Part 62

2K 92 11
                                    

Proses pemakaman sudah selesai, pagi hari yang cerah ini Gema diantarkan ketempat peristirahatan terakhirnya. Rasanya ini mimpi, mimpi buruk dan berharap kalau ini mimpi Rindu ingin bangun dari mimpi ini.

Tapi sayangnya ini nyata, bahkan semua wajah yang dilihat Rindu kemarin dan sekarang masih terlihat jelas kesedihan yang mendalam.

Bima terduduk di tanah dia menatap gundukan tanah itu."Jadi ini rumah lo, jadi ini rumah yang harus gue kunjungi? Jadi ini rumah yang harus gue bawa bingkisan ketika gue ke rumah lo--." ucap Bima parau.

Semuanya terasa menyakitkan, tolong jika semua ini adalah kebohongan tolong hentikan karena Bima sudah tidak tahan lagi.

Dadanya terasa sesak, melihat kenangan yang menyakitkan.

Bella masih terus menangis memegang foto Gema, anak itu sudah tidak ada sekarang dia pergi dia benar-benar menjauh dari hidupnya.

"Bim--Gema udah tenang di sana." ucap Rindu mengusap bahu Bima lembut.

•••

"Pah kok Gema gak jengukin Ara sih? Oliv sama Ressa juga mana?"

Sandi menatap putrinya sayu dia mengusap lembut surai putrinya lembut."Gema dia masih sekolah, nanti dia juga kesini." Ingin sekali Sandi memberitahu putri tentang apa yang terjadi sebenarnya tapi dia tidak yakin dengan semua ini.

Swara terdiam sepanjang malam di terus kepikiran laki-laki itu andai dia tidak buta, andai dia juga bisa berjalan dia ingin menemuinya. Apa Gema menjagai Rindu?

Jika benar, ternyata selama ini Swara terlalu berharap besar sama Gema.

"Oh ya sayang, hari ini kamu terapi besok kamu bisa pulang."

"Gak bisa pulang sekarang yah pah?"

"Gak bisa, besok kamu bisa pulang."

•••

Setelah selesai pemakaman, Bima berdiam diri di kamar Gema kamar yang sangat dia ingin kan dulu. Dia menatap ke sekelilingnya dia masih ingat di mana dia melihat pertama kalinya saudara kembarnya itu di pukuli, di cambuk sampai tidak sadarkan diri.

"Gema--"

"Gema, Gema kamu di mana nak?" Bella memasuki kamar Gema dengan banyak makanan di tangannya, tentunya ke sukaan Gema.

"Bim, Gema mana? Mamah mau minta maaf, mamah salah. Mamah mau minta maaf sama dia Bima." ucap Bella.

"Mah, Gema udah meninggal dia udah gak ada." ucap Bima.

Bella terduduk di lantai dia menatap ke sekeliling kamar ini, dia ingat di mana dia melukai bahu anak itu dengan tangannya sendiri, dia ingat di mana anak itu menginginkan pelukannya, dia ingin di mana anak laki-laki itu sakit di dalam sana padahal dia hanya menoleh dan bersikap acuh pada anak laki-laki itu.

"Mbak ada satu hal yang harus mbak tahu." ucap Indah yang tiba-tiba saja berjalan masuk ke dalam kamar keponakannya.

Bella menoleh menatap Indah."Gema sakit, Gema sakit kanker stadium lanjut." ucap Indah membuat Bella menggelengkan kepalanya.

"Mbak gak tau gimana dia selalu menahan rasa sakitnya tiap malam, bahkan tiap detik di sisa waktu hidupnya."

"TANTE BOHONG!" teriak Bima.

"Tante gak bohong ini nyata, Gema yang minta sama tante buat nyembunyiin semua ini."

"Gema selalu terlihat baik-baik saja, padahal dia hancur sehancur-hancurnya. Mbak ingat di mana aku mempunyai pasien pengidap kanker itu Gema mbak, anak mbak anak yang sama sekali tidak di perdulikan sama keluarganya."

G E M A √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang