Episode 40: Genggaman Tangan

82 14 82
                                    

Kim Taehyung

Tidak, ini bukan main-main. Ini bukan gila, tetapi ini adalah cinta yang gila. Aku harus mengakui kalau aku memang dibuat berdebar oleh wanita Indonesia itu. Tidak ada yang salah dari cinta ini. Karena cinta memang tak pernah salah.

Jika Xiaoyu adalah wanita yang pertama kali mengecup bibirku, maka Muza Yana justru yang pertama kali kucium dengan penuh perasan. Sebenarnya, hasrat ini muncul sejak di taman hiburan, tetapi ia tak menginginkannya. Mungkin tadi ia tak tahan menyimpan rasa di lubuk hatinya.

Aku meremas lembut tangannya, aku tiba-tiba merasa senang. Sejak kehadirannya di rumahku, aku seolah bergantung pada dirinya. Ia memang bukan tipeku, tetapi aku merasa nyaman bersamanya terlebih saat ia mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan menyiapkan segalanya.

Sepertinya, Tuhan memang sengaja mengirimnya untuk menyadarkanku bahwa benar cinta sejàti itu ada. Benar, cinta itu bukan perihal tipe pilihan atau standar menurutmu, tetapi seberapa kamu nyaman dan seberapa baik perlakuannya padamu.

Yana, wanita di sebelahku ini sangat manis, ia memiliki kelebihan yang tak dimiliki wanita lainnya yang pernah kukenal. Ia juga sanggup meruntuhkan hati Seokjin dan Chanyeol, ya kurasa begitu. Hati ini juga sukses ia runtuhkan.

Sepanjang jalan dari halte bus menuju apartemen, kami bergandengan tangan. Sedikit pun aku tak ingin melepasnya. Sesekali aku mencuri pandang dirinya yang terlihat malu-malu dan tak percaya kalau kini aku menjadi kekasihnya. Iya, beginilah jika seorang majikan berubah menjadi kekasih.

"Hai! Mengapa kau melamun?" sapaku. Ia menatapku lalu tersenyum simpul.

"Em, V. Kau tidak salah orang, kan? Kau tidak salah sasaran, kan?" ia berkata tiba-tiba. Ia menatapku dengan wajah yang sedikit takut.

"Kau bicara apa? Memangnya aku tadi bersama orang lain? Tadi hanya ada kita," kataku.

Setelanya aku melepas tanganku dari gandengan. Aku lantas mengusap kepalanya dan mengecup ubun-ubunnya. Ia menggaruk-garuk pelipisnya. Aku tertawa dan kembali menggandengnya.

"Sekarang, kau ceritakan padaku! Apa itu nikah siri?" tanyaku. Aku bertanya sebab aku penasaran. Aku mengadopsi kata-kata itu dari drama Indonesia yang kutonton.

"Hah, kau dapat kata-kata itu dari mana?"

"Dari drama Indonesia," jawabku santai.

"Kau ini, aku juga heran. Mengapa kau suka sekali menonton drama Indonesia itu?" ia kembali bertanya padaku.

"Aku tak sengaja, aku mencarinya secara acak. Ketika aku menemukannya aku menjadi terbiasa. Kurasa seru, karena ceritanya cukup dramatis," jawabku.

Yana mengangguk ia tertawa dengan menutup mulutnya. Ia seperti mencemooh tontonanku. Kurasa aku lebih baik jika dibandingkan dirinya yang suka menonton iklan televisi Korea.

"Kau lucu sekali, V," tukasnya.

"Kau juga, kau suka menonton iklan," kataku.

Ia lantas tersenyum dan aku juga tersenyum. "Kau tahu dari mana kalau aku suka menonton iklan," timpalnya.

"Ah sudahlah. Aku tahu, apalagi kalau iklan itu dibintangi Chanyeol," kataku sinis.

"Why? because you jealuos?" ia berkata dengan wajah usil.

"Hem, sudahlah. Sekarang jelaskan dulu apa itu nikah siri?"

Selama perjalanan ke apartemen Yana menjelaskan nikah siri. Ternyata dugaanku benar, nikah siri adalah menikah diam-diam. Sepertinya nikah siri cocok untuk selebriti sepertiku. Aku juga sebenarnya ingin membina rumah tangga. Sebab aku merasa tak enak jika satu atap dengan kekasih. Apalagi jika kekasih itu Muza Yana yang sangat seksi.

Sampai di apartemen kami sama-sama canggung. Yana malu-malu dan ia berjalan mendahuluiku ke dalam. Aku menahannya dengan menarik tangan wanita itu hingga ia menoleh.

"Iya, V?" katanya.

Aku tak menjawab, aku menatap matanya dan tersenyum simpul. Ia seperti tahu kalau aku menatapnya penuh kasih. Ia juga tersenyum. Aku menarik pelan tangannya hingga ia bergerak dan berdiri tapat di depanku.

Kami saling tatap. Jantungku berdebar, aku benar-benar terperosok ke dalam jurang asmara yang ia gali selama ia di sini. Ia bahkan sanggup bermain api hingga terbakar karena pesonaku. Kini aku benar-benar dibuatnya kasmaran dan ikut terbakar olehnya.

Masih saling tatap, aku mengambil inisiatif memeluknya. Ia menyambut pelukanku, pelukannya hangat sehangat cinta yang telah ia pendam selama ini. Dalam pelukan itu aku berangsur menggeser pelan tubuhnya hingga ia tersudut di pintu masuk. Aku menatapnya lembut, setelahnya aku menunduk dan memejamkan mata. Aku kembali berciuman denganya.

Cukup lama dan aku menikmati gerakan asmara yang tercipta dari bibir ranumnya. Makin lama membuatku seperti tersengat listrik. Akhirnya, aku mengakhirinya dan melepas kecupan dengan napas tersenggal. Aku pun berbisik, "Would you 'nikah siri' with me?"

"Hah!" Ia menjawab dengan wajah melongo.

"Aku serius!" kataku.

"Tak semudah itu," jawabnya.

"Baiklah, tak apa. Kau butuh waktu untuk menjawabnya. Jika kau wanita yang tak menginginkan status pernikahan, itu juga tak jadi masalah. Sebab aku mencintaimu," kataku.

Tanpa mendengar komentarnya, aku menggendongnya. Ia nampak terkejut, ia tertawa dan menautkan kedua lengannya di leherku. "Aku juga mencintaimu," katanya. Setelahnya, wanita itu mencium lembut hidung mancungku.

Aku menggendongnya hingga ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Kemudian, aku berjongkok di samping ia berbaring.

"Aku sudah mengantuk," katanya lirih.

"Baiklah, kau tidur ya. Aku akan kembali ke agensi. Kami ada acara, tadi aku menunda acara, karena aku mencarimu," bisikku.

"Kau jangan lama-lama. Kau harus istirahat. Kau belum istirahat, bukan?" katanya sambil menggosok pipiku.

"Tenang saja, aku tak lama. Aku tak enak dengan teman-temanku. Kurasa mereka meneleponku sejak tadi, dan belum kuangkat," kataku.

"Baiklah, kau hati-hati, ya."

"Hm." Aku mengangguk dan tersenyum. Setelahnya, aku mencubit pelan pipinya.

Aku pamit padanya dan bergegas kembali ke agensi. Sejak aku bersama Yana, aku mengabaikan ponselku yang bergetar karena panggilan masuk. Begitu sampai di luar pintu masuk aku mengecek panggilan masuk, ternyata Seokjin meneleponku berkali-kali. Jimin dan Namjon juga meneleponku.

Jika Jimin dan Namjoon meneleponku karena memintaku kembali ke agensi, kupastikan Seokjin meneleponku karena ia mengkhawatirkan Yana. Panjang umur, ia kembali meneleponku,

"Halo, Hyung?" sapaku.

"Kau sudah menemukan Yana? Apa perlu aku membantumu mencarinya?" kata Seokjin di balik telepon.

"Tak usah, Hyung. Aku sudah menemukannya, ia juga sudah tidur," jawabku.

"Oh, syukurlah. Kau kapan kembali, kami sudah menantimu. Aku juga menantimu karena kau belum menjawab pertanyaanku."

"Baiklah, Hyung. Aku akan menjawabnya sekarang, benar, aku mencintai Muza Yana," timpalku.

Lama tak ia jawab, ia sepertinya merenung. "Hyung?" sapaku.

"Iya," jawabnya.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku.

"Tidak baik-baik saja, tetapi aku puas dengan jawabanmu," jawabnya.

"Maafkan aku, Hyung."

"Tak apa, aku menghargaimu. Tolong jaga Yana dengan baik," pinta Seokjin.

"Tentu saja, tetapi kau tidak marah padaku, Hyung?"

"Tidak, wanita berhak menentukan pilihannya," jawabnya sebelum percakapan kami akhiri.

Setelah sampai di kantor agensi. Aku bertemu Seokjin dan kami terlihat dingin dengan komunikasi seadanya. Kuharap hal ini tak berlangsung lama, aku memaklumi jika Seokjin kecewa. Semoga ia tidak membenciku dan menghindariku.

Terjemahan (Inggris):

Why? because you jealuos? = mengapa? Karena kau cemburu?

My Big Boss IS V BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang