"Huaa! Mas nya nyunsep ke pohonnn!"
Jika saja si pengendara tidak membanting stir mengakibatkan cowok itu jatuh ke tanah dan menghantam pepohonan, pasti Zera yang akan celaka detik itu juga.
Zera segera berlari ke arah Mas-mas yang tengah meringis sambil melepas helmnya. Seketika Zera jadi ikut meringis melihat luka-luka di lengan dan beberapa bagian lainnya. Terutama di dahi yang berdarah. Perasaan tadi helmnya masih menempel di kepala. Mungkin terbentur cukup keras.
"Sstttttt...."
"Mas gapapa?"
Cowok itu mendongak. Seketika tatapannya bertemu dengan Zera yang menatap khawatir kearahnya. "Oh kan! Berdarah banyak! Yaampun gue harus ngapain!" Zera kelimpungan.
Cowok itu hanya mengernyitkan kening bingung. Lantas kembali meringis saat merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. "Gue gapapa."
"Tapi Mas nya luka banyak! Dan itu gara-gara gue. Maaf Mas, serius gue gak sengaja."
"Ck, jangan panggil gue Mas."
"Loh? Terus siapa dong? Korban?"
"Alen."
Zera terdiam mendengar namanya. "Namanya kayak pernah dengar." Alen memperhatikkan Zera yang malahan melamun. "Bantuin gue berdiri." Seketika lamunan Zera buyar dan mengulurkan tangannya. "Sekali lagi maaf Alen, gue gak sengaja. Makasih juga. Kalo gak, mungkin gue udah celaka."
"Lain kali lebih hati-hati. Walau gue gak kenal lo, gue gak mungkin tabrak lo."
"Oh kalo kenal berarti ditabrak dong?" kata Zera polos.
"Ya kalo lo mau, boleh. Jadi kita sama-sama luka."
Zera menggeleng lugu. "Alen sini gue obatin. Di rumah gue ada p3k."
"Gak usah. Gue bisa obatin sendiri di rumah nanti."
"Ceritanya gue kan nyesel udah buat orang lain luka. Terima kek, sekalian anter gue pulang. Itu sih kalo lo masih mampu ngendarai motor lo yang udah penyok," gumam Zera di akhir.
Alen memperhatikkan gadis SMA dihadapannya yang menurut dirinya sikap dia cukup aneh dari para gadis umumnya. "Lo mau gue anter? Boncengin gue mau? Tangan gue luka."
Zera membulatkan mulutnya, lantas menggeleng. "Kagak bisa! Berat lah kayak beban hidup gue."
"Ya terus gimana caranya? Gue sakit."
Zera meringis saat memperhatikkan luka yang cukup parah itu. "Sakit beneran ya ternyata? Gue kira boong."
Alen hanya menganggukkan kepalanya. Bukan hanya sakit, tapi menjadi kaku akibat luka-luka ditubuhnya.
"Yaudah sini. Gue usahain gak nabrak pohon lagi."
"Ekh gajadi deh! Gue bisa naik taxsi aja, hehe." Zera tertawa kikuk. Bisa habis dirinya jika dibonceng Alen. "Gue bercanda kok. Gih sana pulang. Siapa tau nyunsep ke pohon pisang."
"Gue orangnya gak suka penolakan, sayangnya."
***
"Udah sampai."
Alen memperhatikkan rumah didepannya yang cukup besar. Cowok itu melepas helm serta merapikan rambut yang acak-acakan. "Nama lo siapa?"
"Hah? Dari tadi bonceng gue gak tau nama gue?" Alen menggeleng polos. Sedari tadi Zera tidak menyebutkan namanya sama sekali.
"Nama gue Elzera. Lo boleh panggil gue Zera. Tapi gue liat-liat lo lebih tua dari gue deh. Maaf ye kalo gue panggilnya gak pake mas, kan lo yang nyuruh."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVRIELZE [Completed]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] Gavriel Elard Raymond Kehidupan Gavriel berubah setelah bertemu dengan Elzera, cewek gila yang pernah dia kenal. Elzera selalu berusaha mendekati dirinya dengan segala cara. Padahal sudah beberapa kali Gavriel lonta...