Muza Yana
Segar rasanya setelah mandi dengan air hangat. Aku memakai piyama yang tadi kuselipkan di salah satu pakaian yang kubeli. Aku memilih empat belas macam pakaian untuk kupakai sehari-hari. Ada dress, kemeja, celana jeans, jumpsuit jeans, kaos oblong, rok selutut, dan lainnya. Dalam belanjaan itu aku memasukkan pakaian dalam dan piyama.
Aku membaringkan tubuhku di tempat tidur single yang ada di dalam kamar ini. Akhirnya aku melepas penatku, setelah kabur dan sempat belanja. Untung saja saat belanja aku tidak tertangkap anak buah Cha Minho. Berulang aku aku mengucapkan puji syukur karena kini aku merasa aman di dalam rumah V.
Aku tak bisa menceritakan apa yang terjadi padaku. Biarlah aku dan Tuhan yang tahu. Semoga aku bisa bekerja dengan baik dan V memberiku gaji, meski dipotong kerugian kaca mobilnya yang retak. Yang penting aku selamat di sini. Aku pasti akan menghubungi keluargaku secepatnya.
Lamunanku buyar ketika bel masuk rumah berbunyi. Aku yakin Jigoong tidak akan membukakan pintu. Pria itu justru santai sejak V mengangkatku sebagai pelayan. Sejak pulang belanja pun ia mengurung diri dalam kamarnya dan tidak keluar lagi.
Aku bergegas membuka pintu, dan astaga, makhluk sangat tampan ciptaan Tuhan berada tepat di depan pintu. Ia berdiri dan aku kembali menganga. Mengapa dalam keadaan diam seperti patung ketampanannya justru naik beberapa kali lipat?
"Anyeong," sapaku sok akrab.
Aku sudah berpikiran negatif terhadap dirinya. Aku mengira ia akan pulang pagi. Ternyata ia hanya sebentar saja. Mungkin ia hanya mengantar Xiaoyu saja lalu kembali pulang.
V hanya tersenyum smirk ia melenggang berlalu. Ia berjalan pelan, mungkin karena ia lelah. Aku menutup pintu dan berjalan pelan dibelakangnya. Debar dadaku sepertinya tak selaras dengan pikiranku. Aku justru tak konsentrasi gara-gara debaran sialan ini. Aku heran, punya kekuatan magis apa dia? Hingga aku dibuat berdebar tiap berdekatan dengannya.
Beberapa langkah kemudian, ia berhenti dan menoleh ke samping. Aku juga ikut menghentikan langkahku. Mau apa dia?
"Aku mau mandi," katanya tiba-tiba.
Apa urusannya denganku kalau dia mandi. Apa harus kumandikan? Jelas saja aku mau memandikanmu, kawan.
"Siapkan air panas di kamar mandi tengah!" Ia memintaku menyiapkan air panas di kamar mandi tengah.
"Baiklah," jawabku. Kamar mandi tengah yang ia maksud adalah kamar mandi yang ada di tengah antara ruangan keluarga dengan ruang makan. Setiap kamar di apartemen V ada kamar mandinya. Tetapi, kamar mandi di tengah memiliki bathtub yang lebih besar dibandingkan bathtub di kamarnya. Begitu kira-kira, sebab aku belum pernah masuk ke kamarnya.
Kamar mandi tengah ukurannya cukup luas dilengkapi bathtub yang besar, kira-kira seperti kamar mandi di spa. Untuk kenyamanan kurasa sangat nyaman. Aku hanya melihatnya sekilas saat room tour tadi.
"Yana! Setengah jam lagi temui aku di kamarku!"
Hah, apa? Menemui dia di kamarnya? Untuk apa? Jangan mengada-ngada. Aku baru saja keluar dari lembah prostitusi mengapa ia justru memintaku menemuinya di kamarnya? Gawat.
"Ba baik," terpaksa aku sanggupi. Aku tak tahu harus menjawab apa lagi. Dadaku lagi-lagi berdebar. Aku melenggang ke kamar mandi tengah untuk menyiapkan air panas.
"Yana!"
Belum sempat aku mengerjakan perkejaan ia justru memanggilku. "Iya?" jawabku.
"Ganti bajumu, aku tak mau kau menemuiku dengan berpakaian seperti itu!" ujarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/261705594-288-k741461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Boss IS V BTS
FanfictionV menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku sudah pasti menganga, rabutnya basah dan terlihat makin menggemaskan. Ia memakai kaos oblong tipis dengan tulisan Celine dan celana hitam parasut sepanjang lututnya. Tak berdandan pun ia justru te...