Chan gusar.
Kembalinya gadis itu jelas bukan perkara yang baik. Ia sendiri tidak tau mengapa bisa merasa begituㅡhanya saja perasaannya kini sudah berubah cukup banyak. Tidak ada lagi pengharapan akan kembalinya gadis itu, yang ia inginkan hanyalah Jia, Jia, dan Jia.
Terdengar plin-plan memang,sebab dulu saat bersama Jia yang ia inginkan adalah kehadiran gadis itu dan kini malah sebaliknya.
Lalu secara kebetulan disaat Chan sedang asyik melamun di kursi perpustakaan bagian utaraㅡJia baru saja masuk kedalam perpustakaan sambil membawa setumpuk buku paket. Ia pun berdiri, berinisiatif membantunya mengembalikan buku-buku tersebut ke tempatnya semula.
Jia sendiri hanya bisa merengut heran sewaktu Chan tiba-tiba mengambil alih buku-buku yang ia bawa.
"Apa?" Chan malah bertanya, sebab Jia tak henti memandanginya.
"Kamu ngapain deh?"
"Bantuin nyimpen lah"
"Aku gak minta.."
"Iki gik minti" ledek Chan, dimple lucunya itu muncul hingga membuat Jia merasa gemas sesaat sebelum ia kembali sadar.
"Dih rese dasar" dengus Jia, ia pun membuntuti Chan.
Hening pun melingkupi mereka berdua, tapi ya rasanya tidak canggung sebab dulu saat berpacaran saja mereka lebih banyak saling diam seperti itu karena Chan tidak banyak menaruh perhatiannya pada Jia.
Mereka pun merapihkan buku-buku tersebut ke tempatnya semula, selepas itu Jia hendak langsung pergi namun Chan menahannya.
Reflek sih, habis gimanaㅡdia tiba-tiba rindu menghabiskan waktu bersama Jia.
"Aku mau balik ke kelas.."
"Sebentar dulu, gua mau ngobrol ... boleh?"
"Kalau gamau?"
"Yah ... sayangnya gua enggak suka dibantah"
Chan masihlah sama, dan Jia cukup hafal perangai lelaki itu bagaimanaㅡkhas seorang alpha sekali yaitu keras kepala, tidak suka dibantah, dan yang pasti bagi Jia kedua hal tersebut amatlah menjengkelkan.
Alhasil mereka berdua duduk di tempat Chan tadi, berhadapan dan saling bungkam.
Netra Chan menatap telak ke pahatan indah wajah Jia. Bisa dibilang perasaan Chan berlabuh di waktu yang amat sangat lambat.
"Mau ngobrolin apa?" Tanya Jia, tidak tahan pada tatapan menghunus milik Chan.
Jia hanya takut bila dirinya akan kembali terjebak pesona lelaki itu. Takut bila dirinya akan sakit dua kali oleh orang yang sama.
Chan malah tersenyum lalu menopang wajahnya dengan sebelah tangan sambil terus-terusan menatap Jia seperti orang sinting.
Beberapa sekon Jia terdiam, mencerna apa yang sebenarnya sedang Chan pikirkan tapi ia tidak menemukan apa-apa sebab dirinya malah ikut hanyut dalam tatapan itu.
Si tampan keras kepala dan si cantik loading lama itu seperti membuat dunia mereka sendiri di sisi utara perpustakaan, membuat sekitarnya terasa kosong dan hening.
Keduanya sama-sama merindu, tapi tidak tau jalan pulang.
"Gua baru sadar lu punya warna mata yang cantik ji, bibir lu juga ... cantik," ucap Chan yang masih memusatkan perhatiannya pada Jia.
Jia terkekeh geli, "Ya emang, kemana aja kamu?"
Oh Tuhan, Chan rasa ia kembali jatuh hati pada Jia. Tawa gadis itu sangat terdengar manis, candu baginya.
"Jia.."
"Hm?"
"Jangan lupa pulang, i'll waiting for u..."
Chan dengan ringannya berkata seperti itu, padahal dulu ia lah yang merusak rumah mereka. Ia lah yang memporak-porandakan segalanya, hingga Jia rasa kini puing-puingnya saja tidak dapat ia susun kembaliㅡ seperti semula.
Lalu, untuk apa Jia pulang jika rumahnya saja sudah hancur?
***
23 Mei 2021 ; 22:06
![](https://img.wattpad.com/cover/269251116-288-k744265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ghost - chansoo✓
Short Story[eleven's : 07] [completed] "cuz in a quite place i can still hear u talk to me, and i'm sorry to be the one that let u downㅡplease comeback baby i'm just really missing u" *** 18 Mei 2021-31 Mei 2021 © Eleventhusiast