HHH, ujung-ujungnya Jia pulang bersama Chan juga!
Hanya saja tidak berada di satu motor yang sama, sebab Chan mengintili ojek yang Jia tumpangi dari belakang.
Jia sadar kok, tapi dia tidak bisa melarang sebab Chan itu sebelas duabelas dengan batuㅡyaitu keras! Kalau dia mau begitu ya bakal begitu, tidak goyah.
Sesampainya di rumah, Jia turun dari motor ojek online tersebut lalu memberikan helm serta ongkosnya. Chan sendiri sudah memarkirkan Vespanya dengan rapi di garasi milik Jia.
Melihat hal tersebut, Jia menghela nafas.
Kalau begini caranya, apakah ia harus memelintir telinga Chan agar mau mendengarkan ucapannya?
Selepas ojek itu pergi, Chan menghampiri Jia sambil merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Haus nih, pengen air dingin dong"
Tuhkan, tengil.
"Chaan, kamu pulang sanaa. Kan aku bilangㅡ
"Dulu waktu kita pacaran aja lu sering bareng Jeno kok, jadi kenapa gua gak boleh?" Balas Chan, cepat. Ada benarnya juga sih. Ya tapi......
"Kenapa ngungkit yang dulu-dulu? Kaya kamu peduli aja."
Chan tertawa kecil, "terkadang gua peduli kok, cuma gak gua tunjukin aja."
"Enggak mau percaya."
"Yayayaa, terseraaaah. Tapi ini gua haus Ji, abis nge-band tadi gak sempet minum. Gamau ditawarin masuk apa?" Tanya Chan dengan wajah memelasnya.
Jia kehabisan kata-kata, Chan dari dulu sampai sekarang masihlah samaㅡsuka seenaknya!
"Tunggu disini, biar aku ambilin airnya aja"
"Tega banget??"
"Ya biarlah, di dalem rumah gaada siapa-siapa. Nanti timbul fitnah!" Setelah berbicara seperti itu, Jia langsung bergegas masuk kedalam rumahnya untuk menyimpan tas lalu mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam kulkasnya.
Saat keluar rumah, Jia melihat Chan yang tengah berjongkok dekat teras rumah sambil merokok dan memainkan ponselnya.
Jia iseng menempelkan botolnya di tengkuk Chan dan reaksi lelaki itu adalah terperanjat kaget hingga melemparkan ponselnya.
"Astaga..." Lirih Chan, ia memungut kembali ponselnya lalu menerima botol yang Jia berikan.
"Kok ngerokok lagi?"
"Stress Ji, gara-gara elu putusin." Balas Chan asal, Jia pun mendengus karenanya.
Selagi Chan minum, Jia melirik ke arah ponsel lelaki itu yang mana muncul panggilan dari nomor tak dikenal.
Chan memberikan botol itu pada Jia lalu menerima panggilan tersebut.
"Hm?"
"..."
"Gabisa."
"...."
Chan melirik Jia, dan Jia yang dilirik seperti itu pun mengangkat alisnya heran.
"Hhh, oke gua otw."
Setelah itu Chan menekan puntung rokoknya ke tanah lalu membuangnya ke tempat sampah yang berada tak begitu jauh dar tempat ia jongkok.
"Ji, temenin gua mau?"
"Kamu tuh kalo nanya pasti ujung-ujungnya maksa. Kemana emangnya?"
"Ketemu mantan gua."
Aih, Chan halal untuk ditampol tidak sih???
Jia mendelik sebal, hampir saja masuk kembali kedalam rumahnya kalau tidak Chan tahan.
"Eiy jangan marah dulu lah, gua cuma gamau dia ganggu hidup gua lagi..." Bujuk Chan.
Tepisan kasar pun Chan dapatkan.
"Jangan libatin aku Chan, males banget sumpah. Lagipula bukannya kamu nunggu dia balik ya? Kenapa enggak kamu kejar aja lagi?" Ketus Jia.
"Kalau aja perasaan gua masih sama kaya dulu, gua enggak bakal berdiri di depan lu sekarang Ji. Gua bakal kejar dia dan minta dia balik. Tapi semuanya udah berubah, gua yang bego ini sadar kalau sekarang poros rasa gua itu ya elu. Bukan dia atau siapapun."
Chan menunduk, sejujurnya ia malu berkata seperti itu ketika dirinya sudah banyak melukai Jia. Hanya saja ia tidak dapat membohongi kata hatinya untuk mendapatkan maaf Jia sekaligus hatinya kembali.
"Chan.."
"Hm?" Chan mendongak, menatap Jia tepat di matanya.
"Kamu tau gak? Jeno mau pakai barang yang samaan sama aku, dia juga enggak pernah marah-marahin aku, he's such an angel for me ... dan aku rasa aku bakal jahat banget kalau ninggalin dia demi kamu.." Jia membasahi bibir bawahnya sebelum melanjutkan perkataannya, "but sometimes i want u back too ... gila gak sih?"
"You still love me, Ji..."
Jia tertawa, "Haduuh, berat juga ya kalau dibilang masih cinta kamu."
Chan tersenyum, gadis di depannya itu sangatlah unikㅡChan tidak dapat mendeskripsikannya dengan baik.
"Kalau aja gua cepet sadar sama perasaan sendiri, semuanya gak bakal berakhir kaya gini kan?"
"Dari awal pun hubungan kita sebenernya enggak baik-baik aja Chan, kamu cuma jadiin aku pelarian kalau kamu lupa.."
Benar kata Jia. Sejak awal pun tidak ada yang baik-baik saja dari kata 'kita' dalam hubungan mereka.
Dengan latar sore hari, Chan bisa melihat pantulan jingga dari mata cantik Jia. Dirinya tenggelam dalam kecantikan itu hingga tanpa sadar mendaratkan tangannya pada pipi halus milik Jia.
"Ji..."
Jia menggenggam tangan Chan lalu menjauhkannya dari pipi miliknya, "Apa lagi?"
Chan terdiam sejenak kemudian tersenyum konyol, "enggak deh."
"Aneh."
"Jeno.... bener-bener ngetreat lu dengan baik ya. He's such an angel for you, and i'm just a devil who broke ur heart so bad."
Tatapan mata sedih Chan berhasil membuat Jia terhenyak. Lelaki di depannya itu tidak pernah melayangkan tatapan semenyedihkan ituㅡsungguh.
***
25 Mei 2021 ; 12:58
KAMU SEDANG MEMBACA
ghost - chansoo✓
Short Story[eleven's : 07] [completed] "cuz in a quite place i can still hear u talk to me, and i'm sorry to be the one that let u downㅡplease comeback baby i'm just really missing u" *** 18 Mei 2021-31 Mei 2021 © Eleventhusiast