Cassandra baru saja menghabiskan croissant dan secangkir teh hangat ditemani indahnya pemandangan kota Paris dengan menara eiffel di pagi hari, langitnya cukup abu-abu hari ini.
Ia kembali mengingat bagaimana reaksi dirinya saat mendengar ucapan Daniel yang mempertanyakan dengan jelas mengenai perasaannya. Cassandra meragukan hatinya sendiri. Apakah ia mencintai Daniel? Ia benar-benar tidak tau. Cassandra menatap tumitnya sekilas yang dibalut oleh plester. Itu juga ulah Daniel, yang membuatnya semakin tertarik dengan sikap hangat Daniel.
Cassandra memperhatikan Daniel yang tengah sibuk memakai pakaian rapi, membuatnya bertanya-tanya,"Mau kemana?"
"Aku mau bertemu kolega sebentar di kedai kopi." Jawabnya sembari merapikan rambutnya. Cassandra mengernyit heran. "Di hari liburan kita?" Jelas Cassandra tidak ingin menyebutnya honeymoon. Ia jelas gengsi menyebut kata itu di depan Daniel.
"Ah, maaf, tapi sepertinya ada sesuatu yang ingin di bahas sama kolegaku. Ia saat ini berada di Paris untuk memantau salah satu anak cabang, sekalian saja bertemu dan membahas singkat laporan yang ada."
Cassandra bergumam kecil, "Tapi saat ini harusnya waktu kita untuk berdua saja." Ucapnya kecil.
"Apa?" Tanya Daniel yang sekilas mendengar ucapan Cassandra.
Cassandra menggeleng pelan, wajahnya tampak ditekuk. "Baiklah, terserah kamu. Aku tunggu di hotel saja."
Saat Daniel hendak pergi, langkahnya terhenti dan menatap Cassandra yang tengah memperhatikannya sejak tadi. Cassandra mengernyit, "Apa ada yang tertinggal?" Tanya Cassandra membuat Daniel mengangguk.
Daniel mendekat dan mengecup singkat kening Cassandra. "Jangan lupa makan siang." Ujar Daniel setelah berhasil membuat seluruh tubuh Cassandra kaku tiba-tiba seperti terkena sengatan listrik yang mengalir kencang di dalam tubuhnya. Daniel sialan, membuat Cassandra nyaris teriak kegirangan.
Kini tinggal-lah Cassandra sendiri. Cassandra menimbang-nimbang, apakah ia harus mengikuti Daniel hari ini? Ia hanya penasaran dengan siapa ia bertemu. Cassandra segera meraih blazzer tebal miliknya berwarna hitam dan tidak lupa sepatu hitam miliknya. Segera ia mengikuti langkah Daniel.
Cassandra berhasil menyusul Daniel yang tengah mengarah ke dalam cáfe yang cukup sepi pengunjung, mungkin karena baru saja dibuka.
Ia mengintip dari balik dinding toko seberang, saat Daniel masuk, ia mengikutinya sambil sesekali membungkuk. Sebelumnya ia sudah memakai masker hitam dan kacamata hitam, lengkap dengan topi beresrna hitam agar tidak diketahui oleh Daniel bahwa ia mengikutinya.
Cassandra memilih duduk di meja yang tidak jauh dari sosok Daniel yang kini tengah berbincang dengan seseorang. Cassandra menutup wajahnya dengan buku menu. Ia membuka kacamata hitamnya dan menyipit untuk mengetahui siapa kolega Daniel yang berhasil membuat Daniel lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya sendiri.
Matanya melebar mengetahui bahwa kini ia tengah bercengkrama bersama seorang wanita yang ia kenal. Apakah itu Jessica? Jessica teman kuliah Daniel?
Apa yang Jessica lakukan di Paris? For god sake, Dunia ini luas, mengapa lagi-lagi mereka bisa bertemu seperti itu? Lagipula mengapa waktunya bisa pas saat mereka tengah honeymoon? Apakah Jessica sengaja menyusul mereka berdua?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di pikiran Cassandra. Ada apa dengan dirinya? Ia memegang dadanya yang terasa sakit saat melihat kedua orang itu tertawa bersama. Apalagi saat Jessica dengan santai menyentuh tangan Daniel. Apakah wajar seperti itu? Jessica tau kalau Daniel sudah menikah!
Astaga, ada apa dengan perasaan jengkel yang tiba-tiba muncul? Apakah Cassandra cemburu? Cassandra menggeleng cepat. Tidak mungkin 'kan?
Cukup lama mereka berbincang, Cassandra sendiri tidak tau apa yang tengah mereka bicarakan karena jarak meja yang cukup jauh. Cassandra menyesap teh yang ia pesan sebelumnya.
Tiba-tiba Daniel dan Jessica beranjak berdiri membuat Cassandra dengan sigap kembali menutup wajahnya dengan buku menu. Saat mereka berdua sudah keluar, ia mengikuti dari belakang dengan jarak yang tidak begjtu jauh.
Daniel dan Jessica berjalan kaki, sesekali Jessica tertawa dan memukul pelan bahu Daniel membuat Cassandra mendengus kesal. Cukup jauh mereka berjalan hingga akhirnya berhenti tepat di depan toko bunga. Saat berada di depan toko bunga, Cassandra kaget saat Jessica tiba-tiba mengecup pipi Daniel. Membuat kedua matanya melebar. Rasa sesak tiba-tiba muncul perlahan, apalagi saat Daniel hanya membalasnya tersenyum dan mengusap puncak kepala Jessica. Mata Cassandra berkaca-kaca, ia benar-benar tidak sanggup melihatnya.
Cassandra membalikkan tubuhnya, ia melangkah kembali menuju hotel. Cukup sudah ia mengetahui sosok asli Daniel. Hal itu sudah membuktikan bahwa Daniel tidak benar-benar mencintainya.
* * *
Sudah pukul 7 malam, Daniel belum juga kembali. Peduli apa Cassandra terhadap Daniel. Toh, Daniel juga tidak peduli dengannya. Cassandra duduk di sofa 1 seater yang menghadap pemandangan di luar yang penuh gemerlap lampu kota. Sangat cantik. Tubuhnya terbalut kain hangat yang cukup tebal. Cassandra ditemani oleh sebotol soju kali ini dan nyaris habis diteguknya. Wajah putihnya sedikit merah efek dari soju yang ia minum.Suara pintu terbuka membuat cassandra refleks menoleh ke belakang. Daniel menatap Cassandra dan tersenyum. Namun Cassandra tidak membalas senyuman itu dan matanya kembali fokus menikmati pemandangan di luar jendela sana. Daniel mendekat, sedikit membungkuk ia menatap Cassandra. Membuat Cassandra mendengus dan ikut menatap Daniel. Baru saja Daniel ingin mengecup bibirnya, Cassandra menoleh ke samping, membuat bibir Daniel mendarat di pipi Cassandra. Daniel tersenyum kecut, ia kembali berdiri dan duduk di bibir ranjang.
Daniel bertanya-tanya, mengapa Cassandra malam ini begitu dingin. Apakah datang bulan?
"Cassey, ada apa?"
Cassandra menggeleng, "Tidak ada apa-apa," jawabnya tanpa ingin menatap Daniel.
"Kamu menolakku."
Cassandra tersenyum miring, "Kamu yang harusnya ada apa, pergi bersama wanita lain dengan dalih bertemu kolega kantormu."
Daniel mengerutkan kedua alisnya, "Kamu—kamu mengikutiku?"
"Ya, memangnya salah mengikutimu? Lagipula aku langsung pulang setelah Jessica tiba-tiba menciummu di tempat umum. Untungnya ini bukan di Indonesia, bisa saja ada paparazzi yang mencuri fotomu dan menyebarluaskan." Ujar Cassandra cukup sarkas.
"Cassey, Jessica itu lama tinggal di luar, wajar dia tiba-tiba mencium pipiku."
"Tidak, itu tidak wajar, Niel." Jawab Cassandra, ia beranjak berdiri dan meraih botol soju yang sudah kosong, menaruhnya di atas meja. Cassandra bersandar pada dinding, bersedekap dan menatap Daniel dengan intens.
"Apa semua ucapanmu bohong?"
"Ucapan apa?" Tanya Daniel mengingat-ingat.
"Apa perasaanmu kepadaku juga bohong?"
"Cassey, aku bukan pria yang segamblang itu memberi tau perasaanku. Aku tidak bohong soal aku menyukaimu. Lagipula aku tidak bohong soal bertemu kolega dan berbincang tentang pekerjaan hari ini. Kamu yang terlalu mencurigaiku Cassey." Ujar Daniel kini membalikkan fakta yang ada.
"Ya, tapi cara dia menatap kamu salah Niel, kamu sudah punya istri." Cassandra berusaha menyembunyikan rasa kesalnya.
Daniel menatap lekat Cassandra, "Apa kamu cemburu?"
"Ti—tidak, aku hanya kesal karena kamu sudah punya istri, Niel."
"Yah, baiklah, aku salah. Maafkan aku," ucap Daniel, suaranya terdengar pasrah, ia memasuki kamar mandi dan meninggalkan Cassandra yang menatapnya jengkel.
___________________________________________
Tbc
Vote n Comment^^
30 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scars between Us
Romansa[ON GOING] [HIATUS] Jangan lupa follow thor terlebih dahulu.^^ * * * Perjuangan Cassandra Sheera Putri dalam membangun benteng pertahanannya hancur begitu saja. Pertemuannya kembali dengan Daniel Ethan membuat luka lama yang telah ia tutup rapat-rap...