PROLOG

479 56 7
                                    

“Lo itu cuma anak haram! Jangan sok keras!” seru perempuan yang menjadi saudara tirinya dalam delapan tahun belakangan ini.

“Tapi gue juga anaknya Papa”

“Lo bukan anak Papa! Lo anak hasil kesalahan malem itu! Lo ngerti ga?! Lo sama-sama ga ada guna seperti jalang itu!”

“Hiks, gue salah apa sama lo? Gue udah baik selama ini?” tanyanya.

“Lo itu anak haram! Lo anak jalang! Ngerti ga lo?!”

“Udah, ga ada gunanya juga kita disini. Cabut!” ujar perempuan dengan seragam senada dengan perempuan yang ia bully.

Ia dan antek-anteknya pun menuju kelasnya. Sedangkan perempuan itu masih menangis sesenggukan di kamar mandi itu.

“Gue salah apa Tuhan? Gue salah apa?”

Lara Haico Najula. Nama lengkap perempuan itu yang biasa dipanggil Haico. Hidupnya begitu suram.

Ia terlahir dari rahim seorang jalang yang menjalani hubungan terlarang dengan ayah Devara, perempuan yang membullynya tadi.

Haico sebenarnya mempunyai pacar. Namun sayang, pacarnya adalah sepupu Devara sendiri. Sehingga mau kapanpun Devara menyuruh pacarnya menjauhinya, maka ia siap sedia.

Haico mengeluarkan handphonenya dengan sesekali sesenggukan karena menangis. Ia mengetik nama kontak seseorang lalu mencoba menelponnya.

Namun sayang, tak diangkat sehingga perempuan itu memutuskan untuk mengirim pesan untuknya.

Me:

Kamu dimana?
Aku butuh kamu

Zof😾🖤

Maaf Co, gue lagi sibuk
Ntaran gue telpon kalo ga sibuk lagi ya

Pesan itu hanya dibaca oleh Haico. Ia lalu menatap pantulan wajahnya dari kaca kamar mandi.

Ia mengusap air mata membasahi pipinya. “Tuhan, kapan Haico bisa lepas topeng dan nunjukkin diri Haico sebenarnya?”

🦋🦋🦋

“Hayo lagi ngapain?!” ujar Haico mengangetkan Azof dari belakang.

Ia sedang berada di kantin saat ini bersama temannya, Reva. Walau ia dibully, bukan berarti ia tidak mempunyai teman.

“Ga lucu Co. Gue lagi belajar” ucap Azof cuek.

Helaan nafas berat Haico terdengar jelas di telinga Azof. “Ya udah. Kamu kan lagi mau lomba kan? Semangat!”

Haico berlalu menuju meja kantin yang telah ia pesan bersama Reva.

“Lo kenapa Co muka lo gitu? Si curut itu bully lo lagi?” tanya Reva.

Haico mengangguk. “Iya”

“Ck, emang dasar tu anak” Reva berdecak kesal.

“Udah ga usah diladeni. Makan aja” ucap Haico tak ingin memperpanjang masalah.

Reva kembali memakan nasi goreng yang ia pesan tadi. “Oh ya Co, btw lo mau ikut ga event tulis karya ilmiah? Hadiahnya sih lumayan”

“Oh ya? Dimana?” tanya Haico penasaran.

“Coba lo liat di mading sekolah. Mesti ada tuh pengumumannya” ujar Reva.

“Sip! Nanti pulang sekolah kesana dulu ya” ucap Haico bersemangat. “Oke”

🦋🦋🦋

“Pacar lo yang bullyable kemana Zof?” tanya Gesta, teman nongkrong Azof.

“Pacar gue bukan tipe yang bullyable!” tegur Azof marah.

“Iya Zof. Sans aja lah” ucap Gesta.

“Lo sebenarnya nyaman ga sih pacaran sama Haico tuh?” tanya Gesta penasaran.

“Nyaman-nyaman aja tuh” ujar Azof cuek.

“Terus kenapa waktu Haico dibully napa lo ga maju?” tanya Gesta.

“Bukannya ga mau maju. Masalahnya sekarang hidup gue lagi bergantung sama mamanya si papanya Devara. Jadi kalo gue bela Haico, jatah makan sama jajan dipotong sama Devara. Kan yang bawa jatah makan sama jajan si Devara” ujar Azof panjang lebar.

“Oh. Eh Zof, pacar lo tuh!” tegur Gesta.

Haico terlihat membawa minum untuk Azof yang baru saja latihan basket. “Hai! Ini minumnya”

“Ga perlu. Gue udah ada minum dari Devara” Senyum Haico seketika luntur.

“O-oh, oke”

Tuhan. Aku ga kuat, apa aku boleh ke samping-Mu aja?

🦋🦋🦋

Aaaa, akhirnya aku bikin cerita lagii!! Ayo mana votenya?

Jangan lupa comment juga yaa!!!

15 komen + 30 vote, ku update lagi!

[✓] 1. LARA [REVESED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang