19💎

2.1K 284 14
                                    

Keempat pangeran kerajaan es, sudah bersiap-siap. Mereka akan pergi berkunjung ke pasar.

"Beomgyu hyung, kami mau pergi ke pasar!!"

"Hyung!! Apa kau sudah siap?"

"Beom-"

"SADAR KANG TAEHYUN!!!" Teriak Soobin. "Apa kau pernah memikirkan perasaan kami? Dengan kau terus mengatakan Beomgyu, kau membuat kami sedih dan mengingat nya lagi." Ujar nya sembari menangis.

Taehyun terdiam. Ahh dia lupa hyung kesayangan nya itu sudah tidur untuk selama nya.

"Ini semua salah para Raja egois itu, ini semua karena ketujuh pangeran kerajaan Édafos!!" Ujar Taehyun penuh dendam.

Hueningkai tersenyum kecil. "Salah mu juga."

Taehyun langsung menatap bingung orang disamping kiri nya.

"Andai kau tidak mengabaikan Beomgyu hyung, andai kau tidak terlalu dekat dengan Sunoo, andai kau ada di sampingnya. Beomgyu hyung pasti bertahan ditengah badai, ia akan berjuang untuk hidup, ia tidak akan melakukan bunuh diri, ia tidak akan menghancurkan anugerah nya sendiri, ia tidak akan meninggalkan mu, ia tidak akan membawa anak kalian bersama nya."

Hueningkai masih mencoba tersenyum, meskipun air mata terus turun membasahi pipi nya. "Kalau kau disampingnya, Beomgyu hyung pastinya tidak berpikiran untuk mati. Beomgyu hyung tidak akan menyembunyikan rasa sakit nya. Beomgyu hyung akan semangat meskipun tubuh nya lemah. Beomgyu hyung pasti akan berlari mendekati mu, bukan berlari menjauh dari mu."

"Asal kau tau, orang-orang yang mengenal Beomgyu juga merasa sedih." Ujar Yeonjun yang sedari tadi diam sembari menenangkan Soobin. "Seakan dunia ini kehilangan matahari nya."

Soobin masih menangis sembari memeluk Yeonjun. Ia mengingat wajah Beomgyu yang tertawa bahagia, wajah yang meledek, wajah yang tersenyum jahil. Ia juga mengingat kata-kata yang sering diucapkan Beomgyu, pabo atau paboya.

Heeseung selalu mengabaikan keenam adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heeseung selalu mengabaikan keenam adiknya. Kenapa mereka tidak membunuh dirinya saja? Agar ia bisa menyusul ibu dan saudara tirinya.

"Meskipun kita seumuran, aku tetap yang lebih tua. Jadi kau harus menurut pada ku. Jangan beritahu kalau rambut ku sudah berubah warna, terutama pada Taehyun."

"Eoh tapi Taehyun tidak akan peduli itu. Sudah waktunya aku menemui eomma, aku ingin melihat wajah cantik nya."

"Dia pasti cantik Beomgyu-ah, kau saja cantik. Sampai banyak orang memperebutkan mu, tapi kau memilih seseorang yang salah." Ujar Heeseung sembari mengusap nisan saudara tirinya.

Ia melihat saat tubuh dingin Beomgyu di bawa Taehyun, ia melihat rambut Beomgyu yang putih, bibir yang pucat. Tapi Beomgyu tetap tersenyum, seolah mengatakan dirinya meninggal dengan keadaan bahagia dan baik-baik saja.

"Yak, kita baru mengetahui semuanya baru 3 bulan. Tapi kau meninggalkanku begitu saja."

"Aku memiliki keluarga baru, memiliki enam adik angkat. Tapi aku juga ingin dekat dengan saudara satu ayah ku."

"Kau sudah tidur di samping makam ibu mu. Aku jadi ingin tidur di antara ibu ku dan saudara tiri ku."

Heeseung menunduk, menangis tanpa suara. Sepertinya salah jika dirinya membenci keenam saudara tirinya di kerajaan.

"Sebesar apapun kesalahan seseorang, jangan pernah membenci seseorang tersebut. Aku juga tidak membenci appa. Mungkin dia membuang kita karena peraturan dari kerajaan api, dan membunuh ibu kita karena frustasi."

"Kau bertanya aku membenci Sunoo atau tidak? Tentu saja tidak, kalau Taehyun bahagia yah tak apa, aku tidak bisa mengatur hidup nya."

Heeseung menutup telinga nya, perkataan Beomgyu saat di rooftop terngiang-ngiang. Perkataan yang melarang nya untuk tidak membenci jika seseorang memiliki salah.

Tiba-tiba ada seseorang datang, Heeseung langsung mendongak. "Kau? Sedang apa?"

"Beomgyu sahabat ku, tentu saja aku datang untuk mengunjungi nya." Jawab orang tersebut yang tak lain adalah Yang Jeongin. "Kau sendiri?"

"A- aku sedang berkunjung, tapi sekarang aku akan akan pulang." Jawab nya kaku.

Jeongin hanya mengangguk paham, dirinya kan bisa leluasa berbicara pada sahabatnya itu.

Si pemuda Lee terlihat bingung dengan orang di samping Jeongin. "Dia siapa?"

"Huh?" Jeongin menatap ke arah pandang Heeseung. "Dia pelayan pribadi ku."

"Kau berelemen angin, seharusnya memiliki rambut silver bukan putih." Ujar Heeseung yang bingung.

Jeongin terlihat biasa saja. "Dia kan sudah tua, rambutnya itu uban."

Heeseung mengangguk paham, meskipun masih bingung. Sudah tua? Tapi tubuh nya seperti anak remaja.

"Kalau begitu aku permisi." Pamit Heeseung pada sahabat saudara tiri nya.

"Dia memang tua karena terus mengomeli hal tidak jelas." Cibir Jeongin saat Heeseung sudah pergi.

Pelayan nya hanya bisa sabar menghadapi tuan yang amat sangat menyebalkan.



To be continued....

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] Crystal || TXT & ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang