XXIV. Sebuah Pujian

69 7 0
                                    

Pagi ini Cassandra membuatkan sarapan untuk mereka berdua berupa roti panggang berisi telur. Sebelumnya, Daniel pernah mengatakan kepadanya bahwa nasi goreng buatannya sangat enak sehingga ia sekalian membuat bekal nasi goreng untuk Daniel hari ini.

Jam menunjukkan pukul 7 pagi, ia sudah bangun sejak jam setengah 6 psgi ini untuk berurusan dengan dapur. Padahal sebelumnya Daniel menawarkan untuk mencari asisten rumah tangga namun Cassandra bersikeras menolaknya dengan alasan ingin belajar menjadi ibu rumah tangga sehingga suatu saat nanti jika ia menikahi orang yang ia cintai, ia sudah siap dan tidak kaget dalam urusan rumah tangga.

"Pagi, Cassey." Daniel menyapa Cassandra yang baru saja menutup tempat bekal Daniel dan menaruhnya di tas kecil. "Ya, pagi. Ini bawalah untuk makan siang." Ucap Cassandra memberikan bekal itu kepada Daniel yang baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi ruang makan.

Daniel berusaha menyembunyikan senyumannya, "Ya, terimakasih Casse. Ah, ya.. hari ini aku pulang malam, ada acara di perusahaanku sekaligus resminya kerjasama dengan perusahaan lain. Mungkin aku akan membawa kunci cadangan, kamu bisa lepas kunci ruang tamu sebelum tidur."

Cassandra hanya mengangguk mendengar penuturan Daniel. Sudah lima hari mereka tinggal bersama. Dan mereka benar-benar sibuk dengan urusannya masing-masing. Karena pernikahan mereka yang terkesan terburu-buru membuat mereka berdua untuk sepakat agar menyembunyikan status mereka sementara ini. Bukan hal aneh jika mereka harus bersembunyi dahulu. Perusahaan Daniel merupakan perusahaan besar yang selalu tersorot oleh media-media sehingga ia tidak ingin menghebohkan massa atas pernikahan dadakannya itu.

Dan mereka sepakat untuk sementara waktu menyimpan cincin——yang harusnya sebagai cincin lamaran dari Daniel namun berubah mendadak menjadi cincin pernikahan.

Seperti rencana mereka sejak awal. Tanggal pernikahan yang mereka sebar adalah tiga minggu dari sekarang. Itu artinya satu bulan lagi mereka akan menikah secara resmi.

"Aku berangkat ke kantor, ya. Kalau ada apa-apa, hubungi aku." Daniel pamit terlebih dahulu dan langsung pergi begitu saja setelah melihat jam dinding.

* * *
Hari ini Cassandra terpilih untuk mewakili timnya melakukan presentasi di perusahaan Daniel. Kali ini, rekan kerja Cassandra yang bernama Fisya ikut membantu Cassandra dan Wiras untuk melakukan Presentasi. Karena proyek yang dikerjakan sudah hampir selesai, membuat mereka harus mengejar target sebelum tenggat waktu yang sudah disepakati.

"Mbak Cassandra, biar Fisya saja yang bawa dokumennya." Ujar Fisya yang sedikit mengejar langkah Cassandra dan Wiras yang akan berangkat menuju perusahaan Daniel.

Cassandra menggeleng dan tersenyum, "Tidak apa, Fisya. Aku bisa membawanya sendiri." Jawab Cassandra menolak dengan halus.

"Tapi mbak, Fisya ingin membantu, ini pertama kalinya Fisya ikut presentasi proyek besar. Setidaknya, Fisya punya pengalaman memegang dokumen," pinta Fisya kepada Cassandra. Wiras yang mendengarnya tidak ingin ikut campur, sangat cuek meskipun mereka sesama rekan kerja.

Cassandra menghela napas panjang, "Baiklah, tapi tolong jaga baik-baik karena itu dokumen penting." Ucap Cassandra memberikan sebuah berkas dokumen dan beberapa lembar fotokopian mengenai proyek yang akan mereka bahas nantinya serta tas berisi flashdisk.

Untuk perlengkapan laptop dan sebagainya, sudah di tangan Wiras karena laptop itu juga lumayan berat.

Fisya merupakan staff yang baru saja diterima oleh studio tempat Cassandra bekerja. Umurnya lebih muda satu tahun dari Cassandra. Merupakan hal yang cukup sulit untuk dapat di terima di dalam tim itu mengingat studio tersebut merupakan salah satu studio ternama di jakarta yang sudah terkenal hingga luar pulau. Tidak jarang tim mereka dipanggil oleh klien dari luar pulau karena konsep yang mereka miliki memiliki visi dan misi yang mengikuti perkembangan jaman.

The Scars between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang