Part 46

977 58 2
                                    

Indah turun dari mobil yang ia kendarai, ia tergesa-gesa berlari menuju rumah kakaknya, air matanya sudah turun membasahi pipinya. Dia berlari dan dia melihat Bella yang tengah mengobati luka Bima, sedangkan Galuh dia terdiam dengan pandangan kosong nya.

"Indah." Ucap Bella.

Bella bangkit melihat adiknya yang berderai air mata itu, menghampirinya karena dia takut apa yang terjadi dengan adiknya itu tapi.

PLAK

Satu tamparan keras Indah layangkan ke pipi Bella.

"Tante Indah!" Bima terkejut apa yang dilakukan oleh Indah kepada Ibunya.

"Apa yang kamu lakukan Indah!?" Galuh angkat bicara tidak terima apa yang Indah lakukan kepada istrinya.

"Indah." Lirih Bella tidak menyangka apa yang dilakukan adiknya itu.

"Mbak! Kenapa mbak terus menyakiti Gema?" Tanya Indah.

"Karena dia salah, dia yang udah nyakitin Bima. Dia itu harus nya mati." Jawab Bella.

"Mbak Gema hancur, sangat hancur ak--"

"Indah." Teriak Bi Aning di atas tangga dengan derai air mata."Den Gema." Ucap Bi Aning.

"Gema." Ucap pelan Indah, dia langsung pergi ke kamar Gema dengan peralatan medis yang ia bawa.

"Gema." Lirih Bima sambil berlari menuju kamar Gema.

"Bima!"

Teriakan orang tuanya ia tidak hiraukan dia memilih untuk pergi melihat saudara kembarnya.

Indah melihat Gema yang terbaring di atas kasur dengan bahu diikat berusaha agar darah itu tidak keluar lebih banyak, wajah pucat dan bibir tipis yang tersenyum tipis kearah Indah.

Indah berlari menghampiri keponakannya."kita kerumah sakit yu--"

"Gema di obatin disini yah Tante, gak parah ini gak sakit tapi hati Gema yang sakit." Ucap Gema berusaha kuat, agar orang yang benar-benar perduli padanya tentu akan merasa tenang walaupun kenyataannya tidak seperti itu.

Indah mengusap kasar air matanya, dia mulai mengobati luka Gema, dan sepertinya luka ini harus di jahit karena lukanya terlalu dalam.

Bima melihat sendu kearah Gema, air matanya meluruh melihat Gema yang benar-benar hancur tatapan kosong dengan air yang menggenang di pelupuk matanya, bahu yang obati bahkan tidak terasa sakit di banding kan rasa sakit yang ada di hati nya.

"Gema maafin gue, yah gue salah." Lirih Bima.

Gema menganggukkan dan tersenyum kearah saudaranya."maafin gue juga ya, kalau suatu saat nanti gue gak ada dirumah ini lagi kamar ini buat lo, gue bakal pergi sejauh mungkin gue gak akan pernah balik lagi kesini." Ucap Gema. Gema menghela nafasnya panjang."Tapi lo harus sering-sering jengukin gue ya, gue pasti bakal kangen banget sama lo tapi lo harus bawa bingkisan kalau kerumah gue jangan tangan kosong." Ucap Gema.

Bima tersenyum tipis mendengar ucapan Gema."Gue bakal sering jengukin lo kok, tapi rumah nya jangan jauh-jauh." Ucap Bima.

Indah menangis mendengar ucapan Gema, rumah yang ia maksud, pergi yang ia maksud, keluar dari rumah yang ia maksud itu bukan apa yang dipikirkan Bima sekarang tapi pergi untuk selama-lamanya.

"Pasti rumah gue gak bakal terlalu jauh kok. Jagain mamah, jagain papah, gue bakal jagain mereka dari kejauhan tanpa berani menyentuh, memeluk sama seperti sekarang." Lirih Gema.

Bi Aning menangis mendengar ucapannya Gema, apa anak laki-laki ini benar-benar ingin pergi? Dunia kejam baginya. Dia mempunyai kasih sayang yang sangat banyak tapi dia mengharapkan kasih sayang seperti anak lainya di sayangi oleh orang tuanya.

G E M A √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang