ini chap bingung, so enjoy aja deh ya
Happy Reading~
●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●
Aku berjalan cepat menuju kantin. 'Wortel' itu selalu menyuruhku membeli makan siangnya. Bukan menggunakan uangnya, tapi menggunakan uangku. Uang yang hanya bisa kubeli makan siang satu kali sehari tapi sebagian besar direbut habis olehnya. Setiap hari aku hanya makan roti isi dan susu rasa stroberi. Sedangkan ia makan nasi katsu yang enak setiap hari menggunakan uang sakuku. Memangnya tidak ada anak lain ya? Kenapa harus aku? Aku baru saja pindah sekitar 3 bulan yang lalu, tapi apa-apaan ini?
Kalian belum kenal siapa 'wortel' ya? Biar ku perkenalkan dengan berat hati. Dia kakak kelasku di SMA tempatku bersekolah 3 bulan terakhir. Namanya Heeseung. Aku menyebutnya 'wortel' karena aku tidak suka wortel, itu berarti aku tidak suka dengannya. Ia merupakan anak dari pemilik toko mainan terbesar yang memiliki kualitas mainan yang sangat bagus! Seharusnya ia punya banyak uang kan? Tapi dia memanfaatkanku. Menyebalkan! Aku tidak pernah makan siang enak setiap hari sejak ia mulai menggangguku. Makan roti isi dan susu stroberi saja tidak akan kenyang kan?
Parahnya lagi, ia menungguku di rooftop gedung utama sekolahku. Aku harus menyebrang dari gedung kantin ke gedung utama sekolah melalui lapangan yang besarnya 4 kali rumahku, lalu menaiki tangga menuju rooftop yang berada di lantai 4. Gila! Setiap hari aku melakukan kegiatan berat ini dan tidak diberi upah. Belum lagi aku bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket dan pulang malam. Sampai rumah aku langsung mandi dan belajar hingga larut, baru aku bisa tidur dengan keadaan yang sangat lelah.
Aku tidak melawan bukan karena aku takut dipukuli olehnya dan teman-temannya, aku bisa saja memukuli mereka sampai babak belur. Hanya saja, mereka orang-orang kaya. Ayahku bilang untuk jangan mencampuri urusan mereka–orang-orang kaya–jika tidak ingin bermasalah hingga dituntut keluarga mereka. Aku tidak punya kekuasaan di sini. Bisa dibilang, aku kalah telak. Tidak juga, aku masih bisa berkelahi kan? Suatu saat aku akan meninju bibir mereka yang dengan entengnya menghina dan merendahkanku. Ingat itu!
Aku tersadar dari lamunanku. Sudah berapa lama aku berdiam diri di depan pintu rooftop? Tanpa pikir panjang aku langsung mendorong pintu itu dan melangkahkan kakiku menuju orang yang sedang duduk di dinding sekitar rooftop. Aku menatapnya polos, memang aku selalu mengubah ekspresiku menjadi laki-laki SMA yang polos dan menerima setiap bullyan dari 'wortel' dan teman-temannya. Aku menyerahkan nasi katsu padanya. Aku langsung berbalik badan tanpa menunggu kata 'terima kasih' darinya. Karena 'wortel' tidak pernah berterimakasih padaku. Aku baru berjalan 3 langkah, lalu kemudian dia memanggilku.
"Park Sunghoon.."
Aku menoleh ke belakang. Ia masih berada pada posisi awalnya. Matanya melirik roti isi dan susu stroberi di tanganku. Aku khawatir ia juga menginginkan makan siangku. Tangannya mulai melayang di udara, beberapa kali mengisyaratkanku untuk mendekat. Aku pasrah dan mendekatinya. Tapi aneh, dia malah menepukan telapak tangannya pada dinding di sebelahnya. Aku masih melongo tidak paham. Ia berdecak melihat kebodohanku.
"Ck, duduk disini. Makan siang denganku"
Aku semakin bingung. Apa dia sedang sakit? Matanya menatapku datar, aku melangkah dengan malas dan duduk di sampingnya. Terasa sangat canggung ketika duduk bersamanya. Tidak ada percakapan diantara kami. Ia sibuk dengan makan siangnya. Aku membuka bungkus roti isi dengan hati-hati agar isiannya tidak berantakan. Ia makan dengan lahap, tanpa sadar aku memperhatikannya makan. Ia menyadari tingkahku. Tiba-tiba ia menoleh, aku langsung memalingkan wajahku dan memakan roti isi di tanganku pelan.