Chan baru saja pulang sekolah dan ia sudah bertengger di depan komputernya, berniat untuk main game. Namun perhatiannya teralihkan pada folder Azphiere's yang ada di layar desktop.
Tangannya tanpa perintah mengklik file tersebut hingga muncul lah folder-folder lainnya yang diberi nama berbeda.
Yang pertama Chan buka adalah folder Our first date. Yaㅡfolder itu berisi foto-foto serta video dirinya dengan Jia ketika mereka kencan untuk pertama kalinya.
Ingatan Chan kembali pada hari itu.
Ia juga ingat kalau hari itu ia telah membuat satu luka untuk Jiaㅡsebab ia memberitahu Jia bahwa tempat kencan mereka saat itu adalah tempat favorit mantannya.
"Gua bego banget..." Lirih Chan.
Jia sama sekali tidak marah, namun Chan tau saat ia izin pergi ke toilet dan kembali dengan mata yang sedikit memerahㅡia sebenarnya habis menangis sendirian, sakit hati sebab Chan mengajaknya ke tempat yang berhubungan dengan masa lalunya.
Di foto-foto tersebut juga Jia tetap tersenyum dan ceria, ia menyimpan lukanya sangat baik. Bahkan salah satu fotonya saja masih ia pakai sampai saat ini untuk lockscreen.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalau Chan jadi Jia, ia tidak akan pernah mau memasang foto tersebut untuk lockscreen dalam waktu yang lama. Sebab bukankah hal tersebut malah akan membuatnya selalu mengingat kenangan 'buruk' itu?
Lalu Chan beralih ke folder lain yang berjudul our Saturday night, Folder itu berisi foto-foto serta video mereka yang menghabiskan malam Minggu bersamaㅡentah itu menonton bioskop, pergi ke pasar malam, memasak bersama, atau bahkan hanya main petasan di perkarangan rumah Chan.
Jia itu anaknya sederhana, apa saja selagi bersama orang yang ia sayang pasti ia senang, dan Chan baru sadar sekarang. Bahkan gadis itu selama berpacaran dengannya tidak banyak menuntut ini itu selain perhatiannya, tidak seperti mantan kekasih Kaizan yang minta dibelikan ini itu serta pergi ke tempat yang mewahㅡJia hanyalah meminta perhatiannya, sungguh.
"I can't really forget u Ji ... karena gimana mungkin gua lupain cewek sebaik lu..?" Lirih Chan.
Ia menyenderkan tubuhnya ke belakang dan menghela nafas panjang, bertanya-tanya mengapa dirinya dulu sangat bodoh dan keras kepala.
Mengapa ia hanya menganggap Jia adalah gadis yang sewaktu-waktu akan ia buang ketika 'gadis itu' kembali?
Mengapa ia hanya menganggap Jia adalah pelariannya?
Lalu, mengapa ia merasa amat kehilangan jika dirinya saja hanya menganggap Jia 'sekedar'?
Mungkin ini sangat terlambat, tapi Chan sangat merasa menyesali semua kesalahannya pada Jia dulu. Ia ingin sekali memperbaiki semuanya. Ia ingin sekali memberikan perhatiannya pada Jia. Ia ingin sekali memenuhi hari-hari gadis itu dengan kebahagiaan.
Ah, gila.
Menyesal setelah kehilangan memang sangat gila!
Chan menggeram kesal, "Kenapa gua tolol banget sih?!!!!"
"Kalau aja gua kasih Jia perhatian, dia enggak bakalan pergi!"
"Kalau aja gua sisihin waktu gua buat dia, dia enggak bakal punya waktu sama Jeno dan berakhir pacaran kaya sekarang!"
"Chan tolol! Bego! Gaada otak!!"
Umpatan itu terus mengalun dari mulut Chan, merutuki dirinya sendiri.
Hingga sebuah panggilan pun masuk ke ponselnya. Disana tertera nama 'Jia'.
Chan terkesiap bahkan sampai loncat dari kursinya lalu mengangkat panggilan tersebut.
"Halo ji?"
"Bbuubufsuuubrrrrr"
....
"Hah?"
"Tatatabwuubwuuuy"
"Ji??"
Chan heran, mengapa suaranya sangat aneh? Ini Jia tidak sedang kesurupan kan?
"Popoponxixiii"
"Eh?? Abell kamu nelpon siapaa?"
"Ji?"
"Astaga....Chan maaf tadi Abel yang nelpon kamuu, yaudah aku tutup ya byee!"
PIP!
Chan menghela nafas, lagi-lagi.
Ia seketika rindu ocehan Jia sewaktu menelponnya.
"I should have never let u go Jiii, gua nyesel banget anjinggggg"