Arini

8 3 2
                                    

Namaku, Arini, istri mas Mahar yang betulan dimahar setelah aku menerima lamarannya empat tahun yang lalu. Sekarang kami sudah bahagia, tapi, seperti disambar petir aku mendengar Mas Mahar ternyata memiliki kekasih di kampung yang sangat mencintainya tapi dilupakannya.

"Goblok!"

Aku tidak pernah membenarkan perbuatannya, tapi bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, aku dan Mas Mahar telah bahagia, dan mungkin pacarnya itu sudah bahagia juga. Akhir-akhir ini, seminggu setelah dia mendapat surat itu, hampir setiap hari dia menulis permohonan maaf dan dikirimnya lewat pos kilat yang bagiku adalah suatu perbuatan yang percuma. Kalau Mas Mahar betulan mengenalnya, bukannya dia seharusnya pulang ke kampungnya langsung untuk menemui dan meminta maaf padanya?

Ah sudahlah, aku sendiri benar-benar kaget, Mas Mahar yang aku temui di tengah jogja sedang ngemper di samping lapangan lenggang itu adalah seorang yang baik denganku. Dia sangat cekatan apabila mengetahui ada yang terjadi padaku, mengayomi, dan dewasa bahkan sejak kami masih pacaran. Bagiku, Mas Mahar adalah laki-laki idaman yang sangat alim, paling alim. Dia sangat senang nonton awan sambil menebak bentuknya, aku sering diajaknya, tapi aku selalu menolak. Untuk apa? itu cuma kerjaan orang-orang yang tidak punya kerjaan. Apalagi dia menonton awan bukan di tempat yang dekat, dia selalu mengajakku ke ujung kota, tempat yang asri dan masih ada sungai barang kecil, kecil sekali. Tapi itulah Mahar yang aku kenal, sangat baik dan penuh dengan keunikan yang membuatku langsung menerima lamarannya tanpa babibu. Apakah itu salah? Tidak juga, empat tahun ini aku bahagia dengannya. Aku masih sering diajaknya ke ujung kota tempat di mana yang aku ceritakan tadi.
Namun, setelah surat itu datang, atau lebih tepatnya ditemukan. Hari itu kami ingin mengunjungi rumah bibinya, di mana dia dulu tinggal saat pertama pergi ke Jogja, Mbok Darmi berlari keluar dari pintu begitu mendengar motor Mas Mahar datang. Dia memberikan dua kardus surat yang selalu dikirim setiap beberapa waktu sekali, totalnya ratusan. Tapi, semua amplopnya sudah kusam karena disimpan selama 10 tahun dan tentu mbok Darmi tidak berani membacanya. Saat itu, Mas Mahar tiba-tiba menjadi masam, seperti mengingat suatu penyesalan yang selama ini tidak pernah dia ingat.

"Dari siapa sih, mbok?"

"Dari siapa ya? Saya ndak berani baca."

"AWAN!" Potong Mas Mahar

Aku terkejut, bertanya-tanya, siapa Awan? Dia tidak pernah menceritakan nama asing itu padaku. Tapi aku maklum, dia laki-laki yang tidak mungkin bisa seratus persen sempurna seperti yang aku bayangkan. Jelasnya, katanya Awan adalah kekasihnya yang dia lupakan saat bertemu denganku.

"Goblok!"

Melihat perempuan lain langsung tergoda, walaupun denganku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan Awan selama 10 tahun ini. Tapi aku yakin Mas Mahar berbohong, kami baru bertemu sekitar 6 tahun lalu, 4 tahun sisanya aku tidak tahu, kehidupan sebelum denganku selalu ditutupnya rapat-rapat. Aku percaya dengannya bahwa kita tidak perlu memikirkan masa lalu, tapi masa depan.

"Omong kosong."

Surat Dari AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang