Om Heeseung / Kak Heeseung?

2.5K 180 16
                                    

⌗ HEEHOON ⊰

"Hah? Aku dijodohin sama om-om gini?"

"Gak mau! Aku masih mau mentingin sekolah!"

"Aku cuma takut! Jauh-jauh sana! Nanti malah macem-macem lagi!"

3000+ words!
































"Sunghoon! Cepet siap-siap, kita mau ke kantor tempat papa kerja" teriak si kepala keluarga dari ruang tamu.

"Kenapa aku ikut? Aku di rumah aja ya? Mau belajar, besok ada ulangan"
balasan dari anak tunggal, sedang berkutat pada buku-bukunya.

Mamanya menghela napas berat, "Gak bisa, sayang. Belajarnya di sana aja ya? Ini penting"

"Kan urusan pekerjaannya papa, kenapa jadi aku?" protes dari Sunghoon, ia sudah berada di ujung atas anak tangga.

"Ada yang mau dibicarain sama kamu, dan kamu harus setuju di sana" kata papanya sedikit menuntut pada anak berumur tujuh belah tahun di sana.

"Ya kalo emang aku harus setuju, mama sama papa aja yang pergi. Bilang kalo aku setuju" oceh Sunghoon, wajahnya memelas tidak senang.

"Sunghoon, nurut!" tegas papanya. Sunghoon merotasi bola mata, malas berdebat dengan si kepala keluarga dan memilih untuk menurut meski ada rasa tidak suka pada hatinya.

"Iya deh, aku ganti baju dulu"

***

Sunghoon, papa, dan mamanya memasuki satu ruangan yang besar. Kira-kira berada di lantai tertinggi sebuah gedung dengan tanda nama 'Lee' berdiri membanggakan marga keluarga si pemilik perusahaan. Ruangannya dingin, semua tirai diturunkan berwarna maroon. Sunghoon menebak, ini markas vampir karena ruangan itu sangat minim cahaya. Entah lampunya yang sudah kehabisan daya atau memang si penguasa ruangan tidak tahan teriknya cahaya lampu.

"Pak Lee, ini anak saya" ucap papa agak bergetar. Sunghoon bingung dirinya diperkenalkan pada lelaki yang duduk di bangku kebesarannya dan sikunya menopang di meja kerja yang amat luas. Sangat berbeda dengan meja kerja papanya yang sebagai pegawai.

"Masih SMA ya? Saya kira sudah kuliah. Silakan duduk senyaman kalian" suaranya rendah tapi lembut dan sedikit memberi kesan suara serak tiap akhir kata.

"I-Iya, anak kami satu-satunya" canggung sekali. Sunghoon tidak pernah berada di situasi secanggung ini. Bahkan untuk mengeluarkan bukunya saja rasanya ragu.

Lelaki itu menggenggam papan dan ada kertas di atasnya yang jelas tidak Sunghoon tahu apa isinya. "Yaudah, tanda tanganin aja suratnya. Besok langsung tinggal di rumah saya" ucapnya lagi, Sunghoon mengerutkan dahi sebab bingung dengan pembicaraan mereka yang ia dengar.

"B-Besok? Apa tidak terlalu cepat, Pak?"

"Ya mau gimana? Kan keputusan di tangan saya"

"Kasih dia waktu satu bulan sama kami, ya? Kalo secepat ini, saya takut belum sanggup merelakan Sunghoon" mohon papa pelan-pelan, bicara setenang mungkin agar tidak mengganggu mood atasannya.

'Ada apaan sih? Kok namaku dibawa-bawa?' penasaran, dirinya ingin mendengar lebih jauh tanpa ingin ketahuan dengan menyibukkan dirinya dengan buku, meski sulit juga dibaca karena ruangan yang gelap.

"Dua minggu. Saya kasih waktu dua minggu"

"B-Baik, Pak. Terimakasih atas keringanannya"

"Sunghoon" panggil papanya dari jauh, ia berada di hadapan atasannya.

HEEHOON WORLD | oneshoot/oneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang