14 : he's in the rain

391 105 2
                                    

Mengapa juga Chan selalu menanggapi setiap langkah hidupnya dengan serius ketika dunia dan takdirnya saja suka membercandainya?

Dia tertawa keras, menatap lelaki tua yang sudah satu tahun tak mengunjunginya dan menelantarkannya seorang diri di rumah yang hampir saja membunuhnya dengan kenangan ibunya yang memenuhi seisi rumah.

"Dasar gila! Lo pulang ke rumah cuma mau bilang mau nikah lagi? Setelah Lo ninggalin gua sendirian??" Ucapan kasar itu disambut oleh amarah sang Papa. Chan benar-benar kehilangan sopan santunnya.

"Chan Azyean! Jaga cara bicara kamu!"

Chan mengepalkan tangannya, "Gua disini kesepian pa, gaada seorang pun yang nemenin gua ... semuanya ninggalin gua! Dan Lo tiba-tiba pulang ngabarin mau punya keluarga baru lagi?! Lalu gua gimana? Dibuang?!!"

"Papa enggak pernah buang kamu, Chan. You're my son! Papa juga diluar sana berjuang buat lupain Mama, sakit rasanyaㅡapalagi setiap liat kamu yang mirip sama dia," ujar sang Papa.

Chan tertawa kerasㅡkesal hingga ke ubun-ubun, "Kenapa?"

Hening sejenak, Chan memejamkan matanya menghalau air matanya yang hendak menetes, "kenapa Papa berusaha lupain Mama...? Dia enggak seburuk itu buat dilupain.."

Papa menghela nafas kasar, "Dia orang terbaik yang pernah Papa temuin, kepergian dia berdampak besar ke hidup Papa Chan."

"Shut the fuck up, Lo cuma beralasan. Sewaktu Mama masih hidup juga Lo gapernah ada Pa, Lo sibuk sama dunia sendiri. Sekarang terserahㅡgua enggak mau ngurusin tentang Lo lagi."

Chan keterlaluan.

Dengan amarah yang sama besarnya, sang Papa melayangkan tamparan pada pipi anak itu, "Saya masih Papa kamu, jangan bersikap seperti anak kurang ajar seperti itu!"

Rasa perih itu menjalar di pipi Chan, ia terdiam sejenak sambil menunduk. Tanpa disangka-sangka, air matanya ikut turunㅡbersamaan dengan rasa sakit yang memenuhi relung hatinya.

Melihat Chan yang seperti itu, sang Papa seketika sadar dengan apa yang ia lakukan.

"Chanㅡ

"Sambutan yang bener-bener hebat ya, Pa. Padahal selama ini Chan selalu nunggu Papa pulang, seenggaknya Chan pengen ngasih tau kalau Chan juga sama sakitnya setelah Mama tinggalin. Sakit banget Pa, sampai rasanya Chan juga pengen ikut Mama pulang." Si jangkung itu menangis, menunjukkan sisi lemah yang tidak pernah seorangpun tau.

"Disini, di rumah iniㅡChan hancur sendirian. Lalu apa peduli Papa selain berusaha lupain Mama dan menikah lagi??"

Bulan kala itu menjadi saksi seorang Chan Azyean berkeluh kesah di hadapan lelaki yang menjadi alasan dirinya ada di dunia iniㅡYuda Saputra Maheswara. Ia memberi jeda pada ucapannya sebelum kembali berkata, "Nyatanya bener kata MamaㅡPapa enggak pernah bener-bener peduli sama keluarganya."

Chan menyambar tas kecil miliknya yang tadi ia simpan di meja dan berlalu pergi menuju halaman rumahㅡ mengendarai Vespa kesayangannya, membelah jalanan dengan perasaan yang tak lagi beraturan.

***

"Ah kenapa pake acara lupa beli karton sih?? Sumpah males banget ke fotocopy-an nyaaaa!!" Keluh Jia, menatap tugas fisikanya yang belum juga rampung.

Ia lantas berdiri dan mengambil blazer serta dompetnya. Saat keluar dari kamar, ia disambut oleh sang Mama yang baru saja pulang arisan.

"Heyy cantik mau kemana?"

Jia menghampiri sang Mama lalu memeluknya, "mau ke fotocopy-an hehehh"

"Mau dianter sama supir? Atau ada yang nganter?"

ghost - chansoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang