Muza Yana
Tiap kejadian yang kualami selama di Korea selalu membuatku tak percaya. Kini, aku benar-benar seorang rakyat jelata yang menjelma menjadi bintang. Walaupun bukan bintang sesungguhnya, melainkan pelayan dari seorang bintang, aku kini merasa seperti salah satu dari mereka dengan mengenakan baju mahal, tas, dan sepatu mahal. Bukankah tak jauh berbeda dari seorang bintang? Bedanya hanya tempat berjalan kami, kalau seorang bintang tentu saja berjalan di karpet merah dengan kilauan lampu kamera wartawan. Kemudian, aku? Tentu saja aku memasuki auditorium melalui pintu darurat, sama seperti kru lainnya.
Kini, aku sudah duduk bersama dengan para kru. Aku tak banyak berbicara, mengingat beberapa kru wanita menatapku sinis dan berbisik. Hal seperti ini yang tak kuinginkan sejak awal. Aku tidak nyaman mengikuti acara penghargaan musik ini salah satunya karena bisikan dan tatapan sinis kru wanita.
Aku berusaha bersikap biasa saja walaupun hatiku ingin melompat-lompat karena kegirangan melihat bintang K-pop tepat di depan mata. Aku bahkan melihat secara langsung beberapa girl group, boy group, dan solois yang duduk di tempat yang sudah disediakan. Mereka sangat cantik dan tampan jika dibandingkan di internet.
Aku melihat mereka satu per satu. Mataku tak hentinya menyisir setiap idol group yang duduk di depan kami, dan mataku terhenti saat aku melihat sembilan lelaki tampan. Astaga, idolaku ada di sana. Lelaki khayalanku ada di sana. Ia sangat tampan dengan tuxedo hitamnya. Ia tengah asik melihat pertunjukan dengan teman-temannya dan sesekali tertawa riang. Ialah Chanyeol, lelaki Korea pertama yang menjadi idolaku.
Selama pertunjukan dimulai, aku menjadi tak fokus pada acara karena aku menemukan Chanyeol di tengah idol lainnya. Mataku benar-benar terpaku olehnya walau aku hanya melihat bagian belakang tubuhnya. Bisa bertemu ia secara langsung seperti ini rasanya sudah sangat nikmat.
Beberapa idol dan solois telah tampil, kini giliran pembacaan penghargaan terbaik. Ya, setahuku begitu. Sebab mereka menggunakan bahasa Korea. Untuk MC pertama presenter menyebut Jenny BlackPurple dan YeonJin Star Kids. Mereka berdua pun naik ke atas panggung. Begitu Jenny dan Yeonjin naik ke atas panggung, aku langsung ternganga. Sungguh, aku tak percaya, gaun yang kukenakan ini sama dengan gaun yang dikenakan Jenny. Aku tak percaya saat menerima kenyataan bahwa bajuku kembaran dengan salah satu idol.
Aku menelan saliva, gaun kami benar-benar sama dari brand Chanel. Bedanya hanya terletak pada aksesori yang dikenakan Jenny. Jenny menambahkan ikat pinggang, sementara aku tampil polos. Kemudian, Jenny juga menambahkan bros bunga putih tepat di dadanya. Jenny memiliki selera fashion yang baik. Aku tahu bros itu. Walau kecil dan terlihat remeh, harganya tetap saja mahal. Kuharap semua orang tidak menyadari kalau gaun kami sama.
Beberapa acara kemudian, BTS tampil memukau setelah mendapatkan dua penghargaan sekaligus. Lagu pertama berjudul Life Goes On, sukses membuat penonton ikut bernyanyi. Sementara lagu kedua Dynamite, mereka nyanyikan bersama Xiaoyu. Sebuah kolaborasi yang sangat baik, mengingat Xiaoyu memiliki kemampuan menyanyi yang baik dan kemampuan menari yang luar biasa. Sebuah penghargaan tertinggi bagi Xiaoyu bisa menyanyi bersama BTS karena setahuku BTS biasanya menyanyi bersama solois wanita asal Amerika.
Aku makin terpukau hingga tak berkedip di penampilan idol group berikutnya, siapa lagi kalau bukan TheOne. Saat TheOne tampil dengan lagu The Obsession aku membeku tak bergerak. Sembilan pria tampan yang bertahun-tahun aku idolakan itu akhirnya menari dan bernyanyi di hadapanku. Tanpa membuang-buang waktu aku memotret mereka walau dari jauh. Andai saja aku bisa berlari, aku akan berlari ke panggung dan menghampiri Chanyeol. Sayangnya, aku tak bisa. Jika itu terjadi, tentu aku mempermalukan V sebagai majikanku.
"Oh, my God!" pekikku. Beberapa kru memalingkan wajahnya ke arahku. Astaga aku lepas kontrol saat melihat TheOne. Matilah aku, aku malu. Aku langsung menutup mulutku.
"Bukkeuleowo!" (1) Jiggong seperti menggerutu.
Aku menunduk minta maaf setelah Jigoong menyikutku. Rupanya teriakanku terdengar jelas karena sebagian besar penonton tampak serius menikmati lagu yang dibawakan semua idol yang tampil. Bikin malu saja. Aku tertunduk, ingin rasanya menghilang secepatnya. Bagaimana jika V tahu? Ia pasti akan menyindirku tajam. Paling tidak, ia akan tersenyum sinis seperti biasanya.
Setelah beberapa penampilan, sepertinya acara berikutnya adalah pembacaan penghargaan. Pembaca kategori dan nominasi berikutnya adalah V dan Xiaoyu. Iya, aku menghitung ini adalah giliran MC ketiga, dan kini saatnya V dan Xiaoyu naik keatas panggung membacakan sebuah nominasi.
"Kim Taehyung and Ling Xiaoyu!" Terdengar suara lantang presenter menyebutkan nama pria dan wanita tercantik di dunia itu. Aku tak tahu siapa presenter yang menyebutkan namanya, kurasa presenter wanita itu adalah presenter sebuah acara reality show di salah satu televisi swasta Korea.
V berjalan bersama Xiaoyu yang menggamit lengannya. Gadis itu sangat cantik dengan busana berwarna silver. Kilauan warna pakaiannya terlihat kontras dengan wajah cantiknya yang juga berkilau malam ini. Ia tersenyum sangat bahagia, kulihat V juga tampak tersenyum.
Xiaoyu tampak berada di puncak bahagia dan itu karena ia memang jatuh cinta pada V. Xiaoyu seolah menjadi saingan global untuk mendapatkan cintanya V. Mendapatkan cintanya V bukan perkara gampang, ada Xiaoyu yang akan menjadi saingan. Ia bukan sekadar bintang K-Pop, tetapi ia juga menjadi wanita paling cantik di dunia tahun ini. Para gadis, khususnya gadis kampung sepertiku sebaiknya mundur sejauh-jauhnya karena Xiaoyu bukan saingan yang seimbang.
Dari tempat duduk, aku hanya bisa menatap mereka berdua. Mereka memang cocok dan serasi. Apa yang sebenarnya sedang ditunggu V? Bukankah Xiaoyu sangat mencintainya? Dari sini, aku melihat tatapan Xiaoyu yang menunjukkan rasa cinta dan kasih. V sepertinya hanya bersikap profesional, ia hanya melakukan percakapan sesuai instruksi.
Posisi yang dialami Xiaoyu hampir sama denganku sebelumnya. Aku mencintai Rean dengan ikhlas dan tulus, tetapi pria itu tetap sibuk dengan dirinya sendiri. Aku selalu berusaha untuk ada setiap Rean membutuhkanku, tetapi ia tetap saja sulit membalas cinta ini. Sampai sekarang aku tak tahu sebabnya karena cinta memang misteri.
Tiba-tiba aku merasa mendapatkan tekanan. Entah itu tekanan cinta yang tak disambut, entah itu tekanan karena V bercakap-cakap di atas panggung bersama Xiaoyu. Tiba-tiba aku merasa bosan duduk di sini, aku berpikir ke mana aku akan melangkah?
Kuputuskan untuk berdiri dan berjalan ke toilet sekadar menghilangkan bosan dan jenuh. Aku ke toilet juga untuk merapikan make up dan gaunku yang sepertinya memang kurang nyaman dipakai, sebab aku tak terbiasa berpakaian seksi.
Terjemahan :
Bukkeureowo = bikin malu saja
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Boss IS V BTS
FanfictionV menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku sudah pasti menganga, rabutnya basah dan terlihat makin menggemaskan. Ia memakai kaos oblong tipis dengan tulisan Celine dan celana hitam parasut sepanjang lututnya. Tak berdandan pun ia justru te...