21 - Keanehan Falila

13.6K 2.3K 195
                                    

Falila sedang mendengarkan Raisa bercerita saat ponselnya mendapat panggilan masuk. Melihat nama kontak yang tertera, tanpa banyak berpikir dia langsung mengangkatnya.

"Halo, Mas? Udah sampai?"

Falila ikut tersenyum saat melihat Raisa lebih dulu mengulum senyum menggoda ketika mendengar dirinya berbicara dengan si penelepon.

"Suruh masuk ke sini," bisik Raisa, terlihat memaksa dengan mata berbinar-binar.

Falila tersenyum geli melihat raut antusias Raisa, tapi tetap mengabulkan permintaan wanita itu. "Mas jemput aku di dalam, ya. Ini aku lagi duduk di pinggiran halaman. Baris belakang, kok, dekat koridor lobi. Gampang aja ketemunya."

Raisa mengangguk-angguk semangat mendengar perkataan Falila, membuat Edo terkekeh melihat raut kekanak-kanakan istrinya.

"Hm, iya, nih, ada teman-teman aku pengin kenalan sama Mas," lapor Falila kepada si penelepon, sebelum mengakhiri panggilan.

"Manis banget ngomongnya pakai mas-mas segala," sindir Raisa dengan wajah yang masih saja antusias.

Falila mengangkat bahu ringan, tersenyum kecil. Terlihat santai saja ketika digoda. Sesungguhnya Falila merasa salut dengan dirinya sendiri hari ini. Dia dapat berakting dengan sangat natural di depan teman-temannya. Semoga nanti lawan mainnya bisa mengimbangi agar semua lebih sempurna.

"Pengin juga, deh, dipanggil begitu," celetuk Edo, menggoda Raisa yang langsung mendengkus ketika mendengarnya.

Falila menikmati melihat interaksi Raisa dan Edo yang sedang bercanda hangat. Dia mendengarkan mereka, tapi matanya berkali-kali terarah ke koridor yang menuju lobi sekolah.

Falila sedikit mengernyit ketika menyadari kegugupannya sendiri. Menantikan kehadiran seseorang, tapi dapat membuatnya berdebar seperti ini. Aneh sekali.

Lebih aneh lagi, ketika kegugupan itu langsung berubah menjadi perasaan lega yang menyenangkan saat matanya mengenali sosok yang sedang ditunggunya sedari tadi. Seorang pria yang tampak sedang melihat-lihat ke sekitarnya.

Spontan, Falila berdiri cepat dan membuat kaget Raisa serta Edo yang duduk di dekatnya. Mengabaikan mereka, Falila memasang senyum terbaiknya sambil melambai tinggi meminta perhatian pria yang berdiri di antara orang yang berlalu-lalang.

Sesuai harapan, orang itu hanya butuh waktu sebentar untuk menemukan posisi Falila yang berdiri sambil melambai kepadanya. Sempat agak terpana dengan Falila yang menunggunya dengan senyuman, dia refleks balas tersenyum dan langsung melangkah mendatangi wanita itu.

"Guys, orangnya datang!"

Falila tidak peduli saat Raisa dengan agak heboh memanggil Anid dan Rini untuk menginfokan kedatangan calon suaminya. Dia lebih tertarik mengamati setiap gerak pria yang sedang melangkah tenang, tapi pasti menuju ke arahnya.

Dalam pandangan Falila, pria itu memasang senyum yang memancarkan kehangatan lebih dari interaksi Raisa bersama suaminya.

Falila memang sedang aneh, ralat, gila, lebih tepatnya. Ini adalah pertemuan kedua setelah di Jogja saat itu, tapi rasanya Falila sudah sangat terpengaruh dengan keberadaan pria itu. Bagaimana bisa dia menjadi bersemangat bahkan melebihi kehebohan tiga wanita yang berdiri di dekatnya saat ini. Untung saja dia lihai menyembunyikannya dengan baik.

"Hai."

Falila tidak bisa menahan dengkusan geli ketika harus mendengar sapaan seperti itu lagi saat mereka berhadapan. Apalagi pria itu terus menatapnya tanpa henti, seakan tidak peduli kalau saat ini Falila sedang di kelilingi teman-temannya.

FALILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang