XIV. Kembali Berjarak

117 8 0
                                    

Mentari tampak  bersembunyi pagi ini. Sinarnya bersembunyi di balik awan tebal berwarna abu-abu. Suara rintik hujan nyaring dari balik jendela sebuah apartement. Sesekali terdengar suara petir mengikuti kilat cahaya di atas langit.

Cassandra membuka kedua matanya perlahan. Kepalanya cukup pengar pagi ini, membuat ia sedikit meringis. Cassandra beranjak duduk. Matanya menyapu ke sekitar sembari mengumpulkan nyawanya. Apakah Daniel semalam langsung pergi begitu saja setelah ia mabuk? Ia memperhatikan beranjak berdiri dari tempat tidur berukuran queen size miliknya.

Cassandra menyipitkan kedua matanya, memperhatikan sebuah botol kecil yang terletak di atas mini bar nya. Terdapat note di sisinya. Dengan sigap, Cassandra meraih botol obat tersebut.

Minumlah, ini bisa membuat pengarmu mereda. -D

Cassandra sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya. Namun senyumannya menghilang saat ingatannya melayang di malam ia mabuk. Matanya melebar penuh, "Nggak mungkin." Cassandra menyentuh bibirnya.

"Nggak, nggak.. itu pasti mimpi. Itu.. mimpi 'kan?" ucapnya sendiri sambil berusaha mengingat-ingat kejadian semalam. Ia frustasi, haruskah ia menelpon Daniel? Ah, tapi Daniel pasti akan menertawakannya jika itu ternyata hanya mimpi.

Cassandra menghela napas panjang. Ia memilih untuk bersiap-siap menuju kantornya.

* * *

Cassandra melangkah gontai keluar dari gedung kantornya. Tubuhnya hampir remuk lantaran ia harus berkali-kali merevisi proyek yang tengah ia buat. Belum lagi hari ini ia kena semburan pedas dari mulut Widia saat memeriksa laporan yang Cassandra berikan.

Cassandra berdiri menatap ke arah jalanan di depan sana. Sore ini ia ingin sekali menyegarkan pikirannya di cafe tempat biasa ia menghabiskan waktunya bersama Bima. Namun saat ia hendak pulang ke apartement, Debby—mama Daniel—tiba-tiba menelponnya dan meminta tolong Cassandra untuk mengantar Daniel menuju bandara Soekarno-Hatta. Cassandra tidak bisa menolak permintaan Debby. Apalagi, di mata Debby, Cassandra terlihat sangat dekat dengan Daniel. Mau tidak mau, Cassandra mengiyakan permintaan Debby kepadanya.

Jadwal penerbangan Daniel pukul 19.30 wib. Itu artinya ia masih ada waktu 3 jam untuk kembali ke apartement dan membantu Daniel untuk bersiap-siap.

Cassandra melangkah terburu-buru, kali ini ia melambaikan tangannya untuk memanggil taksi yang tengah melaju pelan di sekitarnya.

Setelah ia masuk, ia menyebutkan alamat apartement nya dan meminta sopir taksi itu sedikit mengebut agar sampai lebih cepat.

Perjalanan Cassandra menuju apartement memakan waktu 15 menit. Berterimakasihlah kepada sang sopir yang mencari jalan alternatif terdekat untuk menghindari kemacetan kota Jakarta. Karena biasanya jika terkena macet pada jam pulang kantor, bisa menghabiskan waktu hingga 30 menit saja di perjalanan.

Cassandra melangkahkan kakinya memasuki apartement. Dengan tergesa, ia menuju ke apartement Daniel tanpa memikirkan dirinya sendiri untuk berganti pakaian ataupun mencuci make up di wajahnya. Nanti setelah bertemu Daniel, lebih baik ia touch up saja, pikirnya.

Cassandra berkali-kali menekan bel dan mengetuk pintu tersebut, tapi hasilnya nihil. Ia mencoba menghubungi Daniel lewat telpon juga tidak diangkat oleh Daniel.

Tiba-tiba terdapat pesan masuk dari Debby.

Debby

Cassey, kamu dimana? Daniel kayaknya  udah di airport, loh.. tadi pagi dia bilang ke mommy kalau dia berangkat jam 5 sore. cepat susul dia ke sana.

17.30

Oh astaga, kenapa Debby tidak mengatakannya dari tadi! Cassandra sedikit kesal. Bukan, bukan karena Debby. Tapi karena Daniel tidak ada niat untuk menghubunginya sama sekali hanya untuk mengucapkan kalimat perpisahan.

Cassandra segera kembali melangkah menuju lobby apartement. Ia tampak berpikir, jalanan pasti macet di sana dan sini. Apa perlu ia menaiki KRL? Tapi pasti jam pulang kantor tidak bisa duduk dan sempit.

Sekali lagi, ia memilih menaiki taksi. Tidak lupa ia men-touch up wajahnya dengan bedak yang ia bawa dan juga lipmatte berwarna nude miliknya yang ia poles di bibirnya.

Cassandra tidak tenang dalam perjalanannya, perasaannya gundah. Takut Daniel segera meninggalkannya tanpa ucapan pamit. Lihat saja saat ini, handphone milik Daniel susah dihubungi. Membuat Cassandra berkali-kali memakinya dalam hati.

Cassandra melirik jam tangannya. Sial, sudah jam 7 malam. Sebelumnya ia terjebak macet cukup lama karena memang jam pulang kantor.

"Maaf ya mbak, ini karena macet jadi agak susah juga buat buru-buru." ucap sang sopir taksi dengan nada sopan. "Oh, iya pak nggak apa-apa.. masih ada waktu kok." jawab Cassandra ramah.

Saat mobil taksi yang Cassandra naiki itu sudah memasuki area bandara. Cassandra mencoba lagi untuk menghubungi Daniel berkali-kali, berharap Daniel segera menyalakn handphone miliknya.

Cassandra tiba di bandara, mencari-cari keberadaan Daniel yang tidak bisa dihubungi itu. Matanya menyapu ke setiap sudut area. Berharap ia dapat menemukan Daniel sebelum pesawatnya take off. Ah sial, bahkan Cassandra tidak tahu mengapa ia berada di sini saat ini.

Apa lebih baik ia pulang saja? Lagipula Cassandra dapat menghubungi Daniel saat Daniel tiba di Amerika nanti.

Saat Cassandra tengah melangkah mencari pintu keluar, tampak sosok Daniel tengah berdiri lengkap dengan koper miliknya yang berada di sisinya. Daniel tengah menggenggam handphone miliknya. Membuat Cassandra geram dan melangkah menuju Daniel.

Langkah Cassandra tertahan saat tiba-tiba dari kejauhan ia melihat sosok wanita cantik blasteran seperti Daniel tengah bergelayut manja di lengan Daniel.

Cassandra terdiam menyaksikan sosok Daniel tengah tersenyum ramah ke arah wanita tersebut. Cassandra mencengkram jemarinya kuat-kuat. Ada rasa sesak yang hadir kembali pada tubuh Cassandra saat melihatnya.

"Daniel bajingan." ucap Cassandra sebelum akhirnya ia memilih untuk pergi dari sana dengan langkah kasar.

-------------------------------------------------------------

TBC

Vote and Comment

18 Mei 2021

The Scars between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang