XXVIII. Perpisahan pada Secarik Kertas

100 6 0
                                    

Cassandra mencari keberadaan Daniel pada heningnya rumah sakit di malam hari. Apakah Daniel berada di taman atas?

Cassandra melangkahkan kakinya menuju taman rumah sakit tempat dimana Daniel dan Cassandra termenung saat itu. Detik-detik sebelum akhirnya Cassandra sah menjadi istri orang.

Cassandra tersenyum lega mendapati sosok Daniel tengah duduk di bangku taman. Tatapannya kosong ke arah depan. Cassandra menghampiri Daniel dan duduk tepat di sampingnya.

"Niel.." ucapan Cassandra membuat Daniel menoleh. Tatapannya benar-benar berbeda, sangat dingin. "A-aku.. ini, dari mom—"

"Buang saja, aku tidak butuh." Tegas Daniel membuat Cassandra sedikit kaget. Cassandra kembali menyimpan secarik kertas itu. Mungkin belum saatnya.

Daniel menatap gelapnya langit malam yang tengah kelabu saat ini. "Pergilah, aku tidak membutuhkan rasa kasihan darimu." Ujar Daniel tanpa menatap Cassandra membuat hati Cassandra teriris. Baru kali ini Daniel memperlakukan dirinya sedingin ini. Dimana sosok Daniel yang selalu tersenyum kepadanya?

"Tidak. Aku akan diam disini." Jawab Cassandra menatap wajah Daniel dari samping. Daniel tidak menjawab kembali. Tidak ingin berdebat dengan Cassandra. Mereka saling berdiam diri menatap langit malam yang pekat dikelilingi oleh gemerlap cahaya kota dari bawah sana.

* * *
Sudah tiga hari sejak Debby meninggal, sejak itu pula Daniel mengurung dirinya di kamar. Cassandra sedikit kerepotan saat mengetahui Daniel tidak menyentuh makanannya sama sekali. Astaga, Daniel benar-benar seperti anak kecil. Bahkan pekerjaan kantornya saja tidak diurus. Walau sebelum Cassandra sempat mendengar Daniel berbicara dengan seseorang yang ia yakini tengah menelpon orang lain untuk mengurus segala macam jadwal pertemuan Daniel dengan kolega-koleganya itu. Setidaknya, Cassandra hanya ingin Daniel menghargai apa yang sudah Cassandra masak.

Ingin sekali Cassandra marah. Tapi ia tidak bisa, sedikitpun Daniel tidak memberi celah agar mereka bisa berbincang seperti sebelumnya. Jujur saja, Cassandra sedikit merindukan sosok hangat Daniel.

Malam ini Cassandra sedikit mengendapkan langkah kakinya menuju depan kamar Daniel. Cassandrs yakin Daniel belum tidur saat ini. Ia menaruh secarik kertas yang pernah diberikan oleh Ian kepadanya di lantai dan menggesernya ke celah bawah pintu. Setelah di rasa semua bagian kertas sudah berada di dalam kamar Daniel. Ia segera berlari kecil menuju kamarnya. Sejujurnya Cassandra ingin sekali mengetahui apa isi surat itu namun ia tidak berhak untuk mengetahuinya.

Cassandra sudah berada di dalam kamarnya saat ini. Ia bersandar pada pintu kamarnya. Bertanya-tanya apakah Daniel sudah membaca surat itu atau belum. Tiba-tiba terdengar suara pintu dari sebelah tertutup.

Tok tok!

Cassandra nyaris melompat saat mendengar suara ketukan itu. Ia membuka pintu perlahan dan mendapati sosok Daniel yang menatapnya dingin. "Ini untukmu juga."

Cassandra mengambil secarik kertas itu dan membiarkan Daniel kembali ke kamarnya sendiri. Ia menutup pintu perlahan dan duduk di bibir ranjang.

Anakku Daniel..

Apa kamu tau?
Hal terindah dalam hidup mommy adalah melahirkan kamu. Mommy ingat saat pertama kalinya dalam seumur hidup mommy menggendong buah hati mommy sambil meneteskan air mata. Itu tandanya mommy benar-benar bahagia saat itu.

Anakku Daniel..

Dalam hidup ini, ada kalanya kita dihadapkan dengan pilihan yang bahkan kita sendiri tidak bisa menentukannya. Mommy beruntung memiliki daddy dan kamu.

Mommy ingin sekali bisa melihat cucu mommy tumbuh dewasa. Apakah nanti matanya seperti kamu? Atau seperti menantu cantik mommy?

Anakku Daniel..

The Scars between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang