Falila sempat mengernyit ketika mendapati mamanya sedang menatapnya intens dari seberang meja makan.
Dia berusaha bertanya balik melalui tatapan yang sama. Gerakan bolak-balik mata Amelia antara dirinya, Haditya, dan piring kosong pria itu membuat Falila sedikit bisa menebak maksudnya.
Agak kaku dan terpaksa, akhirnya Falila berinisiatif mengambilkan nasi untuk diisi ke atas piring Haditya yang duduk di sampingnya. Kasihan juga dia melihat Haditya yang sedari tadi tampak ragu dan canggung untuk memulai makan.
Kecuali Amelia dan Raidan, hampir semua yang duduk di meja makan langsung kaget atas tindakan Falila. Haditya bahkan sempat termangu memandangi gadis itu, sebelum akhirnya berterima kasih dengan suara pelan dan raut wajah senang.
Naira menjadi orang kedua yang tersadar dari kekagetan. Dia tersenyum kecil, lalu mulai mengambilkan nasi untuk suaminya yang masih menatap pasangan di depan mereka dengan mata mendelik kesal.
"Makan dulu, Mas. Isi tenaga," tegur Naira, menggoda Jared.
Jared tidak menghiraukan godaan istrinya. Begitu juga Rama yang menutup mulut selama Amelia melayaninya di meja makan. Kedua pria tersebut memilih mengisi perut lebih dulu sebelum kembali menghadapi apa yang Falila bawa hari ini ke rumah.
Haditya sebenarnya merasa kurang nyaman. Mendadak diajak makan siang dalam suasana yang tidak benar-benar bisa menerima kehadirannya.
Untung saja Falila bersikap sangat mendampingi. Gadis itu melakukan tindakan-tindakan yang melebihi ekspektasi Haditya. Memudahkan pria itu untuk terus menyakinkan diri bahwa kedatangannya yang lagi-lagi mendadak bukanlah kekeliruan.
Demi tidak memperparah keadaan, Haditya terpaksa menolak halus tawaran Falila yang ingin mengambilkan lauk dan sayuran untuknya. Dia memilih mengambil sendiri.
Nasi saja. Itu lebih dari cukup membuat Haditya tidak terlalu canggung memulai makan. Meski tindakan Falila tersebut juga seperti membuat Haditya sedang menghindari ranjau di hadapan para lelaki di meja tersebut.
"Makan yang banyak, ya, Haditya. Jangan malu-malu. Kamu bisa, kan, makan sayur berkuah?" tanya Amelia, memecah kesunyian yang tidak biasa terjadi di meja makan keluarganya.
"Bisa, Tante. Masakannya enak. Terima kasih." Haditya tersenyum berterima kasih kepada Amelia yang juga membantu menyamankan situasi.
"Lila nggak begitu bisa masak, loh, Dit. Dia nggak suka ada di dapur." Amelia melirik Falila sambil tersenyum, menggoda putrinya.
"Mama," gerutu Falila pelan. Entah mengapa dia merasa agak jengah ketika Haditya harus mendengar hal tersebut.
Haditya ingin menyahut kalau dia tidak mempermasalahkan. Toh, dia terbiasa memasak sendiri dan tidak begitu pemilih dalam hal makanan. Ada ART juga. Semua bisa dikompromikan.
Namun, tatapan Rama dan Jared yang tampak tidak ingin mendengar komentar darinya, membuat Haditya menahan diri kali ini. Lebih memilih tersenyum saja dan melanjutkan makan.
Untung saja kehadiran Kabiru yang baru saja memasuki ruang makan berhasil mengalihkan perhatian sebagian orang.
Haditya memasang senyum agak lebar untuk menyapa Kabiru. Antara geli dan merasa tidak enak. Temannya itu tampak langsung terdiam di tengah jalan saat mendapati Haditya menjadi salah satu peserta makan siang hari ini.
"Bi, ayo makan. Ngapain kamu diam aja di situ?" tegur Amelia, pura-pura tidak paham dengan kekagetan putra bungsunya atas situasi terbaru di meja makan mereka.
Kabiru tidak menghiraukan mamanya. Dia masih menatap bergantian kepada Haditya dan Falila.
"Om Bi!"
Sapaan kecil Raidan tampaknya berhasil menyadarkan Kabiru. Pria itu memang tidak memasang ekspresi apa pun selama berdiri diam. Dia berpikir. Tak lama, hanya embusan napas kasar yang terdengar darinya sebelum beranjak untuk duduk di samping Raidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALILA
RandomLET YOU HEAL ME. Falila. Panggilan kecil, Lila. Pengkhayal yang pernah terluka. Satu-satunya anak perempuan dalam keluarga Ersa yang terbiasa menerima perlindungan dari seluruh keluarganya. Lila yang sedang berusaha menyembuhkan diri, tiba-tiba diin...