Part 39

969 52 2
                                    

Gema berdiam diri didalam kamarnya yang gelap cuma cahaya bulan yang menerangi lewat jendela kamar yang dilapis dengan gorden itu, dengan wajahnya yang datar tapi yakinlah hatinya sangat berdenyut nyeri, kapan semua penderitaan ini akan berakhir? Apa cuma dengan ia mati semuanya akan benar-benar berakhir, jika dipikir-pikir kebahagiaan mereka juga melihat dia mati cuma itu yang bisa bikin kedua orangtuanya tersenyum.

Dan Gema pasti bakal lakuin itu.

Hanya saja Tuhan masih memberi waktu untuk Gema agar dia bisa melihat dunia yang luas dan bisa menikmati nya sedikit lebih lama, walaupun hati Gema selalu mengatakan kalau dia ingin cepat-cepat pergi dari dunia ini, dunianya sangat-sangat menyedihkan.

"Gue benci dunia gue, dan seperti nya semesta benci lihat gue bahagia."

Tapi ada satu orang yang terkadang bikin Gema selau ingin lebih lama disini. Untuk pertama kalinya hati nya berdebar saat dia melihat mata gadis itu, sungguh alay jika dibayangkan dan itu justru membuat Gema geli sendiri tapi mau bagaimana lagi dia suka membayangkan nya, aneh tapi nyata.

Sebenarnya perasaan apa ini, apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.

Tapi tidak sedikit orang mengatakan kalau cinta pada pandangan pertama itu bukan cinta namanya tapi nafsu yang hanya sekedar mengagumi. Aneh dan lucu itu membuat Gema kepikiran, yang jelas Gema nyaman, Gema gak mau dia milik orang lain kecuali Gema yang mengizinkan.

Egois?

Tentu saja."Boleh gak sih kalau gue bersikap egois, cuma sama lo?"

Gema mengusap wajah nya kasar, lagi-lagi dia tersadar dan tertampar realita kalau dia itu cuma laki-laki penyakitan yang akan benar-benar merepotkan orang lain, jadi lebih baik dia melupakan perasaannya dan berusaha untuk mengikhlaskan semuanya, karena untuk apa dia hidup jika dia harus merepotkan orang yang ia cintai.

•••

Swara menghela nafasnya panjang, dia mengacak rambutnya prutrasi dengan air mata mengalir deras, pipinya pun terlihat basah. Dia mengunci pintu kamarnya dia bersandar di pintu itu dan mengacak rambut nya prutrasi kenapa dia rasa kalau dunia itu tidak pernah adil padanya?

Tangisan gadis itu semakin pecah saat ia merasa kalau orang-orang yang sangat ia sayangi itu tidak pernah perduli padanya, tentu saja sangat menyakitkan."Apa gue harus mati biar papah bebas dan gak merasa gak terbebani sama gue?"

Wanita itu terbaring di atas ranjangnya yang besar dan sangat mewah, wajahnya sangat begitu pucat dengan tangan yang bergetar ingin menyentuh wajah gadis cantik didepannya."Ara, mamah sayang sama Ara." Lirih wanita itu.

Wanita yang selalu membuat hati Swara tenang Nada, nama Ibunya."Ara juga sangat sayang sama mamah." Jawab gadis itu yang tengah menggunakan baju seragam SMP nya.

"Titip papah yah sayang, jaga dia."

Gadis itu menggeleng."Mamah gak boleh ninggalin Ara mah, kalau mamah pergi Ara juga mau ikut." Lirih gadis itu menggenggam tangan ibunya erat.

"Enggak sayang, kamu harus disini sama papah jaga dia yah mamah sayang banget sama papah kamu."

"Mamah udah gak kuat, Ara juga sama Ara cemburu papah yang selalu ada buat wanita itu." Ucap Swara.

"Mulai sekarang anak gadis mamah, harus lebih tambahin yah rasa sabar nya, rasa kuat nya papah juga sayang sama Ara."

"Tapi dia lebih sayang sama wanita itu." Lirih gadis itu.

Kilatan masa lalu yang terus saja berputar di benaknya saat dia mengingat Ibunya, ibunya yang selalu menangis terkadang disiksa didepan matanya sangat mengerikan bahunya sampai gadis itu tidak menyukai kegelapan sama sekali.

G E M A √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang