hati Yara kian bergemuruh.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah! Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram."

Arti ayat yang terkesan singkat itu memiliki makna begitu dalam. Menyoal ketenangan hati, tidak semua orang dianugerahi. Yara seharusnya merasa beruntung karena bisa menikmati rasa tenang dalam senyap yang menyelimuti.

Selepas memahami salah satu ayat dalam Kitab Suci itu, Yara merenggangkan tangannya sejenak. Lalu, ia melihat ke arah jam dinding.

"Masih pukul empat," gumam Yara pelan.

Yara lantas menaiki ranjang untuk mengambil ponsel yang ia letakkan begitu saja di dekat bantal. Tadi malam, hatinya remuk. Rasa percaya yang ia bangun mendadak hancur. Maka dari itu, ia menaruh ponsel itu sembarangan. Bukan tanpa alasan pikiran buruk Yara menggema dalam pikiran. Sebab, kepercayaan itu seakan sengaja dihancurkan oleh keadaan.

Kalau biasanya, seseorang akan bahagia dengan sapaan hangat dari sang pujaan menjelang tidur. Semalam, bukan itu yang Yara terima. Alih-alih membahagiakan, dongeng pengantar tidur yang ia lihat tidak seolah mengubur harapannya.

"Terimakasih untuk malam ini," tulis seorang perempuan cantik di salah satu akun sosial medianya.

Sungguh, bukan sekadar tulisan itu yang membuat Yara nyeri, tetapi adanya pria yang tidak asing berfoto dengan perempuan itu yang mencipta sakit hati. Meski tampak dari belakang, Yara paham dengan jelas postur pria itu. Ia tak lain adalah sang suami. Yang membuatnya lebih jelas, akun yang ditandai perempuan yang kira-kira seusia Yara itu benar-benar nama suaminya. Berungkali Yara menyangkal, tetap bukti nyata itu sangat menyita kewarasan akal.

KhalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang