XIII. Harapan

108 7 3
                                    

Malam semakin pekat, dua insan saling diam tidak bergeming. Cassandra dengan pikirannya yang kalut, memikirkan berbagai macam alasan mengapa ia bisa selemah ini di hadapan Daniel. Dan sosok Daniel yang memikirkan cara untuk meminta maaf karena memeluknya tanpa meminta izin kepada Cassandra.

Mereka duduk bersebelahan, saling menatap ke depan. Sudah 30 menit seperti itu. Sesekali Cassandra mencuri pandang kepada Daniel sambil menunduk, namun setelahnya menatap ke depan.

Daniel menghela napas kasar lalu setelahnya ia berinisiatif untuk mengeluarkan suara terlebih dahulu.

"Cassey.. aku—" baru saja Daniel ingin melanjutkan kalimatnya. Nada dering dari handphone milik Cassandra berbunyi. Sekilas Daniel memperhatikan nama yang tertera di layar tersebut. Nama Bima terlihat jelas di atas layar.

Bima? Sepertinya Daniel pernah mendengar nama itu. Tapi dimana?

"Bentar," ucap Cassandra beranjak berdiri. "Ya Bim?" Cassandra memilih masuk ke dalam kamarnya. Membuat Daniel penasaran dengan sosok yang menelpon Cassandra selarut ini. Cukup lama Daniel menunggu Cassandra. Daniel memilih untuk berkeliling di dalam apartement itu.

Mengapa Cassandra tidak memajang fotonya sendiri? Tidak ada satupun foto yang menempel pada dinding apartement tersebut. Hanya beberapa lukisan pemandangan dan abstrak. Ruangan itu menampilkan ciri khas wanita mulai dari warna dinding hingga beberapa furniture yang berada di dalamnya.

Daniel kembali duduk di sofa. Tidak lama kemudian Cassandra keluar dari kamarnya. Matanya enggan beradu pandang dengan Daniel, dengan kata lain, Cassandra menghindari tatapan Daniel kepadanya.

"Siapa?" tanya Daniel penasaran. "Rekan kerja," jawab Cassandra melangkah ke arah dapur. Cassandra cukup kaget melihat jam menunjukkan pukul 11 malam.

"Mau ramyeon?" tanya Cassandra sambil meraih mi instan khas korea itu kepada Daniel. Daniel mengangguk cepat dari arah sofa, "Mau. Aku lupa kalau aku belum makan malam." jawab Daniel dan direspon anggukan oleh Cassandra.

Cassandra segera menyiapkan 2 mangkuk dan menyalakan kompor. Cassandra memilih menunggu air mendidih di area dapur. Tidak ingin menghampiri Daniel yang saat ini berdiri menatap keluar jendela sana.

Apa arti sosok Daniel bagi Cassandra saat ini? Bahkan Cassandra terus menerus memikirkan tanggal pernikahan yang sudah di tentukan oleh orangtuanya. Ia tidak ingin menjadi anak durhaka, namun rasanya tidak adil jika sosok yang akan mendampinginya adalah sosok yang telah menanamkan ribuan duri pada hatinya.

Saat dua porsi ramyeon sudah matang, Cassandra menyuruh Daniel untuk duduk di kursi mini bar milik Cassandra. Mereka makan dalam diam. Hanya suara denting garpu dan sendok yang terdengar.

"Besok malam aku berangkat ke Amerika." Daniel tiba-tiba bersuara, membuat Cassandra menghentikan kegiatannya dan menoleh menatapnya. "2 bulan.. tunggu aku pulang selama 2 bulan." ucapan Daniel membuat Cassandra tertohok. Fakta mengejutkan apalagi ini?

"Niel, 2 bulan lagi pernikahan kita. Bahkan kita belum turun langsung untuk mengurus cincin pernikahan, gaun, make up wedding dan lainnya." celetuk Cassandra sedikit kesal dengan berita mendadak itu.

"Maaf.. ada sedikit masalah di perusahaan anak cabang di sana."

"Bukankah bisa perwakilan saja? Kamu 'kan tau itu hari penting kita."

"Maaf," jawab Daniel tidak ingin melanjutkan perdebatan itu. Cassandra menatapnya sinis, kemudian memilih melanjutkan makan malamnya itu.

Sesak, itu yang saat ini dirasakan oleh Cassandra. Jika Daniel tidak berniat untuk menikahinya, mengapa susah sekali untuknya menolak pernikahan ini sejak awal? Ah, pernikahan kontrak. Cassandra meringis memikirkan kalimat itu. Cassandra cukup tahu, bahwa ia tidak berarti bagi Daniel.

* * *

Setelah makan malam dalam keheningan itu berakhir. Cassandra memilih untuk membersihkan piring kotor, sedangkan Daniel masih enggan untuk kembali ke ruangannya. Jelas-jelas Cassandra sudah menampakan ekspresi kesal agar Daniel segera kembali.

Daniel memilih untuk melangkah balkon dan duduk di kursi yang terletak di balkon. Cassandra menghela napas kasar, jenuh dengan nasibnya yang bertubi-tubi menusuk kebahagiaan di hidupnya.

Cassandra membuka kulkasnya, dilihatnya berbagai macam minuman yang ia beli untuknya sendiri. Tatapannya tertuju pada lemari hias kecil di sudut ruang yang menampakkan beberapa minuman keras seperti wine, tequilla, dan masih banyak jenis minuman keras yang sengaja Cassandra taruh sana agar orang yang datang mengetahui kegilaan Cassandra terhadap minuman beralkohol.

Tidak. Cassandra menggeleng kasar. Jangan mabuk di hadapan Daniel. Tapi Cassandra ingin melepas penatnya hari ini. Cassandra memilih 2 botol soju dari dalam kulkasnya. Ia mengambil 2 gelas kecil dari dalam rak piring.

Persetan dengan Daniel, pikir Cassandra. Ia melangkah ke arah balkon. Menghampiri sosok Daniel yang tengah menatap ke arah langit gelap yang penuh dengan awan tebal malam itu.

Daniel menoleh saat terdengar suara pintu geser terbuka. Ia tersenyum hangat menatap Cassandra.

"Mau soju?" tanya Cassandra sambil mendaratkan bokongnya di kursi tepat di sebelah Daniel duduk.

"Boleh," Daniel menerima gelas kecil kosong yang diberikan oleh Cassandra. Mereka meneguk soju itu dalam keheningan malam. Lama mereka seperti itu hingga tiba-tiba Cassandra bersuara.

"Bintangnya cantik banget ya," ujar Cassandra membuat Daniel menyapu indahnya langit malam dengan kedua matanya. Daniel mengernyit heran, tidak ada bintang malam ini. Apakah Cassandra sudah mabuk?

Dilihatnya Cassandra dengan kulit wajahnya yang merah merona, tengah tersenyum lebar menatap langit. Membuat Daniel ikut tersenyum menatapnya. Ini gila, Cassandra menghabiskan 2 botol dalam waktu setengah jam. Bahkan Daniel hanya meminum soju 2 teguk saja kali ini karena besok ia harus mempersiapkan diri untuk berangkat ke Amerika.

Cassandra tiba-tiba menoleh ke samping, menatap Daniel seraya berkata, "Oh, hai Daniel? Kapan kamu datang? Bagaimana kabarmu di Amerika?"

Daniel hanya menatap Cassandra tanpa ingin menjawabnya. Tiba-tiba Cassandra mendekatkan wajahnya ke arah Daniel. Jarak di antara mereka sangat tipis saat ini, membuat Daniel menahan napasnya sejenak. Ia dapat menghirup aroma alkohol dari bibir milik Cassandra.

Mereka saling menatap, membuat Daniel tidak dapat menahan gejolak aneh pada dirinya sendiri saat ini. "Maaf," ucap Daniel sebelum akhirnya kedua tangan Daniel menyentuh tengkuk Cassandra dan menempelkan bibirnya tepat pada bibir Cassandra.

Gelenyar aneh dapat Daniel rasakan saat menyentuh bibir ranum milik Cassandra. Daniel menunggu reaksi Cassandra.

Cassandra tampak memejamkan matanya perlahan, menerima apa yang Daniel lakukan kepadanya dalam pengaruh alkohol. Daniel sialan. Awas saja nanti saat ia sudah benar-benar sadar.

Daniel mulai menggerakkan bibirnya. Melumat habis bibir milik Cassandra. Mereka saling berirama dalam hangatnya dekapan masing-masing. Bibir Cassandra adalah candu terbaru bagi Daniel. Dan Daniel suka hal itu.

-------------------------------------------------------------

TBC

Vote and Comment

Huwaa thor masih kecil><

Silahkan kritik serta sarannya.. dari part awal belum di revisi typo sebagainya jadi harap maklum

17 Mei 2021

The Scars between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang